Satu Shaf di Belakangmu

118 6 0
                                    

"Elvina!"

Elvina yang sibuk dengan gawainya, mengalihkan pandangan pada asal suara. Pemilik suara itu adalah ... Danita. Tentu bersama suaminya, Jeno.

"Lo gimana sih! Jalan sambil maen hp," omel Danita setelah ia berada di hadapan Elvina.

Elvina tersenyum canggung. Danita dengannya saling mengenal karena Azkia. Elvina juga tidak begitu dekat dengan Danita, jadi rasanya agak canggung bertemu dengan Danita jika tanpa Azkia.

"Eum, kalian dari ...."

"Kita baru pulang dari Bali. Biasa, pengantin baru," ucap Danita disertai kekehan kecilnya.
Dan lagi-lagi Elvina hanya bisa tersenyum canggung mendengar ucapan Danita.

"Kala lo mau ke mana?"

"Nganterin nyokap, penerbangannya udah 5 menit yang lalu," potong Elvina.

Danita mengangguk ringan. Kebetulan sekali dia bertemu dengan Elvina di sini, ada suatu hal yang ingin ia tanyakan pada Elvina.

"Eh, Vin. Gue mau nanya sesuatu sama lo. Sebenernya dari waktu lo dateng ke pernikahan gue, gue mau nanyain ini, tapi gak sempet. Lo, tahu gak alasan Azkia gak dateng ke pernikahan gue?"

Sontak saja Elvina menatap Jeno, yang tengah menatap sembarang arah, seolah acuh tak acuh dengan pembicaraan Elvina dan Istrinya.
Ingin rasanya Elvina mengatakan yang sebenarnya, jika tidak mengingat perteman Azkia dan Danita. Lagi pula dia hadir dipernikahan Danita juga terpaksa, Azkia yang memaksanya untuk datang ke sana.

"Lah, lo sendiri kenapa gak dateng ke pernikahan Azkia?"

"Waktu Azkia ngundang gue, gue masih di Bali, Vin. Dan seperti yang lo lihat, gue baru pulang hari ini," jawab Danita.

Elvina tersenyum sarkas. "Impas dong," ujarnya.

Danita diam sejenak, dia memang tidak bisa menghadiri acara pernikahan Azkia, tapi setidaknya dia punya alasan yang jelas.

"Tapi ... gue ngerasa Azkia sekarang beda, dia kayak ngehindar dari gue. Bahkan waktu gue ketemu sama dia di butik, dia kayak nyari alasan biar gak lama-lama bicara."

'Gue juga lagi nyari alasan buat gak lama-lama ngomong sama ni anak,' batin Elvina.

"Perasaan lo aja kali," balas Elvina santai.

"Tapi--"

Dret ... dret ...

Danita melihat benda pipih dalam gengamannya yang menandakan sebuah panggilan. Setelahnya, ia menatap Jeno dan Elvina bergantian.

"Vin, gue mau ngangkat telpon dulu, lo gak boleh ke mana-mana! Masih ada yang mau gue bicarain. Jadi, lo tunggu dulu sama suami gue di sini, oke?"

Danita yang bergegas menjauh dari Jeno dan Elvina.

Melihat Danita yang sudah sedikit menjauh, Jeno merasa diberi kesempatan, dia langsung menatap Elvina.

"Siapa suami Azkia?" tanya Jeno pelan.

"Cowok!" ketus Elvina.

"Gue serius, Vin!"

"Masih penasaran lo sama kehidupan Azkia?" balas Elvina dengan suara yang sengaja ia tinggikan.

"Iya! Kenapa?"

Pelan tapi terdengar seperti menekan, Elvina tersenyum sarkas mendengar pengakuan Jeno. Beraninya cuma bisik-bisik. Kalau ini bukan tempat umum, sudah meledak mulut Elvina memaki laki-laki di depannya.

"Jauh-jauh deh dari hidup Azkia, udah punya istri juga masih aja mikirin cewe lain!" Elvina menatap Danita yang berjarak cukup jauh darinya. Tentu saja, ini sebuah kesempatan untuk menghindari pembicaraan, yang menurutnya hanya buang-buang waktu saja.

Nakia [ Na Jaemin ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang