Sepasang suami istri berjalan beriringan di koridor rumah sakit. Najid menatap wajah Azkia yang tampak gundah. Dia tak berani bertanya kala melihat langkah kaki Azkia yang semakin cepat. Hingga mereka masuk dan duduk di dalam mobil, barulah Najid memberanikan diri untuk bicara.
"Kia--"
Kalimat yang ingin Najid ucapkan tertahan saat dia melihat Azkia menutup wajah dengan kedua tangannya. Tak lama terdengar isakan kecil dari sang istri.
Najid mendekat, mengikis jaraknya dengan Azkia. Perlahan tangannya merengkuh pundak yang kini terlihat bergetar. Sepatah kata pun tak ia ucapkan, hanya memeluk dan mendengarkan tangisan itu sampai mereda.
"Na ...." Azkia berucap lirih.
Najid melepaskan pelukannya. Ibu jarinya mengusap jejak air mata di pipi Azkia.
"Kenapa?" tanya Najid lembut.
"Kita ke bengkel Harsa, ya?"
Najid mengangguk seraya mengusap kepala Azkia.
"Eum, kita ke sana. Kamu yang tunjukin jalannya, ya?"
Najid melajukan mobilnya setelah mendapat anggukan dari Azkia. Sepanjang perjalanan Azkia hanya melihat ke arah jendela, dengan sesekali menunjukan jalan pada Najid.
"Di sini, Na!"
Najid memarkirkan mobilnya di area bengkel yang bernama Full Sun Workshop. Setelah mobil berhenti, Azkia langsung turun tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Najid.
Kaki Azkia melangkah dengan terburu-buru, dia memang terlihat diam, tapi hatinya sedari tadi tak berhenti bicara. Sampai-sampai ia tak sadar telah meninggalkan Najid di mobil sendirian. Bahkan Azkia juga mengabaikan beberapa custumor yang menyapanya saat berpapasan.
"Azkia?"
Sebuah suara membuat Azkia tersenyum dan menoleh melihat siapa pemiliknya.
"Harsa!"
Senyum Azkia luntur saat mendapati Mahardika yang berdiri di belakangnya. Padahal jelas-jelas tadi yang dia dengar adalah suara Harsa.
"Harsa? Di mana?"
Mahardika celingukan, lalu kembali melihat Azkia.
"Di mana?" Mahardika kembali bertanya.
Azkia menggeleng lemah. Dia ... dia juga tidak tahu di mana Harsa berada. Pertanyaan Mahardika kembali membuat kedua matanya mengembun.
"Lo, tahu Harsa udah keluar dari rumah sakit?"
Mahardika diam.
"Dik, lo tahu kan Harsa udah keluar? Di mana dia sekarang?"
Melihat Mahardika yang diam dan menunduk, Azkia menghela napasnya kasar.
"Kenapa diem aja? Jawab gue, Dik!"
"Harsa di mana?" Suara Azkia yang terdengar begitu lirih membuat Mahardika menatapnya.
Cairan bening itu kembali jatuh. Mata indah itu kini tampak begitu sendu. Tak ada lagi senyuman yang biasa Mahardika lihat di bibir Azkia.
"Gue mohon, Dik. Jawab gue!"
"Gue tahu Harsa udah keluar dari rumah sakit. Tapi pengetahuan gue cuma sebatas itu, Kia. Kita juga gak tahu di mana Harsa. Karena keluarga dia--"
"Heh, Mahardika! Lo gak takut bentol-bentol deket sama ulet bulu?"
Dahi Azkia mengernyit. Dia menatap Mahardika sekilas, lalu beralih pada perempuan di hadapannya.
"Lo bingung kenapa gue di sini?"
Azkia diam, mata sendunya berubah tajam saat menatap Jihan.
"Harusnya lo gak usah bingung. Ya, lo tahu sendiri, ni tempat milik keluarga gu--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nakia [ Na Jaemin ]
Romansa"Saya gak pinter merangkai kata, saya cuma mau bilang, mari terus bersama saling menggenggam tangan berjalan menuju jannah-Nya."