Kutu Buku?

125 12 0
                                        


"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam, masuk aja Mah," jawab Azkia tanpa sedikitpun melepaskan atensinya dari buku.

"Lagi baca buku apa?"

Azkia hanya menoleh sekilas, lalu kembali dengan bukunya.

"Kiat Islami Atasi Kesulitan Hidup, karya Muhammad Khatib."

Mamah tersenyum, kemudian duduk di samping Azkia.

"Kia cantik deh kalau pake hijab gini."

Azkia menyimpan bukunya di atas nakas, menatap Mamah yang mengusap kepalanya.

"Mah, selama ini Kia malu-maluin keluarga ya?"

Mamah menggeleng kuat, meskipun Azkia kadang susah diatur, Azkia tidak pernah berbuat hal yang membuat keluarganya malu.

"Jangan berpikiran seperti itu," ucap Mamah.

"Kia ... memutuskan mulai hari ini dan seterusnya, Kia akan pakai hijab."

Azkia menatap Mamah yang juga menatapnya.

Sebelum bulir bening jatuh dari pelupuk mata Mamah, Azkia lebih dulu menghapusnya.

"Jangan nangis, Kia ngerasa jadi anak paling buruk kalau Mamah nangis."

Mamah langsung memeluk Azkia erat, akhirnya penantian dan do'anya terkabul.

"Kia anak baik, solehah. Mamah tahu, hati kecil kamu pasti punya keinginan untuk berubah."

Melihat Mamah menangis memeluknya, Azkia berpikir, sebandel itukah dia? Sampai-sampai ketika dia memutuskan untuk berhijab yang memang sudah menjai kewajibannya, Mamah menangis seperti ini.

"Azkia juga ... mau dijodohin sama anak temen Mamah. Siapapun orangnya, kalau menurut Mamah dia baik buat Kia, Kia akan terima."

Mamah melepaskan pelukannya, lalu menghapus jejak air mata Azkia, padahal matanya juga basah karena menangis mendengar ungkapan dari anaknya.

"Terimakasih ... terimakasih mau berubah, terimakasih mau menuruti permintaan Mamah."

Tanpa keduanya sadari, sedari tadi ada orang yang menguping pembicaraan mereka dari luar pintu kamar Azkia.

"Pah, ngapain?"

Papah berbalik, menyimpan telunjuknya di bibir, mengisyaratkan Azka untuk diam.

"Jangan keras-keras ngomongnya, nanti Papah ketauan nguping."

Azka tersenyum melihat Papah yang kembali menempelkan telinganya di pintu kamar.

Azkia harus tahu, tidak ada yang berubah dari Papah. Papah suka diam-diam memperhatikan anaknya, mencari tahu apa saja yang dilakukan oleh Azkia di luar sana. Saat Azkia pulang ke rumah dijemput Azka setelah isya kemarin, Papah juga menanyakan pada Azka apa yang terjadi pada putrinya.

Alasan kenapa Papah menyuruh Azkia berhenti bekerja di bengkel tadi pagi, karena Papah tidak mau kejadian itu terulang lagi. Sebenarnya Papah lebih suka jika Azkia tidak bekerja, setidaknya Papah akan mudah mengetahui keadaannya jika Azkia diam di rumah.

'Papah sayang banget sama kamu Kia, cuma kamu gak bisa memahami love language-nya Papah.' batin Azka.

. . . . . . .

Najid menatap Hanna yang duduk seraya mengelus lembut kucing milik Umma.

"Dek ... masih marah?"

"Apapun alasannya, Hanna tetep gak suka sama perempuan itu! Kalau nanti sore mau ke rumah dia, Hanna gak akan larang. Tapi jangan harap Hanna bakal setuju punya kakak ipar kayak dia!" ketus Hanna.

Nakia [ Na Jaemin ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang