Musim dingin telah tiba, butiran-butiran salju mulai menuruni bumi. Benda putih itu menumpuk di pinggir jalan. Toko-toko dengan hiasan natal pun mulai terlihat. Seperti toko roti tempat Hermosa bekerja, toko tersebut sudah disulap dengan berbagai hiasan khas natal. Biasanya di saat periode Christmas seperti ini, akan ada beberapa tambahan kue yang hanya ada saat natal. Seperti kue jahe, kukis, dan juga christollen―kue natal khas Jerman.
"Mosa, ada pelanggan yang ingin membayar!" teriak Elena dari dalam pantry.
"Ya!" balas Hermosa. Wanita itu meninggalkan pekerjaannya yang sedang menata roti ke dalam rak dan bergegas menuju kasir.
"Halo, selamat pa ... gi," ucapan Hermosa terputus saat ia mengetahui siapa yang ada di hadapannya. Wanita tersebut tidak dapat membendung keterkejutannya. Wajahnya seketika memucat, tangannya juga mulai bergetar halus. Sedangkan sang pelanggan menatapnya datar dengan satu seringaian tipis di bibirnya. Tatapannya tidak terlepas dari Hermosa barang sedetik. Wanita itu mati-matian menahan tangannya yang gemetaran, bahkan tanpa Hermosa sadari peluh dingin mulai membasahi pelipisnya. Jantungnya berdegup dengan amat kencang, Hermosa menundukan kepalanya sebisa mungkin agar tidak berkontak mata dengan sang pelanggan.
"Ah, jadi kau bekerja di sini?" ucap Victor―si pelanggan berbasa-basi.
Hermosa tidak menjawabnya, wanita itu masih berusaha menyibukkan diri dengan belanjaan Victor. Ketika melihat pria bermata rusa itu lagi, memori buruk tersebut kembali terputar di kepalanya seperti kaset rusak. Bagaimana pria itu begitu posesif dengan dirinya, kalimat-kalimat manipulatifnya yang membuat Hermosa kebingungan, dan terakhir puncaknya saat Hermosa tidak sengaja menemukan satu ruangan rahasia di dalam kamar Victor dan melihat foto dirinya memenuhi ruangan tersebut. Victor sudah gila, pikirnya.
"Setelah berpisah denganku seleramu turun drastis, ya? Priamu yang baru terlihat tidak menarik, kurasa aku lebih baik darinya," sindir Victor dengan nada halus.
Wajah Hermosa sudah pucat sepenuhnya, wanita itu begitu panik akan kehadiran Victor seperti ini. jantungnya seakan ingin meledak di dalam rongga dadanya lantaran berdetak sangat kencang. Hermosa benci dengan tatapan remeh pria itu. Tidak, Hermosa membenci apa pun yang ada pada Victor. Bahkan saat ini Hermosa mati-matian menahan tangisnya agak tidak pecah lantaran emosi takut menguasai dirinya.
"I-ini rotimu, Tuan, totalnya 20 euro," ujar Hermosa cepat sembari mendorong pelan paper bag milik Victor.
Pria itu merogoh saku mantelnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang dari sana. Ketika Hermosa hendak mengambil uangnya, Victor menahan tangan Hermosa dan hampir membuat wanita itu berteriak. Pria itu menikmati wajah Hermosa yang memucat dan tangannya yang gemetaran di dalam genggamannya saat ini. Hermosa ingin meminta bantuan, namun sialnya sekarang toko roti sedang sepi dan semua orang sedang sibuk di dalam pantry sehingga Hermosa terjebak di sini bersama Victor.
"Kau semakin cantik saja Hermosa. Gadisku yang manis," ucap Victor sembari meremas halus tangan Hermosa. Tubuh Hermosa masih kaku begitu pun dengan kerja otaknya yang tiba-tiba membeku. Tidak tahu harus melakukan apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can See Your Pain
FantasíaKetika sebuah perasaan yang salah menghancurkan segalanya, membuat hidup terbelenggu akan bayangan obsesi yang menyakitkan. © afroselee, 2023