04. Merry Christmas

116 15 1
                                    

Walaupun sudah menekan kontrak dengan Selion, nyatanya Hermosa belum bisa tidur dengan nyenyak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Walaupun sudah menekan kontrak dengan Selion, nyatanya Hermosa belum bisa tidur dengan nyenyak. Pikirannya masih terbayang akan pertemuannya dengan Victor tempo lalu. Ya, sebegitu besar pengaruh pria yang berstatus mantan kekasihnya itu kepadanya. Luka yang Victor buat sungguh dalam sehingga Hermosa selalu dihantui oleh perasaan was-was. Selama itu juga ketika ia ingin tidur wanita cantik itu selalu mengonsumsi obat tidur. Puncaknya Hermosa tumbang, badannya demam tinggi disertai peluh dingin yang membasahi tubuh. Kepalanya berdenyut bukan main, seakarang dunia yang ia lihat berputar-putar. Sudah sejak pagi wanita itu tidak bisa bangkit dari kasurnya, sehingga Hermosa terpaksa mengambil cuti bekerja lagi. Untung saja Elena bukan tipe bos yang strict working.

Pintu bercat cokelat itu terbuka, seseorang masuk ke dalam. Pandangan yang pertama kali ia lihat adalah seorang wanita sedang tertidur. Tungkai panjangnya ia arahkan ke tempat tidur, lalu duduk di pinggirannya. Wajah pucat Hermosa menjadi hal yang ia lihat saat ini. Dahi wanita itu juga mengerut, dalam tidurnya pun ia tidak tenang. Selion mengusap keringat yang ada di dahi Hermosa, lalu ia letakkan tangannya ke dahi Hermosa guna mengecek suhu tubuhnya. Dan ya, suhu tubuh Hermosa tinggi.

Merasakan sentuhan di wajahnya, Hermosa mencoba membuka kelopak matanya dengan susah payah. Sosok jangkung Selion terlihat di pandangannya.

"Se ... lion?" cicit si wanita dengan lemah.

"Ya. Ini aku."

"Dari mana kau tahu aku sakit?"

Pria itu mengangkat tangannya, menujuk tangannya―lebih tepatnya ke arah cincin.

"Aku bisa tahu kalau kau tidak baik-baik saja dari sini. Bisa dibilang cincin ini semacam hmm ... GPS?"

Hermosa menggangguk paham. Wanita itu lanjut menutup matanya, kepalanya sungguh pening. Setelah mengurusi Hermosa dan membiarkan wanita itu tertidur. Selion keluar dari kamar dan mengelilingi hunian Hermosa. Tempat ini cukup luas untuk ditinggali sendiri, namun Selion tidak dapat menampik bahwa suasananya cukup nyaman.

Langkah Selion terhenti di salah satu buffet yang menempel dengan dinding dekat ruang televisi. Mata abu-abunya melihat ke satu titik lalu tersenyum remeh. Benar-benar menjijikkan.

.

.

.

Pria bersurai hitam itu duduk dengan tenang di ruang rapat dengan beberapa pemandu lainnya. Kali ini akan diadakan rapat bulanan karena minggu depan akan ada koleksi baru yang datang. Sehingga para pemandu akan diberikan panduan atau naskah sejarah koleksi tersebut untuk dipelajari. Selion memandangi pantulan layar proyektor di depan dengan tatapan malas namun pria itu mencoba untuk tidak menunjukkannya atau dirinya akan dipecat karena terlihat tidak niat bekerja.

Selion mengusap pelan pinggiran cangkir berisi kopi itu dengan gerakan memutar. Mata abunya memandangi corak yang ada di gelas kerdil itu, ukiran bunga daisy yang cantik memenuhi setiap cangkir. Di tengah presentasi, Selion menatap benda kecil yang melingkari jari manisnya, benda itu mengeluarkan pendar tipis berwarna ungu. Pria itu memandangi cincin tersebut dengan pandangan yang sulit diartikan. Ada yang tidak beres. Detik selanjutnya bersamaan dengan sang manajer yang menutup rapat, Selion langsung bergegas pergi dari sana untuk menemui Hermosa.

I Can See Your PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang