Yuki

855 103 16
                                    

Tangan mungil Lena menunjuk ke arah jendela, nampaknya ia penasaran dengan apa yang ada di luar sana. Laki-laki itu kemudian menutup kembali album foto yang masih ia pegang di tangannya. Ia tahu apa yang diinginkan putri tercintanya, Lena ingin melihat salju. Sambil menggendong Lena pada posisi peluk, laki-laki itu beranjak dari tempat duduknya untuk mendekati jendela yang tertutup rapat.

"Snow. Snow, papa" ucap Lena menggemaskan setelah ia sampai tepat dibalik jendela. Nampaknya rasa kantuk pada Lena telah hilang seluruhnya, kini Lena tidak henti-hentinya mengucapkan kata "snow" berulangkali, ia terlihat sangat menyukai salju. Melihat putri kesayangannya yang terus mengoceh seperti itu membuat laki-laki itu jadi tertawa kecil, dan menyadari bahwa Lena terlihat mirip dengan mommynya.

"Yuki. Snow is Yuki" ucap laki-laki itu lembut kepada Lena.



***



Pagi ini langit terlihat sangat cerah, secerah senyuman Zee yang sengaja ia pamerkan kepada siapa saja orang yang ia temui di sepanjang lorong sekolahnya. Hatinya dipenuh oleh bunga-bunga, di dalam perutnya pun terasa seperti ada ribuan kupu-kupu cantik yang berterbangan. Ini semua karena Marsha, kekasih hatinya.

Setelah resmi berpacaran, Zee ingin sekali mengajak Marsha pergi berkencan untuk yang pertamakalinya. Namun ia belum memutuskan untuk mengajak Marsha pergi kemana. Rencananya ia akan menanyakan saat jam istirahat nanti. Seperti biasa saat jam istirahat berbunyi, Zee dan Adel langsung menghampiri Marsha di kelasnya. Tepat saat sudah berada di kelas Marsha, Adel langsung memeluknya dengan lemas. Marsha menjadi sedikit terkejut dan bingung dengan sikap Adel. Ia merasa sedikit tidak nyaman, terlebih lagi karena sekarang ia telah mempunyai kekasih, dan orang itu hanya berdiri terdiam di hadapannya.

"Sha.. aku capek" ucap Adel.

"Kamu capek kenapa?" Marsha mencoba untuk merenggangkan pelukan Adel, namun Adel tetap menariknya kedalam peluknya.

"Aku udah males ikut rapat osis yang enggak jelas itu. Hari ini aku harus rapat lagi. Aku enggak mau" ucap Adel. Ia benar-benar sudah muak dengan rapat osis yang mengharuskannya pulang hampir malam, dan hari ini ia juga harus ikut lagi rapat yang membosankan itu. Sebenarnya alasan terbesar Adel adalah karena ia sangat merindukan Marsha. Karena rapat osisi ini waktunya bersama Marsha menjadi lebih sedikit tidak seperti biasanya.

"Aduh sahabat gue kasian banget. Sini gue peluk juga" Zee menarik bahu Adel sehingga pelukan diantara Marsha dan Adel terlepas, dan berganti menjadi Zee yang memeluk Adel. Namun Adel langsung melepaskannya.

"Dih. Najis banget pelukan sama lo" ucap Adel. Namun Zee hanya tertawa menanggapinya.

"Jadi hari ini kamu rapat lagi? Ah enggak asik nih, main sama kitanya kapan?" ucap Marsha jengkel. Padahal ia ingin mengajak kedua sahabatnya itu untuk pergi main ke mall setelah pulang sekolah. Berbeda dengan Zee, senyum tipisnya mengartikan hal lain, ini merupakan sebuah keberuntungan untuknya karena bisa pergi berkencan dengan Marsha.

Setelah resmi berpacaran, Zee meminta Marsha untuk merahasiakan hubungannya dari Adel. Pada awalnya Marsha sebenarnya tidak setuju, lebih baik mereka berdua jujur atas perasaan saling suka ini, lagi pula Marsha yakin Adel juga akan menerimanya karena mereka sudah bersahabat dari kecil. Namun Zee tetap beralasan jika salah satu diantara mereka bertiga ada yang berpacaran, ia khawatir persahabatan ini malah akan menjadi canggung, ia hanya takut akan ada yang merasa tidak nyaman saat bersama nanti. Zee lalu berjanji, jika waktunya sudah tepat, ia akan segera memberitahukan hubungan ini kepada Adel. Di satu sisi Zee merasa bahwa ia menjadi orang yang sangat jahat kepada Adel karena ia tahu bahwa Adel juga menyukai Marsha, tapi di sisi lain ia tidak bisa membohongi hatinya lagi, apalagi setelah tahu Marsha juga menyukainya selama ini, bukan menyukai Adel.

TIGA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang