Sweet Night

6.4K 47 0
                                    

Sweet Night by papermou


 Anime » Naruto Rated: M, Indonesian, Romance & Family, Naruto U., Hinata H., Words: 3k+, Favs: 22, Follows: 7, Published: Feb 6, 2022 3

CONTENT WARNING:
» NSFW
» Soft smut (sedikit eksplisit)
» In bahasa (baku)

Semua karakter adalah milik Paman Kishimoto.
Purely fiksi dan imajinasi Author.

Selamat membaca!

Sweet Night

Hari sudah sore manakala Naruto baru saja tiba di kantor Hokage—ralat, sudah malam—langit di balik jendela bahkan sudah gelap. Gemerlap lampu rumah warga pun juga sudah menyala sejak dua jam yang lalu. Ah, sampai lupa waktu. Pria tersebut mengira masih jam enam sore, lirihnya kala itu di sela hembusan napas lelah. Faktor umur juga, sih, sebenarnya. Maklum sudah kepala tiga.

Yah, Naruto baru saja kembali dari urusan pekerjaannya dari desa sebelah setelah hampir tiga minggu ia tak pulang ke rumah. Lama memang, karena sekalian melakukan pertemuan Hokage yang diadakan setiap tahun sekali, katanya. Apalagi pertemuan kali ini bertempat di desa sahabatnya, Gaara, pantas saja tambah lama.

Jadi, tepat pada pukul empat sore tadi, Naruto telah bersiap untuk berangkat menaiki kereta menuju Konoha. Perjalanan yang cukup lama. Tiga atau bahkan hingga empat jam kalau tidak molor. Belum lagi ia harus singgah sebentar ke kantor untuk menyimpan beberapa dokumen. Sangat melelahkan, sungguh.

"Mau kuantar?" tanya Shikamaru tatkala melihat Naruto tengah beranjak dari mejanya.

"Apaan, sih?" Naruto mendengus jenaka. "Tidak usah, aku bisa pulang sendiri," katanya lagi tersenyum simpul.

Menaikkan sebelah alis, Shikamaru yang masih berdiri di hadapannya membalas setengah khawatir, "Ya aku sih bukannya apa-apa, takut kau tiba-tiba pingsan aja di tengah jalan."

"Tidak apa-apa, mending kau juga pulang saja sana. Jangan lembur. Istrimu juga pasti sudah menunggu." Sempat menepuk pundak asistennya tersebut sekilas, Naruto lantas melambaikan sebelah tangan saat berjalan menuju pintu seraya berpamitan lagi, "Aku duluan, ya."

"Eoh, hati-hati."

Kalau Naruto boleh jujur, dan kalau bisa, sih, ya, setibanya ia di rumah nanti, ia benar-benar hanya ingin membersihkan diri, kemudian langsung pergi tidur. Sudah, itu saja. Eh, dengar dulu, badannya kini serasa akan remuk kalau-kalau kau hendak mencibir. Capek. Sakit semua.

Argh!

Sembari memandang langit, Naruto mengerang dalam benak. Mengumpati diri sendiri saat batinnya ikut mendumel lelah, "Masih juga 32 tahun, tapi rasanya sudah seperti 50 tahun saja. Ah, sial."

Di sisi lain, meski pria berambut pirang tersebut bersikeras sampai merengek kesakitan, sambil bergumam mengapa tumben sekali bintang-bintang tak menunjukkan batang hidungnya di langit Konaha? Bertanya-tanya apakah malam ini sedikit mendung? Angin yang baru saja berhembus seolah membawa pergi rasa sakitnya menguap begitu saja. Tiba-tiba isi kepalanya dipenuhi oleh putaran memori saat bagaimana Hinata, Boruto, Himawari, serta Kawaki yang selalu menyambut hangat saat ia pulang ke rumah. Ah, benar, ia kini sudah punya keluarga. Keluarga yang ingin ia genggam erat selamanya.

Diam-diam tersenyum, Naruto kembali menggumam, hanya mengingatnya saja sudah menyingkirkan sebagian rasa lelahnya, bagaimana nanti kalau sudah bertemu, pikirnya. Jadi, jelas, tidak mungkin ia akan langsung pergi tidur begitu saja. Ia juga rindu bermain dengan Himawari. Suka gemas sendiri kalau Boruto mulai gengsi, pura-pura bertanya tentang PR dari sekolah padahal hanya ingin ditemani belajar—duh Boruto, apa dia sampai lupa kalau soal akademi dia ini malah lebih pintar dari Ayahnya—dan selain itu, ia juga rindu menggoda Kawaki. Kecuali, kalau mereka bertiga sudah tidur duluan, paling ia hanya akan bermanja pada Hinata. Haha. Naruto berhenti sejenak. Terkekeh sendiri sambil membuka gerbang rumahnya.

Hinata - OneShoot MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang