1

1.2K 207 29
                                    

_SD_

Di sebuah gedung sedang berlangsungnya acara pernikahan. Antar keluarga dan para tamu undangan turut bahagia atas terjadinya pernikahan ini. Namun, tidak dengan seorang lelaki yang hanya duduk terdiam di salah satu meja menatap ke arah sepasang pengantin dengan wajah dinginnya dan rasa dendam yang menyelimuti. Entah sudah berapa teguk alkohol yang dia minum. Dirinya yang kuat meminum banyak alkohol membuatnya terhindar dari efek mabuk. Namun, rasa amarah terus menyelimutinya.

Seorang perempuan datang dengan membawa segelas minuman berwarna merah. "Boleh aku duduk di sini?" tanyanya.

"Silahkan," jawab lelaki itu. Mendapat persetujuan perempuan itu pun duduk di sebelahnya.

"Kamu hanya sendiri?"

"Seperti yang kamu lihat," jawab lelaki itu lalu kembali meneguk alkoholnya.

"Kenapa tidak bergabung bersama mereka? Bukankah kamu anak dari keluarga Harlan?"

"Bagaimana kamu tau?"

"Siapa yang tak mengenal Leoze? Anak dari Gracio Harlan yang banyak dikagumi orang karna kecerdasannya membangun sebuah bisnis."

"Itu berlebihan," ucap Leoze, lelaki yang sedari tadi duduk sendirian.

"Kenapa bajumu berbeda dengan keluargamu? Bukankah kalian sedang berbahagia sekarang?" tanya perempuan itu lagi sebab melihat Leoze memakai baju hitam sendiri sementara keluarganya serasi dengan seragam putih, "Ah maaf, aku banyak bertanya," lanjutnya karena sadar kalau dirinya tak seharusnya ikut campur.

"Hanya mereka yang berbahagia, aku tidak," jawab Leoze.

"Mengapa?"

"Seharusnya aku yang menikah dengan perempuan itu, bukan ayahku. Aku benci melihat ini. Semua ini seakan membunuhku. Bagaimana bisa perempuan yang aku cintai justru malah dinikahi oleh ayahku sendiri?! Jika saja bisa, aku akan membunuh ayahku sendiri," ungkap Leoze sambil menatap sepasang pengantin dengan tatapan penuh dendam. Kemudian dia mengalihkan pandang di saat pengantin perempuan menatapnya.

"Jadi kamu ditikung oleh ayahmu sendiri?!" kaget perempuan itu, dia tak menyangka akan berita yang dia dengar.

"Ya, jahat sekali bukan? Dia tak merestui hubunganku dan justru malah menikahi kekasihku," jawab Leoze.

"Bagaimana bisa ayahmu setega itu? Aku ingin mendengar ceritamu lebih banyak, tapi sepertinya tidak sekarang. Aku harus pulang, lihat itu keluargaku sudah memanggil. Jika kamu masih berminat berbagi cerita denganku, hubungi saja aku." Perempuan itu meletakkan kartu namanya di atas meja kemudian beranjak pergi.

Leoze mengambil kartu nama itu dan membacanya, "Chika namanya," gumamnya yang mengetahui bahwa perempuan yang telah berbincang dengannya bernama Chika.

"Kak Ze, Daddy memanggilmu, kita akan memasuki sesi foto," kata adik Leoze bernama Angel.

"Berfoto saja sendiri, aku tak sudi lama-lama di sini," jawabnya dengan pedas. Padahal tak pernah dia berkata yang melukai hati adiknya, karena dia sesayang itu dengan adiknya. Namun, setelah apa yang dilakukan ayahnya, Leoze berubah, dia menjadi lebih dingin dan tak peduli jika sikapnya akan melukai orang di sekitarnya. Kemudian dia beranjak pergi meninggalkan gedung.

"Kemana kakakmu Ngel?" tanya Gracio, Ayahnya.

"Kakak pergi, dia tidak mau berfoto bersama," jawab Angel. Gracio menghembuskan napas pelan dan mengusap rambut anak gadisnya. "Tak apa, kita berfoto sendiri saja," katanya.

Sesi foto akhirnya berlangsung. Namun, dari pengantin perempuan tak ada senyuman yang ditampilkan, karena ini adalah pernikahan yang tak diinginkan. Justru pikirannya kini melayang jauh memikirkan lelaki yang tak lagi terlihat dipandangannya, Leoze.

_SD_

"Gracio, Shani. Aku benci Daddy!" Leoze mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, membelah ramainya jalan raya akan kendaraan yang memenuhi. Dia melampiaskan rasa marahnya dengan mengendarai mobil ini. Jika saja setelah ini dia akan kecelakaan dan mati, dia rela. Daripada harus hidup di rumah yang ke depannya nanti akan menjadi sebuah neraka baginya.

Tak!

"Tambah satu botol lagi," pinta Leoze. Kini dia berada dia sebuah Bar, kembali meminum alkohol untuk menenangkan dirinya. Tak peduli jika tadi dia sudah meminum banyak alkohol, tapi dirinya seakan belum juga puas.

"Hei, lo udah minum dua botol dan masih mau nambah?" tanya teman Leoze, Veraldo.

"Kalau minum bisa bikin gua lupa sama Shani, seratus botol pun gua abisin Do," kata Leoze.

"Ikhlasin Zee, mungkin memang Shani bukan jodoh lo." Veraldo mematung menahan napas, di saat gerakan cepat Leoze mencekram kerah bajunya dengan tatapan marah. "Ngomong sekali lagi gua sumpal mulut lo pakek botol ini," ancam Leoze.

"S-Sorry Zee, gua ga bermaksud," ucap Veraldo. Leoze pun melepaskan kerah baju temannya dengan kasar. Dia kembali meneguk alkoholnya yang kembali dihidangkan.

"Mereka sudah berani membuat kebahagiaan gua hancur. Gua ga akan biarin hidup mereka bahagia. Meskipun mereka sekarang adalah orang tua gua sendiri!" kata Leoze penuh dengan dendam yang tersirat.

















Yang nunggu cerita mancing mancing emosi awoakwokaowk.

Up seminggu sekali yak?

Dah maap buat typo.

SEBUAH DRAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang