2

765 173 28
                                    

_SD_

"Dari mana saja kamu, semalaman ga pulang ke rumah? Udah berani?!"

Baru saja Leoze menginjakkan kaki di dalam rumah, dia telah disambut pertanyaan menyebalkan dari sang ayah. Leoze hanya diam menatap dingin pada ayahnya. Tak peduli lagi jika dirinya sekarang terkesan sangat tidak sopan terhadap orang tua. Semua telah tertutup oleh dendam. Sejak kecil dia terus menuruti apa kemaun orang tuanya, tapi mengapa kini kebahagiaanya malah direbut oleh ayahnya sendiri?

"Jawab! Mengapa hanya diam?!" Sentak Gracio.

"Apa urusanmu?"

"Kau anakku!"

"Kau masih menganggapku anak? Padahal aku saja sudah ragu kalau kau adalah seorang ayah," kata Leoze dengan berani.

"Daddy tidak pernah mengajarkan sikap seperti itu kepadamu, Leoze!"

"Memang! Kan memang kau tidak pernah memperhatikanku. Kau hanya sibuk dengan kerjaan dan para jalangmu itu. Mana pernah kau mengajarkanku hal baik? Hanya Mommy yang memahamiku!" Leoze menatap Ayahnya sendiri dengan sengit bak musuh.

Perdebatan antara Gracio dan Leoze membuat penghuni rumah menampakkan diri. Angel menghampiri ayah dan kakaknya itu untuk menengahi. Dia tak mau ayah dan kakaknya bertengkar. "Daddy, Kak Zee sudah jangan bertengkar! Ini masih pagi! Angel ga suka melihat kalian bertengkar," kata Angel yang kini berdiri di antara Ayah dan Kakaknya.

Kemudian Shani ikut mendekat diantara mereka. Tatapan Leoze beralih sejenak pada perempuan yang masih menjadi pengisi hatinya. Namun, perasaan nyeri mulai terasa. Dendam dan amarah kini kembali menyelimutinya. Gracio dan Shani... ingin sekali Leoze menghancurkan bumi ini.

"Angel, dengarkan kata Daddy. Kalau kamu sudah besar nanti, jangan seperti kakakku yang tak punya sopan santun terhadap orang tua," kata Gracio pada anak bungsunya.

"Angel katakan pada lelaki tua yang kau sebut ayah itu, jangan sok suci dan jangan lagi ikut campur dalam kehidupanku dan kamu jangan mengikuti dirinya yang hanya bisa menghancurkan kebahagiaan orang lain," balas Leoze.

"Jadi seperti ini yang ibumu ajarkan?!" marah Gracio.

"Jangan sangkut pautkan semua ini dengan Mommy. Karna semua masalah bermula pada kau lelaki tua!" balas Leoze. Dia tak segan menunjuk wajah Ayahnya dengan jarinya sendiri.

"Sudah kak!" Angel menarik kakaknya menjauh dari sang Ayah. Leoze mengertakkan giginya menahan geram, tangannya mengepal kuat masih berusaha menahan diri untuk tidak memukul wajah ayahnya.

Leoze memandang wajah Shani sejenak, sebelum Gracio menghalanginya. "Jangan tatap istriku seperti itu," kata Gracio. Rasa cemburu, marah, dendam, nggondok Leoze rasakan. Dia menyentak tangan Angel lalu bergegas pergi dari sana. Mereka hanya bisa diam dan memandang punggung Leoze yang menjauh menuju kamarnya.

Beberapa art di sana yang tadi mengintip dan menguping bergegas pergi, kembali pada pekerjaanya masing-masing. Kini tersisa mereka. Angel menghela napas lelah, dia tak suka situasi semacam ini. Semua ini tidak seperti dulu saat Mommynya masih ada.

"Ayo kita sarapan sekarang," kata Gracio memecah keheningan.

"Daddy tidak seharusnya seperti itu. Daddy harus memahami perasaan Kak Zee," kata Angel. Gracio hanya diam tak membalas, dia memandangi anak bungsunya itu.

"Mau kemana Ngel?" tanya Gracio saat Angel malah pergi tak menuju meja makan.

"Aku belum lapar. Daddy sarapan saja lebih dulu, aku nanti," jawab Angel. Dia memilih kembali ke kamarnya. Rasanya dia juga ikut kesal dengan sang Ayah.

Angel tau bagaimana kisah percintaan Kakaknya dan juga Shani. Namun, tentang bagaimana Shani malah menikah dengan sang Ayah, Angel belum tau alasannya. Namun, disaat waktu itu Leoze marah pada sang ayah berdebat saat sang ayah mengungkapkan bahwa akan menikah dengan Shani, Angel hanya bisa diam, dia tak tau harus berbuat apa. Sepertinya karena itu yang membuat Leoze kini marah terhadap Angel. Angel merasa bersalah sekarang dengan sang Kakak.

Di meja makan, Gracio sarapan ditemani Shani. Gracio nampak merasa senang karena berhasil menikahi wanita cantik meskipun itu adalah kekasih dari anaknya. Perasaan yang tak harusnya muncul, tapi Gracio rasakan saat melihat Shani dikenalkan oleh Leoze di keluarga. Tentu ia sempat merasa jahat saat mulai mempunyai rasa lain, tetapi masih ada perempuan yang menjadi istrinya. Namun, lambat lain ia tak peduli karena dia mulai bosan dengan sang istri. Ia diam-diam mulai bermain jalang di belakang istrinya.

"Makan yang banyak ya." Lelaki dengan umur menginjak kepala empat itu meletakkan lauk ke atas piring milik Shani. Shani hanya mengangguk pelan dan tersenyum tipis. Jujur saja dia tak selera makan, pikirannya masih tertuju pada Leoze.

Sementara di dalam kamar, Leoze duduk di atas ranjang matanya menatap figura foto yang dia pedang. Di sana terdapat fotonya saat kecil dipeluk oleh Mommynya. Dia mengusap wajah ibunya dengan perasaan rindu dan sedih. Satu tahun yang lalu ibunya meninggal karena kecelakaan, tetapi ada kejanggalan yang membuat Leoze sedikit ragu kalau itu pure sebuah kecelakaan.

Lalu tatapan Leoze beralih pada figura foto yang cukup besar terpasang di dinding kamarnya. Itu adalah foto dirinya dengan Shani. Cukup sulit baginya untuk melupakan rasa cintanya pada Shani. Mengingat mereka telah menjalin kasih sekitar lima tahun lamanya. Mereka telah melewati saat-saat senang dan sedih. Namun, siapa sangka perempuan yang dia cintai selain Ibu dan Adiknya itu justru sekarang malah direbut oleh Ayahnya. Terbesit dalam hati Leoze ingin kembali mengambil apa yang menjadi miliknya.

"Shani adalah milikku," gumam Leoze masih terus menatap wajah perempuan yang dia cintai.

Tok~ tok~ tok~

Suara ketukan pintu mengambil atensi Leoze. Dia meletakkan foto ibunya di atas nakas dan beranjak membuka pintu. Ternyata Shani yang mengetuk pintunya. Leoze menatap datar pada perempuan yang dia cintai itu.

"Apa yang kamu mau?" tanya Leoze dengan dinginnya.

"Sudah waktunya sarapan, kamu tidak sarapan?" tanya Shani. Tatapannya masih sama seperti yang Leoze suka. Namun, Leoze berusaha untuk tidak luluh.

"Aku tidak lapar. Aku tidak sudi makan satu meja dengan kalian," balas Leoze. Mendengar jawaban Leoze, Shani menunduk sejenak lalu memperhatikan sekitar. Melihat itu Leoze pun merasa heran.

"Kamu tidak ingin makan?" tanya Shani lagi.

"Tidak!"

"Maka makan saja aku!" Shani mendorong Leoze masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu.





















Lho lho lho lho kok malah ninu ninu🙊

Karena suasana hati sedang bagus jadi gw mau up malam ini. Padahal jadwal mingdep yak, tapi gpp.

Dah maap buat typo.

SEBUAH DRAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang