9/9

333 90 140
                                    

11. 30 PM

Jeffrey dan Joanna sudah berada di mobil sekarang. Dengan mesin mobil yang sudah dimatikan. Karena mereka akan membahas apa yang telah terjadi sebelumnya.

Saat Joanna mengatakan apa yang sebenarnya ketika ditanya Jessica. Jika dia memiliki miom atau tumor jinak di rahimnya. Sehingga kemungkinan, dia akan sulit hamil di masa depan. Jika tidak ditangani segera.

"Seharusnya kamu bohong saja. Seharunya kamu tidak mengatakan yang sejujurnya pada Mama."

Ucap Jeffrey pada Joanna. Saat ini dia tengah menatap si wanita. Dengan tatapan kecewa dan marah tentu saja. Bukan karena wanita itu telah menyembunyikan sakitnya, namun karena dia telah berkata yang sebenarnya pada ibunya.

"Di sana ada Dokter Olivia juga. Kalau aku berbohong, apa tidak akan semakin menimbulkan masalah? Jeffrey, aku benar-benar minta maaf. Karena tidak cerita lebih cepat. Aku tahu kamu pasti sangat kecewa karena---"

"Iya, aku kecewa! Sangat kecewa! Bukan karena sakit yang kamu sembunyikan! Tapi kerena kamu berkata jujur pada Mama! Seharusnya kamu bohong saja! Katakan jika kamu baik-baik saja! Soal Olivia dan yang lainnya, aku pasti mengurusnya!"

Jeffrey tampak sangat marah. Wajahnya memerah. Rahangnya juga mengeras. Membuat Joanna agak takut dan mulai menundukkan kepala.

"Maaf."

"Kamu tahu aku sangat suka kamu, Jo. Aku tidak akan kecewa hanya karena hal ini. Aku juga tidak peduli jika memang kamu tidak bisa hamil."

Jeffrey mulai meraih kedua tangan Joanna. Lalu mengusapnya pelan. Sebab dia tidak ingin membuat takut si wanita.

"Besok aku antar ke rumah sakit. Aku ingin tahu separah apa sakitmu ini. Aku tidak mau kamu sakit. Aku tidak mau kamu meninggalkan akau sendiri."

Jeffrey sudah berkaca-kaca. Dia juga mulai memeluk Joanna yang masih menundukkan kepala. Sebab dia lebih takut kehilangan Joanna daripada takut tidak memiliki anak.

6. 00 AM

Hari ini hari minggu, Joanna sedang bersiap karena akan dijemput. Sebab Jeffrey sudah membuatkan janji dengan dokter Obyn kenalan di hari minggu. Namun bukan Olivia karena dia masih kesal dengan wanita itu.

"Pagi-pagi mau ke mana?"

Tanya Liana, ibu Joanna yang baru saja mengantar pesanan. Sebab dia memiliki usaha catering di rumah. Sedangkan Rendy, ayahnya, kini sedang membaca koran di teras rumah. Sembari meminum kopi hitam buatan istrinya.

"Mau ke rumah teman."

"Main terus! Cari pacar sana! Umurmu sudah 28! Nanti susah punya anak kalau ketuaan!"

Joanna diam saja. Lalu memakai sandal. Kemudian pamit pada ayahnya.

"Aku pergi dulu, Yah!"

"Mau ke mana? Diantar tidak?"

"Ke rumah teman. Tidak, aku naik ojek di depan."

Joanna langsung berjalan menjauhi rumah. Berjalan cepat dan sesekali menatap ponselnya. Sebab Jeffrey sudah tiba di tempat biasa menjemput dirinya.

"Maaf, lama."

Jeffrey diam saja. Lalu menjalankan mobil menuju rumah sakit yang ada di luar kota. Tidak heran jika mereka berangkat agak pagi sekarang. Sebab mereka janjian pada jam sembilan.

"Jeffrey, kamu marah?"

Tanya Joanna tiba-tiba. Saat mobil berhenti di lampu merah pertama. Sebab dia tidak betah didiami terlalu lama.

REALITY [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang