3/3

330 85 64
                                    


Joanna dan Jeffrey sudah selesai mandi sekarang. Sudah sama-sama makan malam juga. Namun Giani tidak kunjung datang. Mungkin karena terjebak macet di jalan. Mengingat sebelumnya, mereka terjebak macet juga.

"Kalau mengantuk, kamu bisa tidur dulu. Nanti aku yang buka pintu."

Ucap Joanna pada Jeffrey yang sudah duduk di tepi ranjang saat ini. Ranjang single yang baru saja ditambahkan oleh pihak hotel. Karena ini kamar untuk pengantin dan sudah pasti hanya ada satu king bed saja tadi.

"Tidak, kamu saja yang tidur. Nanti aku yang akan buka pintu."

Joanna mengangguk singkat. Dia mulai menaiki ranjang. Dengan rambut panjang yang digerai bebas.

"Mau nonton? Aku juga belum ngantuk!"

"Boleh!"

Jeffrey langsung bangkit dari duduknya. Lalu mendekati Joanna yang kini sudah menyandarkan punggung di kepala ranjang. Kemudian memilih film yang akan ditonton sekarang. Mengingat di depan ranjang ada televisi yang berukuran sangat besar.

"Wah! Historynya film-film dewasa semua."

Joanna terkekeh pelan. Saat ini dia sedang berkutat dengan remot televisi yang sudah dipegang. Lalu mencari film yang akan ditonton sekarang.

"Kamu suka film apa?"

"Terserah. Aku ikut kamu saja."

Jeffrey mulai menyandarkan punggung di kepala ranjang. Setelah Joanna menggeser badan. Seolah memintanya ikut duduk di sampingnya.

"Oke. Film yang lucu-lucu saja, ya?"

Jeffrey mengangguk singkat. Lalu film Mr. Bean terputar. Membuat gelak tawa mereka terdengar. Namun di tengah film terputar, Joanna mulai menidurkan badan. Karena mengeluh punggungnya pegal.

Jeffrey juga mengiyakan. Namun dia tidak ikut tidur di sampingnya. Dia masih duduk dan sesekali melirik Joanna yang perlahan mulai memejamkan mata. Lalu tidur setelahnya.

"Dia semakin manis saat pakai baju rumah."

Jeffrey mulai memakaikan selimut untuk Joanna. Karena saat ini, wanita itu hanya memakai kaos lengan pendek dan celana panjang saja. Tidak ada yang spesial. Namun anehnya, Jeffrey justru suka.

Tok... Tok... Tok...

Jeffrey langsung turun dari ranjang. Lalu membuka pintu untuk Giani yang baru saja datang. Dengan wajah terkejut tentu saja. Sebab tidak menyangka jika mereka akan meniduri kamar megah untuk pasangan yang baru saja menikah.

"Tidak perlu terkejut begitu. Ayo, masuk! Kamu bisa tidur dengan Joanna, aku di sana. Kalau mau makan, langsung pesan saja. Aku mau tidur sekarang."

Giani mengangguk singkat. Kemudian mendekati Joanna yang kini sudah tidur pulas. Dengan selimut tebal yang sudah membungkus badan.

2. 30 AM

Giani baru saja selesai mandi. Dia sudah memakai baju tidur saat ini. Sama seperti Jeffrey. Karena dia tidak membawa baju ganti. Tadi, Joanna juga sengaja tidak memakai baju tidur yang disedikan hotel karena tahu jika Giani tidak membawa apa-apa ke sini. Sebab mengira jika dia bisa pulang malam ini.

"Dia tampan sekali."

Ucap Giani saat mendekati ranjang Jeffrey. Memuji ketampanan pria ini. Dengan wajah berseri. Sebab dia sudah lama suka Jeffrey. Sejak pertama kali magang di kantor ini.

Setalah memakaikan selimut untuk Jeffrey, Giani mulai mematikan lampu kamar ini. Lalu menaiki ranjang yang telah diisi Joanna sejak tadi. Kemudian ikut merebahkan diri di samping Joanna yang selimutnya sudah diambil. Membuat wanita ini mulai menggigil karena tidak biasa tidur di tempat dingin.

Tidak seperti Giani dan Jeffrey yang memang sudah terbiasa tidur di tempat dingin. Mengingat Giani adalah anak dari pemilik perusahaan tempat kerja mereka saat ini. Jelas dia sudah terbiasa tidur di ruangan dingin tanpa selimut sama sekali.

8. 30 AM

Jeffrey baru saja membuka mata, dia tersenyum saat melihat tubuhnya sudah dibalut selimut tebal. Karena mengira jika Joanna yang memakaikan. Bukan Giani yang berinisiatif sendiri tanpa diminta.

"Joanna di mana?"

Tanya Jeffrey saat melihat Giani yang sudah duduk di atas sofa. Dengan baju tidur hotel yang masih belum dilepas. Padahal, dia sudah mandi dan berdandan.

"Di kamar mandi."

Jeffrey langsung menatap kamar mandi. Joanna baru saja keluar dengan wajah pucat sekali. Karena dia agak demam karena dingin.

"Kamu sakit?"

Jeffrey langsung turun dari ranjang. Lalu mendekati Joanna yang sudah bermata merah. Sembari mengangguk malas karena tenggorokannya sedang sakit sekarang.

"Sudah pesan sarapan? Setelah ini kita langsung ke rumah sakit, ya?"

Joanna mengangguk singkat. Begitu pula dengan Giani yang kini ikut mengangguk juga. Sebab dia baru saja memesan sarapan untuk mereka.

Jeffrey tampak begitu khawatir pada Joanna, namun wanita itu diam saja. Entah karena kesal atau justru karena tenggorokannya sakit sekarang. Sedangkan Giani, dia hanya menonton saja. Tanpa merasa bersalah. Karena telah memakaikan selimut Joanna untuk Jeffrey semalam.

Padahal, kemarin Jeffrey sengaja tidak meminta selimut karena merasa panas. Dia hanya meminta ranjang dan bantal saja. Tidak heran jika Joanna tampak sedikit kesal sebab merasa jika Jeffrey plin plan karena telah merebut selimutnya.

"Kemarin malam kamu masih baik-baik saja. Kamu ada alergi apa? Apa jangan-jangan, karena dingin, ya? Lalu, kenapa selimutnya kamu pakaikan aku semalam?"

Tanya Jeffrey saat Giani berada di kamar mandi. Dia sedang memakai baju kerja yang kemarin. Sebab mereka baru saja selesai sarapan dan bersiap pergi.

"Aku tidak memakaikan selimut untukmu."

Joanna mulai mengemasi barang-barang. Lalu menyeka ingus yang hampir keluar dengan tisu yang ada di atas meja. Membuat Jeffrey langsung menarik nafas panjang karena sadar jika hal ini terjadi karena Giani yang telah asal bertindak.

"Pasti Giani, aku akan menegurnya."

"Tidak usah! Sudah terlanjur juga."

"Maaf, ya? Aku kira kamu yang pakaikan, jadi aku diam saja saat pertama kali sadar."

"Tidak apa-apa. Bukan masalah besar. Nanti juga sembuh kalau sudah minum obat."

Jeffrey mengangguk singkat. Lalu menatap Joanna dengan perasaan merasa bersalah. Karena dia telah membuat Joanna sakit akibat kedinginan sepanjang malam.

1. 00 PM

Jeffrey baru saja menurunkan Joanna. Wanita itu langsung berterima kasih juga. Lalu berpamitan.

"Aku masuk dulu. Hati-hati!"

Jeffrey mengangguk singkat. Sedangkan Giani mulai pindah di kursi depan. Sebab sejak tadi dia duduk di belakang.

"Aku duduk di depan, ya?"

"Iya. Rumahmu di daerah mana?"

"Jalan Veteran nomor delapan."

Jeffrey mengangguk singkat. Lalu mengantar Giani sampai di depan rumah. Membuat pria itu sadar jika wanita ini adalah anak si pemilik perusahaan tempat dirinya kerja.

"Kamu anak Pak Surandar?"

"Iya. Kamu pasti kenal baik dengan Papa, kan? Mau mampir sebentar? Papa pasti senang karena bertemu kamu sekarang."

"Tidak. Kapan-kapan saja. Aku sudah lelah."

Giani mengangguk kecewa. Lalu memasuki rumah setelah berterima kasih pada Jeffrey yang telah mengantarnya. Meskipun pria itu lebih banyak diam saat bersamanya. Tidak banyak bicara seperti saat bersama Joanna.

Tbc...

REALITY [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang