Chapter 8

8.9K 647 26
                                    

[ Sedikit NSFW, tapi masih aman ]

Semua pelayan di rumah ini tahu sejak Arsen membawa 'Yumna' kembali ke rumah, 'Yumna' ini hanyalah pengganti, pengganti yang tidak layak untuk dihormati.

Setelah 'Yumna' mengetahui jika ia hanya pengganti, semua pelayan ingin menertawakannya namun merasa kasian, lalu mereka ingin mengumpati 'Yumna' karena menjadi orang tidak tahu diri setelah tahu kedudukan yang sebenarnya, wanita muda itu selalu menganggu Arsen, menyebabkan masalah, membuat malu, dia terlalu cemas hingga menyebabkan seisi rumah menganggapnya orang gila.

Sementara saat ini, Arsen di sini dengan penuh kasih sayang menatap Yumna, memberi kesempatan berbicara, mendengarkannya dengan serius meski sebenarnya masalah yang diributkan hanya masalah 'sepele', setidaknya untuk ukuran direktur menangani persoalan rumah, pria itu juga menenangkannya, menyelesaikan masalah untuknya.

Bibi Yani sangat memahami karakter Arsen, ia segera menyadari jika wanita muda di depannya tidak boleh dianggap sepele lagi karena tuannya memperhatikannya, ia menerima kenyataan dengan cepat, mengangguk. "Saya mengerti tuan. Saya akan pergi membersihkan."

Setelah itu, Bibi Yani pergi.

Arsen merangkul bahu Yumna, membawanya melangkah masuk ke dapur, bertanya seolah kejadian tadi bukan apa-apa dan tidak mengangu suasana hangat setelah percintaan panas, "Jadi, apa yang akan istriku masak hari ini?"

"Ah, apa yang kau inginkan? Aku tidak yakin juga jika kau akan menyukai masakanku. Apa sebaiknya pelayan saja yang memasak?"

Arsen mengernyit, tidak mengerti jalan pikiran istrinya. "Setelah pertarungan besar ini, kau akan menyerah begitu saja?"

Yumna menoleh. "Lalu, apa yang kau inginkan? Jika kau menginginkan sesuatu, aku mungkin bisa membuatnya."

"Sup ayam?"

"Kau ingin sup? Aku akan memasaknya. Kau pergilah ke kamar terlebih dahulu."

Arsen menggeleng, tidak mau pergi, ia melepaskan bahu Yumna, membuka lemari yang menyimpan alat memasak yang terawat dengan baik. "Aku akan menemanimu di sini."

Yumna menatap Arsen ngeri. Sialan, Yumna ingin mengutuknya dengan keras lalu menampar kepala pria bajingan ini dua kali.

Apa yang terjadi dengannya? Mengapa sangat melekat seperti ini?

Jauh-jauhlah dari Yumna, oke?! 

Arsen menoel pipi Yumna. "Sayang, apa kau tidak menyukaiku menganggumu? Tapi, aku masih merindukanmu. Sekarang lebih nyaman berbicara denganmu, jadi aku ingin selalu bersamamu."

Sial, Yumna sekarang mengerti mengapa protagonis laki-laki ini begitu melekat padanya.

Sesudah membaca novel Sunset is You sampai habis, walau kisah 'Yumna' dan Arsen tidak disebutkan secara mendetail karena takut melukai hati mungil pembaca pendukung Arsen dan Pitaloka, Yumna tahu Arsen hanya tidak suka bertengkar.

Oleh sebab itu, sejak bertemu dengan Arsen, Yumna akan berhati-hati untuk tidak membahas hal yang memicu pertengkaran.

Ini sangat mudah. 'Yumna' yang terlalu cemas hingga tidak menyadari hal penting ini. 

Karakter 'Yumna' dalam novel Sunset is You adalah wanita berusia 26 tahun dengan kepribadian berusia anak lima tahun yang suka mengeluh dan membuat lelah Arsen, cemburu setiap hari, khawatir setiap hari, berbicara dengannya terus melelahkan karena topik yang dibahas selalu 'apa kau berselingkuh? ' jika tidak akan menjadi 'kau bertemu dengan mantan pacarmu itu?', kemudian mereka bertengkar.

Wajar jika Arsen lelah dan juga marah ditanyai seperti itu terus menerus, memilih meninggalkan rumah, namun juga wajar untuk 'Yumna' merasa cemas, dia ternyata hanya pengganti, hak apa yang ia miliki?

Kembali pada pertengkaran, setelah pertengkaran terjadi, penulis akan memberi hiburan dengan perbandingan kualitas diri 'Yumna' dan Pitaloka, kerinduan Arsen yang tumbuh, dan juga keinginan mencari Pitaloka semakin meningkat, tentu saja sisanya menjelek-jelekkan 'Yumna' yang tidak berarti apa-apa untuk Arsen.

Ugh, 'Yumna' ini sebenarnya menggali kuburan sendiri!

Yumna senang, sedikit puas dan lega. Langkah yang bagus untuk menghindari kematian dalam satu kalimat sudah dilakukan!

Bajingan!

Yumna tidak percaya ia bisa menaklukkan protagonis laki-laki ini!

Yumna tersenyum, berjinjit, mencium bibir Arsen sekilas."Tidak apa-apa. Aku tidak keberatan."

Sekarang bahkan Arsen terlihat makin tampan.

Setelah itu, Yumna membalikkan badannya ke arah meja dapur, menghindari wajah Arsen karena malu.

Arsen mendekap bahu kecil Yumna dari belakang, tubuh mereka menempel erat. Arsen meletakkan dagunya di pucuk kepala Yumna, ia bernapas seolah melepaskan beban beratnya, "Tolong terus seperti ini, aku akan lelah jika kau membahas hal-hal yang mengesalkan."

Yumna menepuk tangan Arsen. "Aku tidak akan membahas sesuatu yang tidak kau suka lagi, oke?"

Arsen tidak menjawab, ia sedikit menunduk, mencium pucuk kepala Yumna, mengendus bau rambutnya."Sangat wangi. Aku menyukainya, bahkan hampir membuatku keras."

Yumna tiba-tiba berbalik, menatap Arsen dengan senyuman yang merekah di bibirnya.

Arsen tercengang, terlalu indah, terlalu indah sampai Arsen takut akan tiba-tiba menghilang dari pandangannya, takut jika kemana pun ia pergi ia tidak akan bisa menemukannya.

Kedua tangan Arsen menangkup pipi Yumna, matanya menatap ke bibir Yumna yang masih bengkak kemerahan, tadi malam ia benar-benar bertindak seperti binatang buas. Akal sehat Arsen menahan keinginannya untuk melahap bibir malang itu lagi, sayangnya sia-sia.

Yumna ditekan Arsen di meja dapur, kedua kaki Yumna terbuka lebar, dipisahkan dengan kaki Arsen. Arsen menopang kepala Yumna agar posisi merasa nyaman untuk berciuman, Arsen mencium bibir Yumna, menggigit lehernya, menyalurkan hasratnya yang masih membara.

Keduanya terengah-engah, suara bibir yang berciuman terdengar begitu mesum. Tangan Yumna berada di punggung Arsen, kuku jari Yumna mencakar punggung kokoh Arsen, ia kewalahan dengan ciuman ini, ia merasa hanya Arsen yang senang dengan dominasinya.

Setelah sepuluh menit, Arsen kembali ke akal sehatnya, ia menatap Yunna dengan puas, sementara Yumna terlihat sangat berantakan.

Arsen mencium mata Yumna, ia berkata dengan penuh kejujuran anak kecil, "Aku ingin menidurimu. Penisku menginginkanmu."

Yumna tersenyum tidak menyangka. Ia memegang penis yang terlihat menonjol di balik celana Arsen, benar-benar keras dan membengkak. "Selesaikan sendiri. Kau yang memulainya."

"Itu salahmu karena terlalu cantik."

Yumna memanggilnya dengan suara lelah, "Arsen, jangan sekarang, aku akan memasak untukmu. Apa kau tidak menginginkannya?"

"Aku menginginkannya tapi aku juga ingin bercinta denganmu."

"Arsen, apa kau serius?"

Arsen tahu ia berada di jalan buntu dengan melihat sorot mata Yumna. Hari ini, ia tidak punya pilihan selain menyelesaikan semuanya sendiri, lain kali ia tidak akan melepaskannya.

"Aku akan ke kamar. Berhati-hatilah saat memasak " Arsen menggosok rambut Yumna baru kemudian bisa melangkah pergi dari dapur menuju kamarnya.

Yumna menatap kepergian Arsen, ia ketakutan dengan hasrat Arsen, sial.

Lupakan si mesum itu. Yumna berpikir ia sudah membuat Arsen nyaman bersamanya dengan terlalu mudah. Ia harus memikirkan cara agar Arsen tidak akan membuangnya saat bertemu dengan protagonis perempuannya.

Dalam novel Sunset is You, Arsen hanyalah anak yang kurang kasih sayang karena orang tuanya yang kaya sibuk bekerja, maka Yumna harus memberi segala kasih sayangnya yang tidak pernah ia rasakan, melampaui mantan pacarnya Pitaloka tentu saja.

Pitaloka itu hanya memberi makan siangnya pada Arsen setiap hari saat di SMA, dan Arsen memberi hatinya dengan mudah. Payah sekali.

Menurut Yumna, karakter Arsen ini sedikit masuk akal, Arsen ingin diperlakukan seperti laki-laki besar, di lain sisi ia juga ingin diperlakukan seperti bayi besar.....Sungguh mengharukan.....Yah.....Bayi besar.....Hehehe....Laki-laki besar.....

Arsen's Wife Wants to LiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang