Chapter 24

5K 433 366
                                    

<sebelum baca follow aku duluu donggg>

Emosi Arsen meluap, seperti tidak ada kelogisan sempurna yang berjalan dengan baik di otaknya lagi. Matanya menatap tajam, sementara kedua tangannya mencengkram bahu Yumna. "Aku mohon, Yumna, berhentilah membuatku khawatir."

Bahu Yumna sakit, Yumna tahu betul Arsen mati-matian sedang menahan diri untuk tidak meluapkan amarahnya saat ini.

Yumna menangkup wajah Arsen, membelai wajahnya yang berkeringat. "Apa yang kau khawatirkan? Arsen, aku tidak mengerti."

Diam untuk sesaat, Arsen entah kenapa menyukai dirinya dibelai seperti ini, ia mendapatkan lagi ketenangannya. Kemudian, dia melihat tatapan Yumna yang khawatir bercampur dengan ketakutan, serta merasakan tangan dingin yang membelainya itu sedikit gemetaran, Arsen masih waras untuk benar-benar tidak mempunyai pikiran untuk membuat keributan lagi, jangan sampai hubungan mereka menjadi bertambah runyam.

Arsen mencubit pipi Yumna, lalu berkata, "Hubungi aku lain kali, oke?"

"Arsen, katakan padaku ada apa?"

"Bukan apa-apa, aku yang salah. Reaksiku berlebihan, istriku hanya ingin menjaga orang sakit." Arsen menarik tubuh kecil itu ke pelukannya. Sembari membenamkan wajahnya di bahu Yumna, Arsen menegaskan lagi, "Lain kali hubungi aku, sesibuk apapun aku, aku akan selalu berlari padamu."

Kelegaan begitu segar terasa di hati Yumna, monster itu sudah menjadi suami yang baik lagi, dan juga Yumna tidak perlu takut ketahuan telah merayu seorang pria. Yumna lalu tertawa kecil. "Itu berlebihan."

Arsen mengelus rambut Yumna, kemudian mencium kening istrinya itu. "Tidak ada yang berlebihan jika itu untukmu."

"Oke."

Yah, suka-sukamu sajalah, protagonis laki-laki yang terhormat.

Cih, bicaranya manis sekali seperti tidak pernah membicarakan hal buruk tentangnya pada teman-teman sesama bajingannya itu.

Tentu saja, pada alur cerita, Arsen membicarakan hal buruk tentangnya, betapa tidak berharganya Yumna, dan betapa dia mencintai Pitaloka pada teman-temannya.

Yumna tahu dia semakin direndahkan bukan karena orang lain, tapi suaminya sendiri yang tidak menghargainya.

Ayolah, orang gila, seharusnya paling tidak kau membela Yumna! Tapi, apa boleh buat Arsen menganggapnya boneka, mana mungkin pantas dihargai. Menyebalkan sampai ingin mencekik suaminya sendiri sampai mati.

Arsen tersenyum sangat tipis, lalu mencium punggung tangan Yumna dengan lembut."Maaf telah memarahimu. Sudah larut, ayo, pulang."

"Oke." Yumna mengangguk setuju.

Setelah itu, Arsen mengenggan tangan Yumna, membawanya berjalan ke mobil. Arsen membukakan pintu untuk Yumna, menyuruh wanita itu untuk masuk dan kemudian memasangkan seat belt.

Sementara itu Yumna menatap wajah tampan kelelahan suaminya itu. Sial, dia merasa bersalah setelah berselingkuh. Seandainya Arsen tidak mempunyai hubungan apapun dengan Pitaloka, seandainya perasaan Arsen untuknya murni, Yumna percaya dia akan sangat mencintai suaminya yang lembut ini.

Seandainya bajingan ini tidak terlalu jahat, Yumna akan senang berada di pelukannya, bukannya merasa sesak dan ingin melarikan diri. Jadi, Yumna mencium bibir Arsen sekilas.

Arsen terkejut, dia lalu tersenyum tipis dan mengacak-acak rambut Yumna. "Untuk apa ciuman ini?"

Yumna hanya menggeleng sebagai jawabannya.

Untuk apa?

Untuk rasa bersalah Yumna, bukan untuknya atau juga perasaan cinta konyol yang tidak ada itu.

Arsen's Wife Wants to LiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang