❄︎[02] It's he?❄︎

108 9 0
                                    

Happy reading!
~~~~~❄︎❄︎❄︎❄︎❄︎~~~~~

Di sebuah ruangan yang sepertinya sebuah ruang kerja. Duduklah seorang pria paruh baya yang memiliki rahang tegas, alis tebal, perwatakan tubuh tegap nan sehat, serta sorot mata tajam yang membuat dirinya terlihat masih berusia 40an, padahal aslinya sudah kepala tujuh.

Pria tersebut mengenakan setelan jas abu-abu dan kemeja hitam di kursi kebesarannya, mengurus dokumen perusahaan yang harus ia tanda tangani saat ini juga. Ia masih sibuk dengan kertas-kertas dokumen tersebut sampai ketukan pintu menghentikan kegiatannya.

Tokk.... Tokk..,... Tok...

"Tuan, saya membawa laporan dari tim Alpha yang di kirim ke Kalimantan." terdengar suara seseorang di balik pintu.

"Masuk," sahut pria paruh baya yang duduk di belakang meja kerjanya, ia menurunkan kertas-kertas itu dan memberikan perhatian penuh pada pria yang membawa hal penting yang sudah lama ia nantikan.

Mendapat izin untuk masuk, orang itu lantas membuka pintu dan bergerak menghampiri pria pemilik ruangan bernuasa biru-hitam tersebut. Seseorang itu berdiri tepat dua langkah di depan meja kerja atasannya, memakai setelah jas, celana hitam dengan kemeja putih, sebuah pin dengan dua huruf 'VR'  tersemat di dada kirinya, di lengkapi dengan kacamata yang bertengger di hidung mancung pria itu.

"Katakan." titah pria paruh baya itu, ia sudah benar-benar tidak sabar menunggu hal ini.

Seseorang yang lebih muda itu mengangguk kemudian menyerahkan berkas yang ada di tangannya sejak tadi, lalu ia sendiri menyalakan tablet nya yang sudah menemaninya sejak awal bekerja dengan tuannya itu.

"Menurut laporan, pesawat Nona sudah mendarat sejak sore pukul 15:42 WIB di bandara Soekarno-Hatta internasional, mereka tiba di rumah pukul 16:14 WIB, Tuan." ucap pria itu memulai laporan nya, masih dengan melihat tablet di tangannya.

"Nona tidak pulang dengan Papa nya, Tuan. Dia kembali ke rumahnya yang dulu saat masih tinggal bersama Nyonya Kayla"

Pria berjas abu-abu itu menyerngit samar. "Kenapa gadis itu tidak pulang bersama Papanya?" tanyanya pelan namun masih bisa di dengar oleh pria dengan tablet tersebut.

"Menurut laporan yang saya terima, Nona dan Tuan Luvian sempat berdebat di mobil dalam perjalanan pulang, Tuan." jelas nya setelah melihat halaman lain dari laporan di tablet nya. "Ah..., dan di tuliskan juga bahwa Nona meminta untuk membawa motor dan Mobilnya ke rumahnya."

"Hmm.... Seperti nya yang satu ini akan menjadi 'Kavila' kedua," lirih pria paruh baya itu dengan smirk nya, dirinya sudah merasakan firasat tentang sesuatu.

Pria berkacamata bergidik ngeri saat melihat 'senyuman samar' dari atasan nya. Meskipun sudah dengan pekerjaan ini selama bertahun-tahun kadang ia masih merasa takut saat berdekatan dengan para anggota keluarga majikannya itu, apalagi saat mereka mengeluarkan aura mencekam dan dingin mengintimidasi membuat seluruh pelayan (maid) maupun para bodyguard meremang seketika.

"Ada lagi?" tanya pria paruh baya itu setelah selesai membaca seluruh kertas laporan di tangannya. "Apa kalian menemukan sesuatu?"

"Maaf, Tuan. Bakhan setelah selama ini kami masih belum menemukan apapun, tapi menurut investigasi yang di lakukan tim Alpha di sana, mereka hanya menemukan bahwa 'itu' berhubungan dengan Leandra Kaxlyris." jawab pria berkacamata itu sambil memeriksa laporan sekali lagi.

"Leandra Kaxlyris....." ulang pria itu dengan rahang mengeras.

Tangannya sudah terkepal, meremas berkas laporan di genggaman nya. Alisnya menungkik tajam, pandangannya mendingin menatap pada kertas di hadapannya seolah benda itu adalah objek kemarahan nya. Aura mencekam mulai menguar dari sekujur tubuh pria itu, jelas sekali ia terlihat sangat marah. Pria dengan tablet tersebut sudah berkeringat dingin saat merasakan tiba-tiba bulu kuduknya berdiri, ia sudah menduga majikannya ini akan murka.

KANIANA [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang