BAB 1

790 41 1
                                    

Setelah lelah membersihkan rumah, aku beristirahat di sofa dengan diiringi suara televisi yang masih berbunyi.

Aku memerhatikan novel yang baru aku temukan di antara buku yang ada di perpustakaan dengan cover yang menarik perhatian. Setelah membersihkan sampul buku tersebut, membuatku penasaran dengan isinya.

Cover dengan judul "Lady Blossom" terlihat.

Aku pergi menuju kamar tidur dengan membawa novel yang kutemukan sebelumnya.

"Kenapa novel ini tidak pernah terlihat sebelumnya?" heranku.

Aku mulai membaca novel tersebut, ceritanya cukup sederhana di mana seorang wanita miskin yang memiliki paras cantik dan sikap yang lembut mencoba mengubah nasibnya dari berbagai penderitaan yang dialaminya. MC ditindas di sekolah, ibunya sakit, dan dua orang adik yang masih diurus. Cerita ini memainkan sebuah kisah cinta segitiga di mana kedua orang pria yang berteman dari masa kuliah hingga akhirnya mereka dewasa. Kedua pria memperebutkan hati pemeran utama wanita.

"Sialan, menggunakan nama suamiku sebagai pemeran utama pria kedua." Aku pikir harus bertemu penulis novel ini.

Aku terus membaca cerita hingga menuju ke pertengahan novel.

"Ini aneh, deskripsi pemeran utama wanita dan pemeran utama pria mirip dengan teman suami ku." Tanganku mulai gemetar.

Sahabat suamiku Yuriana Cesia memiliki deskripsi yang sama dengan pemeran utama wanita bahkan sikap dan perilaku mereka mirip sedangkan pemeran utama pria memiliki nama yang sama dengan teman dekatnya, Lavan Georgia.

"Novel sialan!!" teriakku dengan tangan  gemetar kubuang novel itu.

"Tidak, tidak mungkin"

Aku mempercepat langkah menuju ke ruang kerja suamiku, mencari barang-barang yang mungkin akan menjadi petunjuk.

"Tidak... Tidak mungkin" Aku terus mengeleng menolak hal tersebut.

"Mungkin ini semua hanya mirip. Yah, itu mungkin."

Aku mulai mencari riwayat pendidikan suamiku. Kemudian aku mencari foto-foto suamiku.

Foto suamiku bersama seorang wanita cantik tersimpan di dalam kontak yang disimpan di atas lemarinya. Juga foto wisuda suamiku bersama sahabatnya.

Nafasku yang berat terdengar.

"Ah..." Air mataku mengalir

Barang yang tertata rapi di ruang kerja suamiku semuanya berantakan. Aku tidak peduli dengan hal tersebut. Aku terus berjalan ke kamar tidur dengan air mata bercucuran.

Kepalaku sangat berat, air mataku terus mengalir, aku mencoba bernafas dengan dada yang sesak. Aku mulai menarik rambutku mencoba untuk tetap sadar.

Segala hal rumit dan berkaitan dalam novel tersebut kucoba mengaitkannya dengan perilaku suamiku yang selama ini ku kenal sangat berbeda dengan yang ada di novel.

"Sayang, apakah aku mengenalmu?" Kulihat foto pernikahan kami yang terpampang di hpku. Fotoku bersama suamiku.

"Ah... Bahkan kamu tidak tersenyum" Air mataku semakin deras.

_________________________

Aku bangun dengan mata bengkak, kepala sakit dan baju yang berantakan. Ini sudah tiga hari aku meratapi nasib ku sendiri.

Suamiku, Sean Cardenas sedang dalam perjalanan bisnis selama seminggu dan hari ini seharusnya dia sudah pulang.

Ku bersihkan badanku, mencoba merias wajahku menutupi mataku yang bengkak.

"Dasar novel sialan!!" Kutukan terus keluar dari mulutku.

Aku mulai membersihkan ruang kerja suamiku mencoba merapikan kembali barang yang berserakan.

"Memangnya kenapa kalau dia pemeran utama pria kedua, dia suamiku sekarang." Pikirku.

"Ya, itu semua sudah berlalu." Ucapku sambil berdiri.

Aku mencoba makan dan menonton TV mencoba melupakan semuanya.

"Dasar pemeran utama wanita yang tidak tahu diri! Kenapa juga kau harus menarik dua orang pria!" Ucapku sambil melempar bantal yang kupeluk ke arah tv.

"Dasar pria bodoh!!" Umpatku sambil mencoba melepas rasa frustasiku pada bantal yang masih tersisa disampingku.

"Padahal suamiku sempurna, kenapa wanita itu malah memilih pemeran utama pria" Ucapku kesal.

Suamiku sangat tampan, jujur saja aku jatuh cinta pada pandangan pertama karena ketampanannya. Dia pintar, kaya, muda, baik dan wajahnya yang mampu bersaing diantara para aktor dan idol.

Kubuka HP ku memperhatikan foto suamiku sendiri.

"Dia sempurna" Pikirku. Wajahnya tampan dengan garis hidung yang tinggi, rahang yang tegas, bibir tipis, mata yang seksi. Begitulah deskripsiku terhadap suamiku sendiri.

Terdengar bunyi pintu, kegugupan mulai menghampiri. Biasanya aku akan segera memeluknya dan bersikap manja ketika suamiku pulang.

"Haruskah aku menyambutnya, atau tidak." Gumamku.

Karena terlalu gugup, aku berlari kembali ke kamarku. Menutup badanku dengan selimut berpura-pura tidur.

Terdengar bunyi pintu kamar terbuka. Suamiku yang berjalan mendekat, menambah kegugupan dalam diriku. Suami membuka selimut yang menutupi kepalaku sedikit dan mengusap kepalaku pelan lalu ia pergi begitu saja.

"Hah... Kenapa dia melakukannya" Kegugupanku hilang digantikan dengan perasaanku yang campur aduk.

Bunyi air terdengar dari kamar mandi.

"Aku harus segera tidur." Sebelum suamiku selesai mandi dan melihatku berpura-pura tidur

Tanpa kusadari waktu telah berlalu. Suamiku sudah keluar dari kamar mandi.

Dia terus melangkah menuju tempat tidur, karena aku tidur memunggunginya aku tidak tahu apa yang dia lakukan.

Kasur bergerak, sepertinya suamiku masih belum ingin tidur, dia memiliki kebiasaan membaca sebelum tidur. Biasanya aku akan langsung tidur tapi karena pikiranku campur aduk membuatku sulit tidur.

Setelah beberapa saat, lampu dimatikan. Selimut yang kugunakan sedikit tertarik, sepertinya suamiku sudah mencoba tidur.

Dia bergerak mendekat kepadaku, hingga akhirnya tangannya terasa dipinggangku dan dada suamiku terasa di punggungku. Sedekat itulah kami sekarang. Aku kaget, jantungku berdebar dengan kencang.

"Aku harap dia tidak mendengar jantungku" ucapku dalam hati.

"Sayang, mimpi indahlah" Bisik suamiku.

Karena perkataan tersebut perasaanku yang dalam terhadapnya terus mencoba masuk lebih dalam.

"Karena inilah bahkan jika suamiku berbohong kepadaku, aku akan memaafkannya." Ucapku dalam hati.

Perilakunya yang lembut, sikap dan perhatian yang diberikan dan pelukan hangat tersebut membuatku tidak bisa berpaling.

Nafas yang teratur mulai terdengar di belakang punggungku, aku mencoba berbalik dengan membuat sedikit gerakan.

"Dia sudah tidur." Ucapku sambil menatap suamiku.

Aku memeluknya mencari tempat yang hangat, menghirup aroma tubuhnya.

"Semua akan baik-baik saja."

Dengan segala pikiran yang menumpuk kupikir aku tidak akan tertidur tapi setelah beberapa saat rasa hangat dari tubuhnya seolah menyebar ke seluruh tubuhku, membuat tubuhku rileks dan menimbulkan rasa ngantuk yang telah terpendam selama 3 hari ini terkumpul.

My husband is second male leadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang