Bab 14

159 15 0
                                    

Berbagai makanan di sajikan mulai dari makanan berat hingga makanan ringan. 

"Sayang, kamu mau makan apa?"

Saat bersikap marah bukankah kita seharusnya bersikap cuek. Tapi, karena suamiku terus berbicara di sampingku membuatku merasa tidak nyaman. Saat aku tidak menanggapinya dia dengan sabar memilih kue yang kusukai kemudian menaruhnya di kedua tanganku.

"Setidaknya kamu tidak boleh kelaparan"

Suamiku berdiri di sampingku menatapku yang sedang makan, karena dia hanya terus menatapku aku menyuapinya karena mungkin saja dia belum makan.

"Kamu sudah makan?"

Sean tersenyum dan memelukku kemudian bersandar di bahuku kembali.

"Istriku, aku belum makan sejak pagi hari"

Aku terkejut bahwa dia benar-benar belum makan selain makan pagi tadi.

"Bukankah seharusnya kamu bersenang-senang setelah pergi bersama temanmu saat meninggalkan istrimu sendiri"

Sindiran ku lontarkan kepada suamiku sendiri, sambil masih menyuapinya makanan. Sean masih saja tersenyum saat aku memarahinya. 

"Haruskah kita makan di luar? Aku benar-benar sangat lapar?"

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, seseorang memanggilku dari belakang. Terlihat Vernon yang berjalan dengan cepat ke arahku.

"Selena!!"

"Kamu benar-benar datang"

Vernon yang datang tiba-tiba, langsung memelukku di samping suamiku yang sedang menatap tajam. Sean langsung menjauhkan badanku dari Vernon dan memelukku.

"Siapa?" tanya Sean.

"Su-suami Selena? Halo, saya Vernon temannya Selena"

Vernon berteriak dengan keras hingga teman-teman lain semakin fokus dengan kami. Semakin banyak yang berkumpul mengerubungi kami.

"Selena, lama tidak bertemu"

"Halo" Ucapku sekadarnya sambil tersenyum.

"Aku tidak tahu bagaimana kamu bisa tidak mengundangku saat kamu menikah"

Vernon bertingkah seolah-olah dia sedih karena dia dikhianati.

"Hhah, sudahlah saat itu kamu juga sedang melanjutkan pendidikanmu kan?"

"Tapi tetap saja, tahukah kamu betapa kagetnya mendengarmu sudah menikah dari orang lain? Tapi bukankah kamu harus memperkenalkan suami dulu?"

"Ini suamiku"

"Halo, saya Sean Cardenas senang bertemu dengan kalian"

"Halo"

Para wanita tersipu melihat suamiku membuatku kesal dan menatap suamiku. Sean yang tidak tahu apa-apa menatapku dengan tersenyum. Setelah kuingat dia selalu tersenyum seperti itu saat bersikap ramah kepada koleganya.

"Halo Selena, lama tidak bertemu"

"Iya, selena kamu tidak pernah menghubungi kami lagi"

Suara-suara yang tidak ingin kudengar mencoba menyapaku. Aku berbalik manatap mereka dan tersenyum bisnis.

"Lama tidak bertemu"

Dua wanita yang pernah menjadi temannya saat berkuliah dulu. Wanita cantik berambut pirang yang bernama Lysandra dan wanita tinggi di sampingnya beranama Andin. Kami awalnya berteman karena sama-sama barada di kalangan atas, ibuku juga awalnya menyuruhku berteman dengan keluarga yang kaya sehingga aku tidak akan di manfaatkan tapi sepertinya itu tidak berlaku seluruhnya. Aku tahu terkadang pertemanan itu tidak murni tapi aku berharap setidaknya kami dapat berteman dengan baik.

"Aku tidak tahu kamu sudah menikah" Lysandra menatapku dengan penasaran.

"Iya, ini suamiku Sean"

"Halo" 

"Halo"

"Bukankah kita pernah berteman setidaknya seharusnya kamu mengabari kami saat kamu menikah" Andin menatapku seolah dia kecewa.

"Itu terjadi begitu saja dan aku ingin melakukannya dengan sederhana"

"Bukankah itu karena kamu tidak ingin mengundang kami. Lagipula pertengkaran kita dulu itu terjadi hanya karena kita masih kecil." 

Suamiku menatapku dengan bingung, karena aku tidak pernah menceritakan kesulitan yang kuhadapi pada masa kuliah. Mereka teman yang kuanggap berharga pernah mengkhianatiku, mereka pernah menyebarkan gosip bohong tentang aku yang dianggap murahan. Walaupun banyak yang tidak percaya ada juga yang menganggapnya mungkin itu benar karena peristiwa yang pernah hampir terjadi.

"Jadi, kalian masih mengingatnya kupikir kalian sudah melupakannya karena kalian tidak pernah meminta maaf"

Aku menatap mereka mereka dengan tersenyum ringan menyembunyikan perasaanku dan menggandeng tangan suamiku dengan erat.

"Maaf saat itu, kami juga tidak percaya sehingga kami mulai bertanya kepada orang lain" Lysandra mencoba memegang tanganku tapi aku menepisnya.

"Jika kalian bertanya seharusnya bertanya kepadaku. Dengan bertanya kepada orang lain, bukankah itu akan membuat rumor yang tidak benar"

"Iya, saat itu kami benar-benar membuat kesalahan. Maafkan kami, kami benar-benar ingin persahabatan yang pernah kita jalin tidak terputus karena masalah tersebut"

"Hah, masalah tersebut sudah selesai begitu juga dengan hubungan kita."

Andin menatapku dengan kecewa.

"Itu hanya masalah kecil kenapa kamu meributkannya?" Andin berteriak di depan banyak orang.

Aku sedikit terkejut dengan teriakannya sehingga aku mengeratkan gandengan tanganku kepada Sean. Sean menatapku dengan khawatir. 

Pertemananku dengan Andin memang seperti kucing dan tikus namun kami berteman dengan baik mungkin dia kecewa. Andin juga anak yang polos dan mungkin dia tidak paham akibat dari perbuatannya dulu sedangkan Lysandra sudah pasti paham dengan akibat yang akan terjadi karena sifatnya yang peka dengan sekitar dan dapat menutup kepribadiannya dengan baik.

Sean berdiri di depanku menatap Lysandra dan Andin.

"Istriku sudah memutuskan tidak ingin lagi berteman dengan kalian, bukankah seharusnya kalian menghormati pendapat istriku"

"Apa yang anda ketahui tantang kami" Andin masih terlihat menantang Sean.

Aku menarik tangan Sean untuk menahannya.

"Andin kamu sudah menyakitiku bahkan jika aku sudah memaafkanmu bukan berarti aku masih ingin dekat denganmu. Aku menganggap pertemanan kita dulu sebagai bagian dari kebahagian dan rasa sakit bagiku.

"Aku benar-benar tidak ingin menyakitimu"

"Iya aku paham, tapi kita sekarang sudah dewasa. Aku hanya ingin menjaga apa yang berharga bagiku dan menikmati segala kebahagian yang ingin ku raih. Kita mungkin tidak dapat berteman lagi, tapi jika kamu melihatku kamu dapat menyapaku" 

Andin masih menatapku sedih dan pergi tanpa mengucapkan kata-kata lain lagi. Lysandra yang masih menatap kami kemudian tersenyum.

"Jika kamu tidak ingin berteman lagi kami tidak dapat memaksamu lagi. Aku harap kamu bahagia. Kalau begitu, aku akan pergi dulu untuk mengejar Andin"

Lysandra pergi menimbulkan suasana hening di sekitar kami. Sean kemudian berusaha membuat suasana yang nyaman hingga satu persatu teman yang lain pergi.

My husband is second male leadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang