01 : Seorang Kakak

210 39 1
                                    

Langit sulit tidur nyenyak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit sulit tidur nyenyak. Maklum, kasurnya baru, suasananya baru, aromanya berbeda, dan kamarnya pun berbeda. Ia, Abimanyu, dan Bunda pindah ke rumah Baskara. Rumah Baskara lebih besar daripada rumah yang mereka punya. Kamarnya pun banyak. Dipakai dua kamar pun ternyata masih ada sisa kamarnya yang lain.

Dan pagi ini, Langit terbangun dengan sakit kepala karena ia sulit tidur. Namun ia segera memakai seragamnya dan mengecek semua buku dan alat sekolahnya. Setelah itu ia pergi ke kamar kakaknya yang terletak di sebelahnya persis, kamar Abimanyu.

Tok, tok!

"Abaang! Udah selesai belum?" Langit sedikit menaikkan suaranya, takut Abimanyu tidak mendengar.

"Udah! Kenapa?"

"Yuk, bareng ke bawah!"

Meski sudah tiga hari di rumah baru, tetap saja Langit canggung kalau datang sendirian ke ruang makan. Meski di sana ada Bunda, tetap saja ia ingin bersama Abimanyu. Langit menunggu sambil menyenderkan punggungnya ke tembok sebelah pintu kamar. Ia menerawang lurus ke depan, melihat lampu gantung yang besar.

"Baru tiga hari, belum ada tanda-tanda prahara, ya?"

"Diem." Langit berbisik. Ia menutup matanya sambil meremas tangannya.

"Santai aja kali. Lo marah-marah mulu." ada jeda beberapa saat. "Paling juga beberapa bulan lagi cerai."

Dak!

Langit memukul kepalanya tidak terlalu keras. Ia menggertakkan giginya. "Diem." bisiknya lagi, namun kali ini penuh penekanan.

"Lo... kenapa?"

Langit terkejut. Ia langsung menengadah dan melihat Davin yang berjalan sambil menenteng tas ke arahnya. Langit mengerjapkan matanya panik. "Ga-Gak..."

Davin mengerutkan dahinya dengan heran, campur khawatir juga. "Tadi lo pukul kepala lo. Lo sakit?" Davin menghentikan langkahnya di dekat Langit.

Sakit... Langit menelan ludah, lalu terkekeh pelan guna menetralkan ekspresinya. "Enggak, Vin, santai aja," jawab Langit. "Tadi kayaknya ada nyamuk, jadi gue tepok kepala gue deh."

Mendengar alasan aneh yang keluar dari bibir Langit, sontak membuat Davin terkekeh pelan. Ia menggeleng kecil. "Aneh lo. Nanti kalau tepokannya terlalu keras, bisa sakit kepala lo."

"Tuh denger. Bisa sakit kepala lo."

"Diem." bisik Langit tanpa sadar.

"Hah?" Davin terkejut lagi. "Gue diem?" tanyanya pada Langit. Davin rasa, ia mendengar Langit berbisik pelan dengan ekspresi yang sedikit kesal. Apa dirinya ada salah? Padahal hanya menyapa saja 'kan?

Candramawa Sang LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang