Note: Ini bukan lanjutan, hanya cerita selingan spesial lebaran saja. Aslinya, mereka masih punya konflik setiap anak. Namun untuk chapter sepsial, semua karakter di sini tidak memiliki koflik satu sama lain. Dan menggambarkan bagaimana jadinya kalau mereka benar-benar keluarga yang harmonis dan menyenangkan.
...
"Banguuun! Ayo bangun, anak-anak! Nanti terlambat!" Bunda sudah lelah membangunkan si kembar sulung dan bungsu yang susah dibangunkan. Termasuk Langit yang masih bergulung di dalam selimut hangatnya.
Bunda menghela napas panjang kelelahan. Kepalanya makin pening saat melihat jam menunjukkan pukul setengah enam pagi. "Astagfirullah, kenapa sih pada susah dibangunin—hei, bangun!" Bunda kembali masuk ke kamar Devan yang masih tertidur pulas.
"Bun?"
Bunda berbalik dan melihat Sagara dan Galang yang sudah rapi memakai koko hitam.
"Belum pada bangun, ya?" tanya Sagara melihat Bunda yang sudah kesusahan.
Bunda mengangguk. "Iya, duh, Bunda belum angetin sayurnya. Tolong bangunin adik-adik kalian, ya, kak." pinta Bunda dengan harap, sekaligus terburu-buru.
Sagara dan Galang mengangguk paham, menuruti apa kata Bunda, ibu sambungnya. "Iya, Bun. Ke dapur aja dulu, biar aku sama kak Saga bangunin mereka."
"Iya, makasih, ya." baru saja Bunda ingin pergi menuju tangga, ia melihat Abimanyu yang baru saja sampai di lantai dua. "Abi, tolong bangunin Langit, ya, Bunda mau ke dapur dulu." suruhnya.
Abimanyu, yang memakai koko putih itu mengerutkan dahinya. "Loh, belum bangun, ya, dia?"
Bunda menghela napas. "Kamu kayak gak tahu adikmu aja, Abi. Gempa juga dia gak bakal sadar kayaknya." balasnya dengan sedikit sarkas karena masih kesal.
Abimanyu ingin tertawa geli, tapi gengsi. "Ya udah, aku bangunin. Kalau gak bangun-bangun, aku minta izin buat banjur dia, ya, Bun."
Bunda mengangguk saja. Ya, lagian, tidak mungkin Abimanyu benar-benar melakukannya, kan? Akhirnya Bunda berjalan menuju dapur sambil menghangatkan sayur, rendang, dan makanan lainnya, sambil juga bersiap-siap memakai kerudung dan menyiapkan mukena dan sajadahnya.
Beberapa menit kemudian, Bunda yang sedang mengobrol dengan Papa sambil menunggu anak-anaknya bangun pun tersentak kaget ketika mendengar suara teriakan.
"BANG ABIIIIIII!!!!!"
"HAHAHAHAHAHA!"
"Abi, kasur adek lo basah!"
"BIARIN! SIAPA SURUH KEBO!"
"ABAAAAAAAAAAAANG!!!!"
Bunda dan Papa sudah tepuk jidat. Alhasil, siangnya mereka harus jemur kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Candramawa Sang Langit
Fiksi PenggemarLangit punya banyak kakak-adik sambung. Harusnya ia senang dan bahagia, namun ternyata kehadirannya dan Abimanyu, sang kakak, tidak diterima oleh beberapa saudara sambungnya. Akankah kisah keluarga Baskara-Raina akan berakhir baik? Atau memburuk? D...