03 : Mudah Dibenci

194 36 4
                                    

Daffa memperhatikan Langit, kakak sambungnya, berjalan begitu saja tanpa menyapa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daffa memperhatikan Langit, kakak sambungnya, berjalan begitu saja tanpa menyapa. Berjalan dengan langkah cepat, kemeja putihnya dikeluarkan begitu saja. Padahal beberapa hari kemarin, Langit terlihat rapi dan mencerminkan sebagai anak sekolahan baik-baik yang mengikuti tata tertib sekolah.

"Bang Langit kenapa?" tanya Daffi menghampiri Daffa.

Daffa menggeleng sambil mengedikkan bahunya. "Gak tau, Fi. Lagi gak mood mungkin." jawab Daffa seadanya.

Daffi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Apa jangan-jangan gara-gara semalam, ya, Fa?" tanya Daffi lagi.

Daffa mengerutkan dahinya, tidak paham apa yang Daffi maksud. "Maksud kamu apa, Fi?" tanyanya heran.

"Kemarin waktu di dapur bareng Bunda..." Daffi memberi jeda selama beberapa detik, memastikan baik-baik ingatannya.

"Kemarin kenapa?"

"Kemarin kita bikin cemilan bareng Bunda di dapur. Aku lihat ada bang Langit. Mau aku panggil, tapi dia langsung pergi begitu aja."

Daffa semakin mengerutkan dahinya, terkejut juga, karena dia tidak sadar kalau ada Langit di sana. "Loh, kemarin ada bang Langit, ya? Aku kira dia cuma ada waktu makan malam aja..."

"Ada loh," Daffi membalas lalu berjalan bersama Daffa, menuruni tangga. "Ada bang Langit, tapi habis itu gak tau ke mana lagi. Kayaknya balik ke kamar? Soalnya waktu itu di ruang keluarga cuma ada bang Devan sama bang Davin,"

Si kakak dari kembar bungsu menghela napasnya pelan. Kalau sudah seperti ini, ia jadi tidak enak dengan Langit. Pasti kakaknya masih berusaha beradaptasi. "Kalau gitu... nanti kita minta maaf, ya? Takutnya bang Langit marah..."

Daffi mengangguk. "Iya."

Daffa tahu betul perasaan Langit. Pasti dia merasa Bunda dimonopoli oleh mereka. Padahal nyatanya, mereka hanya terlampau senang karena baru memiliki sosok Ibu di dalam hidup mereka setelah tiga belas tahun tanpa Ibu.

...

Melihat Langit yang lebih diam dari biasanya membuat Abimanyu sedikit heran, termasuk Davin yang dari tadi memperhatikan Langit, ingin meminta maaf, namun sejak semalam sampai sekarang, Langit seperti menghindarinya.

Abimanyu menyenggol Langit dengan sikutnya. Ketika Langit menoleh padanya, Abimanyu menunjuk sayur dengan dagunya. "Gak ambil sayur?"

Langit perhatikan makanan yang dia ambil untuk sarapan. Lalu menggeleng tanpa melihat Abimanyu. "Gak mau." balasnya singkat.

Percakapan berhenti di sana. Abimanyu dan Langit sibuk dengan makanannya masing-masing. Si kembar bungsu saling tatap, mungkin makin merasa bersalah. Lalu ada Davin yang juga merasa tidak enak. Sagara, masih seperti biasanya, dia membiarkan adik-adiknya saja tanpa mau ikut campur lebih jauh, kalau sudah keterlaluan, ia pasti akan menegur mereka. Galang hanya makan dengan tenang seakan tidak ada yang terjadi di antara ia dan Abimanyu.

Candramawa Sang LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang