BC | 6

336 66 3
                                    

Jangan lupa vote & komen 🤗

***

BAB 6

***

Meski sempat hujan-hujanan yang berakhir membuat tubuh menggigil dan hidung mulai terasa mampet, namun ternyata dibaliknya ada takdir baik yang telah menanti Melody.

Sudah bersiap tidur lantaran kepala ikut terasa pusing, tiba-tiba Melody mendapatkan notifikasi pesan yang berasal dari nomor tak dikenal. Tanpa perlu menebak, wanita itu sudah tahu nomor asing yang mengirimi dirinya pesan singkat. Kelewat singkat malahan.

Niat hati ingin tersenyum senang lantaran Elang yang tak dirinya sangka-sangka mengirim pesan sebelum pagi menyapa, sayangnya ekspektasi tak seindah realita. Karena alih-alih tersenyum, Melody justru memasang wajah cemberut.

Demi apapun, Elang hanya mengirim pesan yang berisi satu huruf.

SATU.

Bahkan tidak sampai membentuk kata sama sekali.

Dari : +6282156******

P

"Takut lecet banget nyampe ngetik P doang?! Ck! Untung gue butuh, kalau enggak beuuhhhh ogah!!" Gerutu Melody yang memilih mengintip foto yang Elang pakai sebagai foto profil.

Pria itu memasang foto dua wanita beda generasi yang tersenyum bahagia ke arah kamera. Melihat foto itu, ia pun mengulum senyum. Dia sendiri tidak asing dengan dua wanita yang berada di dalam foto tersebut. Bahkan tadi sore baru saja melihatnya di kos-kosan milik Elang.

Mereka sangat cantik meski di foto itu Zalina terlihat pucat. Gadis yang malang karena masa mudanya harus dihabiskan di ranjang pesakitan. Sementara sang ayah yang seharusnya bertanggung jawab penuh atas hidupnya justru memilih wanita lain di saat usia gadis itu baru menginjak dua tahun.

Sungguh, dia tidak bisa membayangkan seterluka apa perasaan Zalina yang tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah hingga usianya 24 tahun. Tapi dia juga yakin jika gadis itu pasti merasa bangga dan bahagia karena memiliki saudara seluar biasa Elang yang bahkan rela meninggalkan beasiswa kuliahnya demi mencukupi kebutuhan ibu dan adiknya.

Ah, Elang. Pria itu memang menyebalkan tapi juga menyedihkan yang membuat ia tak tega marah-marah.

Astaga.

Kenapa mendadak dirinya jadi semelankolis ini.

Mengabaikan pesan P yang Elang kirimkan, Melody langsung menelepon pria itu.

"Halo Elang." Serunya sesaat setelah panggilan tersambung.

"Hm,"

"Jari kamu putus apa gimana? Susah banget emang ngetik dua atau tiga kata?" Cecarnya jengkel.

"Ya ampun, Elanggggg!! Kamu dengerin aku nggak sih?!"

Melody bersungut sebal karena tidak kunjung mendapat jawaban dari si lawan bicara.

"Menurut kamu?"

"Oke! Kita lupakan soal jari. Sekarang aku tanya kenapa kamu hubungi aku?"

"Kamu yang nelpon."

"Ck! Kamu tahu maksudku, Elang. Ayolah, aku ingin bermimpi indah malam ini. Jadi tolong jangan bikin aku mimpi buruk gara-gara kesel sama kamu."

Nah, lihat. Ujungnya Melody marah-marah juga 'kan?

"Tawaran kerjasama masih berlaku?"

Seketika senyum Melody pun merekah.

"Oh, tentu. Selalu terbuka buat kamu. Jadi, apa sekarang kita deal menjadi partner, Elang?" Tanyanya sumringah.

Business CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang