Prolog

193 27 0
                                    

Pakaian mewah berbahan entah satin atau sutra dengan warna mencolok di mata serta pernak-pernik permata diatasnya, rambut yang ditata bukan oleh dirinya sendiri.

Kulitnya yang sangat halus seolah tak pernah kerjakan pekerjaan keras sekalipun, manik hijau cerah dengan surai coklat beraroma seperti bunga segar yang baru dipetik, mengesankan.

Eren mengedipkan maniknya tak percaya, melihat dirinya sendiri di cermin seperti melihat sosok asing. Mirip dirinya!

Tapi sama sekali bukan seperti dirinya yang lusuh itu!

Orang ini betulan asing!

"Penampilan anda luar biasa, yang mulia." Ujar salah satu maid dibelakangnya.

Eren hampir tersedak udara, dia masih tidak terbiasa dengan panggilan seperti itu.

'Yang mulia katanya? Aku? Seseorang yang susah mendapatkan pekerjaan ini dipanggil yang mulia??!'

Eren menggelengkan kepalanya tak habis pikir, kepalanya berputar-putar, pusing.

Ia masih belum bisa menerima bahwa dirinya sudah masuk kedalam tubuh seseorang.

Bahkan entah ini jaman apa dimana kamarnya sangat amat super duper luas dengan minimal tiga atau empat pelayan mengikutinya dan seorang butler bernama Marlo yang selalu siaga si sampingnya.

'Sebenarnya ini tubuh siapa?!!!'

Sudah hampir dua minggu Eren memutar kepalanya agar dapat meningat kenapa dia disini, hasilnya nihil.

Yang dia ingat hanyalah sebuah fakta, fakta yang sangat pahit.

Dirinya sudah mati.

Eren seorang pengangguran di sebuah kota besar mati di tangan penjahat ketika ia tak sengaja melihat sebuah penculikan, Ia yang secara spontan melindungi seorang anak dengan tubuhnya dari penjahat yang sedang menghunuskan pisau, tepat di punggungnya.

Eren meninggal tepat ketika Ia dibawa masuk ke ambulan yang dipanggil oleh orang yang tak sengaja lewat disana.

'Yah, setidaknya aku mati secara heroik' batinnya.

Tidak, ini bukan waktunya mengingat kejadian itu, ia rasanya ingin menangis saja.

I WHO SHOULD HAVE DEAD MARRIED THE MALE LEAD INSTEAD (RIVAERE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang