010

110 22 3
                                    

Eren tersentak dari tidurnya, setelah mengalami mimpi soal dia yang dikejar-kejar oleh orang buram yang ingin membunuhnya.

Maniknya menatap langit-langit tinggi bercorak luar biasa dengan kristal jernih disini-dan sana. Tak ada cahaya yang menyala, kecuali sinar malam yang cukup terang dari luar jendela. Eren berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi padanya, lalu seberkas perih ia rasakan di bahunya.

Eren memakai jubah tidur dengan perban membelit leher dan lengannya. Barulah Eren berhasil mengingat apa yang telah terjadi.
Setelah itu, Eren bangun dari tidurnya, dan melihat ke sekitar. Sepertinya hari sudah sangat gelap sehingga semua orang sudah pergi untuk tidur. Tak ada siapapun disana, hanya furnitur dan hiasan ruangan yang tak banyak namun mewah dipandang.

Merasa tubuhnya kaku, Eren pergi dari kasurnya dan keluar dari kamar untuk melihat-lihat.

Apakah ini kediaman duke?

Melangkah keluar, Eren berjalan sepanjang lorong dengan memandangi segala ornamen yang ada. Meskipun gelap, Eren dapat melihat bahwa hawa asing segera memenuhi pikirannya. Lampu-lampu yang menyala dengan api menunjukkan bahwa dinding kediaman ini tak terlalu banyak dipenuhi lukisan. Berbeda dengan kediaman Jaeger yang cukup ramai di segala sisi.

Semakin Eren melangkah, semakin Eren tak yakin dirinya berasa di mana. Ia sudah tahu bahwa ini adalah kediaman duke karena beberapa bendera yang terpasang menunjukkan lambang perisai biru perak dan bersayap megah. Tetapi ia juga merasa bahwa dirinya tersesat karena terlalu jauh berjalan-jalan.

Jadi Eren memutuskan untuk tak jadi keluar kediaman dan kembali menaiki tangga yang sudah Ia lewati tadi. Berharap bahwa dirinya dapat mengingat lokasi kamar yang ia tempati barusan.

Sepi.

Eren tak berhasil menemukan siapapun sepanjang kelilingnya.
Sampai ia kembali melewati ruangan-ruangan tertutup dan melihat sesosok prajurit keluar dari sebuah ruangan.
Prajurit itu juga menyadari keberadaannya, ekspresi terkejut sedikit mengisi wajahnya.

"Mike?" Panggil Eren, tak yakin.

Yang dipanggil langsung mengembalikan ekspresi wajahnya menjadi netral, "Yang mulia Eren Jaeger." Balasnya, sembari membungkuk sebentar.

Dirinya ingin mengucapkan pertanyaan lagi tetapi langsung ia urungkan ketika menyadari sosok lain disamping Mike.

Eren terpaku melihatnya.

Manik tajam sekelam danau tinta menatap ya dengan jelas, proporsi tubuhnya agak lebih pendek dari Mike tetapi tetap lebih tinggi daripada dirinya tak mengurangi sisi maskulinitasnya sama sekali, berbalut kemeja putih longgar yang tak dapat menutupi kejantanan tubuhnya. Hidungnya seperti dipahat dengan sangat hati-hati sementara surainya sama kelamnya dengan irisnya. Menggambarkan sosok bangsawan yang tampak arogan sekaligus ksatria yang hebat.

Intinya orang itu sangatlah tampan.

Eren tak yakin harus menyapa bagimana, dan sepertinya orang dihadapannya juga tak berniat mengatakan apapun. Jadi Eren berkata duluan, "Anda adalah?"

Sosok yang ditanyai tak mengubah ekspresi datarnya, mengambil jeda sejenak sebelum menjawab pertanyaan Eren yang diajukan kepadanya. Mike seperti memberikan sinyal tak jelas sementara Eren tak memerhatikan.

"Levi." Ujar sosok itu, suaranya rendah tetapi terdengar dengan jelas hingga telinga Eren.

Oh, Levi.

Bintang utama dari novel yang ia baca.

Protagonis yang tak lain adalah tunangannya.

Hah?

I WHO SHOULD HAVE DEAD MARRIED THE MALE LEAD INSTEAD (RIVAERE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang