00

57.2K 3.6K 43
                                    

Hari sudah sangat larut, tetapi remaja yang bernama Mashka Romia masih setia duduk di meja belajarnya, matanya bahkan sangat fokus memandang buku yang dibaca.

Mashka Romia adalah Remaja yang tinggal menghitung lagi mencapai umur 17 tahun.

Dia memiliki kepintaran yang cukup memuaskan, tetapi dia selalu menganggap itu kurang.

Tok! Tok!

"Mashka! Tidur gak lo, gue stress liat bunyi pulpen lo." Teriak kembarannya Marshelo, kebetulan kamar mereka berdekatan.

Kalo Mashka adalah orang yang giat belajar, dan Marshelo adalah kebalikannya.

"Iya ini gue bakal ganti pulpen"

"Tidur woy bukan ganti pulpen" Teriak Marshelo lagi dari dalam kamarnya.

Mashka menghembuskan nafas kasar "iya-iya sabar!" Teriak balik Mashka.

Hening.

Tidak ada sahutan dari Marshelo sepertinya dia kesal dengan Mashka.

Mashka kembali melanjutkan perkerjaannya yang tertunda

Hingga suara Marshelo kembali menggema.

"Dibilangin juga nyahut mulu lo, pingsan baru tau rasa" Teriaknya, setelah itu tidak ada lagi komentar dari Marshelo.

Mashka hanya menganggap itu angin lewat, dia tidak melakukan hal yang buruk. Jadi untuk apa Marshelo terus mengomentari kegiatannya.

Masih mending mengomentari untuk memberi semangat, Marshelo malah terus mengomentari Mashka untuk kejalan yang sesat.

Sebenarnya orang tua mereka tidak memaksakan anaknya untuk giat belajar, makanya sikap Marshelo seperti itu, asal naik kelas dia sudah tenang, biarpun peringkat terkahir.

Sedangkan Mashka tidak menganggap sepele setiap kegiatan belajar, dia pasti ingin selalu unggul dan dapat membuat pandangan orang padanya itu bangga.

"Ugh.." Pulpen Mashka jatuh dalam genggaman tangannya, akibat rasa sakit di dada dan kepalanya menyerang tiba-tiba.

Seingat Mashka dia tidak makan sembarangan.

Rasa sakitnya semakin lama semakin bertambah, membuat Mashka tidak sanggup untuk menahannya.

Pandangannya menjadi buram seketika, dia tidak bisa lagi menahan tubuhnya untuk jatuh ke lantai.

BRAK

Jatuhnya Mashka dari kursi sungguh terdengar nyaring, hingga membuat kepala Mashka semakin sakit.

"Sakit...." Mashka panik, bingung dan takut akan apa yang terjadi padanya sekarang.

Tidak lama kemudian, ada yang mendobrak pintu kamar Mashka secara paksa.

"Mashka!" Marshelo berlari mendekati tubuh Mashka yang sudah tergeletak di lantai.

"Mama! Ayah!" Marshelo berteriak sekuat mungkin untuk membangunkan kedua orang tuanya.

Marshelo menepuk-nepuk pipi Mashka dengan kasar agar Mashka tetap sadar.

"Jangan tutup mata lo bego" Tegas Marshelo yang terus menatap mata Mashka.

Mashka tidak menyahut, dia sekarang sedang menahan sakit di setiap tubuhnya, sakit yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.

Tidak sanggup lagi menahan dan pandangannya bahkan sudah sanggat gelap, Mashka terpaksa menyerah untuk bertahan.

"Mashka!"

"Mashka!"

"MASHKA ROMIA!"

•••

the mother of the king's sonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang