BAB 07 || PAGI DAN SOSOKNYA

168 44 35
                                    

"Semua orang mempunyai keluarga. Tapi tidak semua orang bisa merasakan arti bahagia di dalamnya."

__________________________________________________

Al-Birru By : Gitar_senja 🦋
__________________________________________________

Pukul delapan lebih tiga puluh menit. Jam dinding dengan bunyi yang teratur itu menjadi penenang untuk dua mata yang tengah terlelap di atas meja kantor. Arzi sesekali menoleh ke arah jam dinding yang terdapat di ruangan kantor yang tengah ia tempati. Senyumnya sedikit merekah ketika melihat bagaimana terlelapnya Rafa meski posisinya bisa terbilang tidak terlalu nyaman.

"Mas Rafa.."

Arzi menepuk pelan bagian tubuh Rafa yang sedari tadi terlelap. Berkas-berkas kantor yang semula sudah berantakan pun sudah ia bereskan dan menatanya kembali di atas meja kantor.

"Saya ketiduran--" dua mata Rafa lekas membuka usai ia melenguh kecil dengan suaranya yang terdengar keluar. Kepalanya lekas menoleh menatap sekeliling. Sudah hampir larut malam.

"Maaf kalau saya mengganggu tidur Mas Rafa."

Pandangan Rafa lekas teralihkan. Dia menatap sungkan ke arah Arzi yang tengah berdiri tegap di samping kanannya setelah membangunkannya dari tidur lelapnya yang hanya memakan waktu sebentar.

"Data--"

"Sudah saya kerjakan." Arzi memotong cepat ucapan remaja laki-laki disampingnya itu. Tersenyum sesaat ketika Rafa pada akhirnya berakhir meraup wajah kusutnya yang terlihat begitu lelah.

Arzi sendiri tidak mempermasalahkan. Sedari tadi dia memang selalu memperlihatkan bagaimana mengantuknya Rafa yang menghadapi banyaknya berkas yang masih belum diselesaikan. Beruntung laki-laki itu bisa menyelesaikannya dengan begitu cepat. Hanya saja, data perusahaan yang masih belum dia pelajari belum selesai dikerjakan. Beruntung Arzi sama sekali belum merasakan rasa kantuk. Pria dengan pahatan wajah yang cukup tegas itu pada akhirnya berinisiatif untuk mengerjakannya ketika melihat Rafa sudah tertidur lelap dengan kepala yang sengaja di telungkupkan di balik kedua tangan.

"Saya minta maaf. Seharusnya saya yang mengerjakan itu." Wajah Rafa kembali terlihat. Pijatan kecil yang sesekali dia lakukan di area kening membuat rasa pusing itu sedikit demi sedikit mulai terasa hilang.

"Mas Rafa tidak perlu merasa bersalah. Sudah bagian dari tugas saya juga sebagai asisten pribadi Mas Rafa."

Rafa menggelengkan kepala ketika mendengar penuturan Arzi barusan. "Saya tidak menganggap anda sebagai asisten. Saya sudah menganggap anda sebagai ayah saya sendiri. Bagi saya, sebutan Asisten tidak pantas diucapkan untuk orang seperti anda."

Kening Arzi mengerut. Dia rasa terlalu berlebihan jika Rafa menganggapnya sebagai seorang Ayah. Dia merasa tidak pantas. "Kenapa Mas?"

"Sejak kecil, saya sudah mengenal betul siapa Mas Arzi. Mas Arzi adalah asisten pribadi Kakek saya yang selalu mengajak saya bermain. Saya senang bisa menganal orang baik seperti Mas Arzi di dunia ini. Bagi saya, Mas Arzi adalah sosok Ayah yang selalu ada ketika saya sedang merasa kesusahan. Maaf kalau saya seringkali merepotkan."

Arzi lantas terkekeh cepat. "Saya juga beruntung bisa menganal Mas Rafa di dunia ini. Saya juga sudah menganggap Mas Rafa sebagai Anak kandung saya sendiri. Saya merasa bersyukur karena bisa masuk kedalam bagian keluarga yang selalu bisa menerima dan memperlakukan orang lain dengan baik. Melihat Mas Rafa yang sudah tumbuh sampai sebesar ini, saya merasa seperti membesarkan anak kandung saya sendiri."

Al-Birru (DIROMBAK)Where stories live. Discover now