02. Bisma

6.7K 410 4
                                    

Lapangan basket sudah seperti rumah kedua bagi Bisma di kampus, setelah ruang sekretariat himpunan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lapangan basket sudah seperti rumah kedua bagi Bisma di kampus, setelah ruang sekretariat himpunan. Jika tidak ada di kelas, Bisma akan mudah ditemukan di antara dua tempat itu. Biasanya, Bisma akan menghabiskan waktu untuk bermain basket di lapang sambil menunggu mata kuliah selanjutnya.

“Nggak ada capek-capeknya emang tuh anak.”

Zaki tidak habis pikir dengan Bisma yang masih asyik bermain padahal cuaca sedang terik-teriknya. Zaki sudah menyerah di setengah jam pertama karena tidak tahan dengan panas yang menyengat. Satu botol minuman saja ia teguk hingga tandas hanya dalam waktu beberapa detik.

Rega mengangguk setuju. Ia saja masih kewalahan mengatur napas karena melawan Bisma. Energi Bisma yang tidak surut-surut, membuat Rega menyerah karena tidak bisa mengimbangi semangat laki-laki itu.

“Lagi seneng palingan. Biasanya si Bisma mah gitu, kan? Pasti baru dapet jatah dari cemewewnya,” balas Rega yang masih terengah.

“Gayamu jatah!” Zaki menyenggol bahu Rega karena berbicara seenaknya. Pandangan Zaki beralih pada Bisma yang sudah menyelesaikan permainannya setelah mendapat three points. “Lagian saya mah masih nggak yakin kalau si Bisma punya cemewew.”

Kali ini giliran Rega yang menyenggol bahu Zaki. Laki-laki itu tidak tanggung-tanggung memegang kepala Zaki dan mengarahkannya ke arah lain.
“Tuh! Liat! Ada neng geulis dateng nyamperin Bisma. Siapa lagi coba kalau bukan pacarnya?” sahut Rega menebak-nebak.

Melihat Bisma sedang mengobrol ringan dengan seorang perempuan menjadi pemandangan cukup langka di mata Rega dan Zaki. Terlebih gadis itu berhasil membuat Bisma tertawa cukup lepas. Momen yang jarang terjadi saat Bisma bercengkrama dengan lawan jenis.

“Ya, kan? Feeling saya mah dia teh pacarnya Bisma,” kekeh Rega pada praduganya.
Sementara Zaki hanya mengernyitkan kening sambil menatap dua orang itu dengan penuh telisik. “Kata saya mah tetep bukan.”

Pandangan Zaki beralih pada Rega yang hendak melayangkan protes. Seulas senyum sangat tipis tercetak samar di wajah laki-laki itu.

“Mau taruhan?”

***

Napas Bisma terengah. Rasanya oksigen yang berada dalam ruang terbuka ini sudah diraup habis olehnya, hingga terasa masih belum cukup. Setelah berhasil mencetak tiga poin sekaligus, Bisma menghentikan permainan dan melangkahkan kaki menuju ke arah dua temannya yang sudah lebih dulu beristirahat.

Namun, langkah Bisma terhenti ketika ada seseorang gadis memanggil dan menghampirinya.

“Nih!”

Bisma menerima sebotol minuman isotonik dari tangan kecil itu. Tidak lupa dengan berterima kasih setelahnya.

“Nggak ada jadwal, Nad?” tanya Bisma setelah ia menghabiskan hampir setengah botol dalam sekali tegukan.

Gadis itu bernama Nadin. Teman dekat Bisma di komunitas pecinta ikan cupang wilayah rumahnya.

Langit Tak Selalu BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang