Chapter 3 : Hello Brother!
Dengan langkah yang ditarik Minho memasuki pintu rumah yang sudah cukup lama ditinggalinya itu berusaha tak menimbulkan suara mengingat jam telah menunjukkan seharusnya semua orang sedang terlelap didalam kamar masing-masing.
Cahaya didalam sana remang-remang namun jelas dia sudah hafal dengan tata letak rumah itu. Kamarnya berada tepat didekat ruang tamu, namun mendengar suara kaki yang menuruni tangga membuatnya berhenti untuk membuka pintu kamarnya karena penasaran ingin melihat siapakah temannya yang masih terjaga di jam itu.
Siluet asing yang dia lihat dari kejauhan membuat tubuhnya waswas. Tidak mungkin itu pencuri atau apapun yang dia bayangkan. Pria bertubuh tinggi pemilik siluet itu berjalan begitu santai dan bahkan bersiul kecil. Itu memang bukan pertama kalinya Minho bertemu pria asing dirumah itu, karena tentu saja kedua teman perempuannya akan sesekali membawa teman kencan mereka kesana. Tapi tetap saja dia harus berhati-hati.
"Oh, siapa kau?" suara ringan itu membuatnya berpikir keras. Wajahnya belum terlihat jelas. Seharusnya Minho yang melemparkan pertanyaan itu, dia tinggal disana. Namun semakin dekat dan jelas, mulutnya terasa kelu untuk terbuka. Tubuhnya merinding seperti melihat setan. Pikirannya bekerja berusaha mencari jawaban dari pertanyaan yang dia ajukan sendiri. Apakah dia mabuk? Apakah dia sedang bermimpi? Tidak.
"HYUNG?"
"CHOI MINHO??"
~~~
Siwon
Entah aku harus senang atau kaget. Melihat orang yang seharusnya memang menjadi tujuanku datang kesini kini ada didepan mataku. Aku begitu terlena bertemu wanita cantik yang jelas mengalihkan perhatianku dan lihatlah ternyata itu bukan hal merugikan karena kini membawaku bertemu dengan adikku tanpa sedikitpun usaha.
Gila! Ini gila. Minho tinggal disini bersama wanita yang baru saja kutiduri?!
Apakah ada fakta lain yang lebih mengejutkan untukku? Jessi benar, pulau ini begitu sempit. Sesempit itu sampai-sampai kini mataku tak bisa percaya dengan apa yang kulihat terpajang di dinding rumah. Foto Tiffany, Jessi dan Minho! Kini aku bertanya-tanya apakah dua wanita yang kukenal disini itu berkomplotan menipuku atau membodohiku atau apa?!
Yang pasti kini aku tak sabar melemparkan banyak pertanyaan bagi Minho maupun Tiffany yang berdiri melipat kedua tangannya didepan dadanya memperhatikan kami di tangga dengan tatapan mengintimidasi.
"Apa yang kalian lakukan?" pertanyaan itu membuatku tertawa. Apa itu pertanyaan wajar seorang adik ke kakaknya setelah bertahun-tahun tak bertemu?
"Apa maksudmu? Aku masih tidak menyangka akan menemukanmu disini"
"Sejak kapan Hyung mengenal Noona?" Minho sekilas melemparkan tatapan tajamnya kearah Tiffany. Tapi wanita itu membalasnya dengan tatapan menantang. Wow! Apakah ada sesuatu yang kulewatkan disini? Dan kenapa juga nada bicaranya seakan marah kepadaku? Apakah mereka- oh tidak. Jangan sampai!
"Tiffany? Kami-"
"Shut up Andrew! Dan bisakah kalian jangan membahasku? Selesaikanlah masalah keluarga kalian sendiri dan kuharap tidak ada keributan disini," entah apa yang membuatku begitu tertarik memperhatikan Tiffany memerintah seperti itu. Tadi dia terlihat sangat kaget mendapatiku berbicara dengan Minho, tapi kini dia bersikap berbeda. Kakinya kemudian melangkah keatas, mungkin ingin memberi kami waktu.
"Apa sebenarnya tujuan Hyung kesini?"
"Mencarimu tentu saja"
"Kalian pikir aku masih seorang anak remaja?"
Oh, lihatlah anak nakal ini. "Yak! Aku tahu kau sudah dewasa. Tapi selama kau masih menggunakan uang dari Appa jangan pernah berpikir kau bebas Minho. Aku kesini untuk membawamu pulang, bukan membujukmu. Jadi berkemaslah, aku akan mencari tiket tercepat untuk pulang"
"Uang yang kugunakan adalah uang Ibuku"
"Tch! Kau pikir darimana uang Ibumu? Kau benar-benar harus pulang untuk mempelajari banyak hal, adik"
"Diam!" Minho berdesis mengepalkan tangannya. Kapan adikku yang dulu sangat manis berubah se-menyebalkan ini?
~~~
"Sejak kapan kalian saling mengenal? Noona membohongiku selama ini?"
Tiffany bersedekap menatap Minho yang jelas sedang tidak bisa berpikir dengan tenang.
"Tolong jawab pertanyaanku-"
"Oh God! Berhenti bersikap seakan aku yang salah disini"
"Jadi Noona membohongiku selama ini?"
"Tentu saja tidak! Aku baru bertemu dengannya di tempat Jessi dan-" sesaat Tiffany menatap sahabatnya itu tidak yakin. Tapi tatapan penuh tuntutan itu membuatnya tak ingin dipojokkan dan disalahkan. "Dengar. Jika saja aku tahu dia kakakmu, aku tidak akan membawanya kesini begitu saja"
Dalam beberapa detik mereka diam saling menatap. Minho sedang mencerna kalimat yang baru saja masuk ke telinganya dengan cepat. Tapi jelas itu sedikitpun tidak membuatnya tenang, justru sebaliknya. "Noona tidur dengan kakakku?!"
Sialan. Tiffany hanya bisa mengumpat didalam hatinya. Tentu Minho bukanlah pria polos yang tidak akan menyadari itu.
"Dari sekaian banyak pria yang bisa kau pilih? Kalian benar-benar membuatku muak"
"Minho.."
Tiffany hanya bisa menatapi tubuh itu menghilang dari hadapannya. Detik itu juga dia melihat Taeyeon dengan tatapan penuh tanya dipojok ruangan. Wanita itu telah berdiri disana sejak awal mereka berbicara.
"Jadi, bisakah kau jelaskan apa yang sejak tadi kudengar?"
"Entahlah Kim. Jika saja aku memiliki kekuatan untuk memutar kembali waktu pasti sudah kulakukan"
~~~
Dua hari setelah kejadian itu, keadaan masih terasa tegang dirumah itu. Minho jelas menghindari Tiffany. Jessi juga sedikit menyalahkannya karena bertindak ceroboh membawa orang yang seharusnya tidak dibawanya bertemu Minho tanpa ijinnya. Sedangkan Taeyeon seperti perkiraannya telah kembali berhubungan dengan mantan kekasihnya yang hari itu kembali mengajaknya entah kemana.
Tiffany kembali menghembuskan nafas kasarnya melihat dua buah koper didepan kamar Minho. Jelas pria itu akan segera pergi mungkin kembali ke Korea bersama kakaknya, tapi dia sangat gelisah karena belum sedikitpun mereka berbicara sejak terakhir kali. Bahkan tadi pagi dia sudah rela bangun pagi untuk menunggu Minho didepan pintu, tapi yang ada dia hanya diacuhkan begitu saja.
Suara ketukan di pintu rumahnya membuatnya dengan semangat berjalan cepat kesana. Akhirnya salah satu temannya pulang, hari sudah hampir menjelang sore dan dia tidak ingin kembali makan sendiri disana. Sudah dua hari juga dia mengurung diri dirumah dan tidak fokus untuk bekerja. Seharusnya dia pergi saja ke bar Jessi, tapi dia tak yakin karena takut bertemu orang yang tak ingin dilihatnya lagi.
Namun sepertinya usahanya menghindar hanya sia-sia. Buktinya kini wajah yang tidak ingin dilihatnya itu sedang tersenyum manis seakan-akan kedatangannya kesana bukanlah suatu kesalahan.
"Hei, sejak kemarin aku menunggumu di bar. Apa kau baik-baik saja?"
Tiffany memutar matanya kesal dengan kalimat yang jelas hanya sebuah omong kosong. "Apa yang kau lakukan disini?"
"Berkunjung. Oh, sebenarnya aku ingin berbicara dengan Minho dan memastikan dia tidak mengingkari janjinya besok, kau tahu dia tidak membalas pesanku sejak tadi pagi. Tapi karena kau disini juga aku akan sekalian berpamitan denganmu"
"Minho belum pulang. Dan jangan berlagak bodoh Andrew, tentu saja aku disini- ini rumahku"
Tiffany jelas tidak berniat membuka pintu lebih lebar membuat Siwon terkekeh.
"Berhenti bersikap seakan semuanya baik-baik saja! Salahmu kini Minho tidak ingin sedikitpun menatap atau berbicara denganku"
"Sebenarnya apa hubunganmu dengan adikku? Sepertinya kalian-"
"Kami bersahabat, tinggal bersama. Tidakkah itu sangat jelas? Dan kedatanganmu membuatnya bersikap seakan itu adalah kesalahanku"
"Apa yang bisa kulakukan? Kau tidak bisa menyalahkan takdir karena tidak sengaja mempertemukan kita dan-"
"Stop! Kumohon jangan pernah membahas itu"
"Jadi bisakah aku masuk sambil menunggu Minho pulang?"
Tangannya kini dengan kuat menahan pintu. Haruskah dia melakukan itu? Tiffany tidak yakin.
"Aku janji ini terakhir kalinya aku mengganggumu. Besok kami akan kembali"
Namun sekuat apapun keyakinannya untuk menahan pintu itu, wajah memohon yang sengaja dibuat-buat pria itu membuatnya mengalah. Anggap saja dia hanya bersikap sopan untuk tamu Minho. Lagipula bukan dia alasan pria itu datang. Siwon kini sedang tersenyum kesenangan melangkahkan kakinya kedalam rumah itu.
"Rumah yang bagus, aku tidak sempat melihatnya dengan jelas malam itu karena kau sibuk menciumku," komentar itu membuat Tiffany menatap Siwon murka. Ucapan itu tidak sepenuhnya benar!
"Jangan membuatku menyesal telah mengijinkanmu masuk Andrew. Dan untuk mengingatkanmu jika saja kau lupa, ciuman itu bukanlah keinginanku seorang diri. Dasar penggoda!" Siwon tertawa kuat lalu kini duduk santai memangku kakinya senang berhasil menggoda wanita itu. Tentu dia ingat dialah yang merayu Tiffany malam itu, meski wanita itu sendiri yang sukarela menawarkan tempat untuk mereka. Siwon menyimpulkan mereka berdua sama-sama menginginkan malam panas itu.
"Kau tahu aku sangat cemburu dengan Minho. Tinggal jauh dari keluarga kami dan ternyata tidur serumah dengan wanita-wanita cantik. Aku tidak menyangka adik kecilku sudah berubah menjadi pria dewasa yang sangat beruntung"
"Sekarang aku tahu kenapa dia sangat betah disini," ucapan Tiffany membuat Siwon mengulum senyum memperhatikannya membuat minuman didapur yang tertata rapih dan bersih.
Siwon kini berdiri mengitari seluruh ruangan itu memperhatikan satu per satu foto yang dipajang disana. Melihat itu membuat Tiffany waspada meski sibuk membuatkan tamu tak diundang itu segelas kopi.
Mata pria itu berbinar memperhatikan semua foto yang kebanyakan adalah foto seksi Tiffany dan teman-temannya. Beberapa diantaranya ada Minho dan Jessi. Jelas sekali semua potret itu menjelaskan betapa liar dan bahagianya kehidupan mereka disini.
"Kendalikan ekspresi wajahmu. Apa di Korea kau tidak pernah melihat wanita seksi?"
"Tentu saja pernah. Tapi aku sangat sibuk disana dan aku harus menjaga citraku. Bagaimana denganmu? Pekerjaan? Rumah ini lumayan besar, apa kau seorang pebisnis? Oh apa kalian menyewa rumah bersama?" dia berjalan menghampiri Tiffany lalu duduk di kursi tinggi didepan kicthen island disana.
"Kau terlalu banyak berbicara. Seingatku kita tidak sedekat itu."
"Kita pernah sedekat itu Tiff. Hei, dimana Tiffany yang kukenal malam itu? Wanita seksi yang mengajakku bercinta dirumahnya, kau bahkan tidak malu membuka bajumu didepanku Tiff. God. Kau benar-benar memiliki kepribadian ganda"
Tiffany memajukan tubuhnya seakan ingin berbisik membuat Siwon menelan ludah. Mulutnya terasa kering setelah berbicara banyak dan kini tatapan tajam wanita cantik itu hanya menambah rasa haus-nya. Wangi tubuh wanita itu jelas membuat rekaman perbuatan mereka malam itu terputar dipikiran kotornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Sunsets [Book 1✔️] EBOOK Ready!
RomanceSudah tersedia!! Ebook novel by Arielle Young💫 "Saat mimpi, keluarga dan cinta memaksamu untuk memilih salah satunya; apa yang akan kau lakukan?" Rated 🔞+++++ Jadi untuk yg belum cukup umur disarankan jangan membaca yaaa🫶🏻 credit gambar cover by...