Tiga

21 1 0
                                    

Pagi yang cerah, berbeda dengan kondisi Nathan yang masih saja suram karena mengalaukan manusia berna Kania. Dia menatap langit cerah pagi ini dengan tatapan kosong. Selalu seperti ini di beberapa hari sebelumnya. Teman-temannya pun sampai merasa ngeri dan kasihan.

"Bro, lu inget perkataan lu yang kemarin kan? Coba dulu sama dia, kalo emang cocok gas aja kalo enggak ya udah tinggalin" ucap Fatih dengan gampangnya yang langsung mendapatkan pukulan dari Evan.

"Ga ada hati lu! Ini sama aja kaya lu pada mainin hatinya perempuan sat! Gue ceupin ke Mak lu pada" ancam Evan sambil menunjuk kearah teman-temannya.

Evan tak habis pikir jika teman-teman nya melakukan hal seperti ini. Dia tidak menyangka jika dirinya dijadikan patokan taruhan, dan gadis perempuan yang memberikan uang 100 ribu ke dia kemarin di jadikan bahan taruhan. Sungguh Evan tak menyangka dan merasa sedikit marah dengan hal ini.

"Ya enggak lah, ini namanya tu icip-icip!" Bantah Lucio yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Evan.

"Lagian gue juga ga tau kalo bakal ada perempuan kaya gitu. Tapi yang namanya janji harus di tepati lah, kita itu harus lakik!" Ucap Fatih dengan tegas di akhir kalimatnya.

"Sakit lu pada, anjing! Keknya emang lebih bener gue temenan sama anjing dari pada sama manusia jelmaan anjing!" sentak Evan dengan kesal.

"Wah, lu ngatain kita anjing?!" Tanya Fatih dengan tidak terima. Kini emosinya tersulut.

"Lu ga ada bedanya sama laki-laki binatang tau ga? Seenggaknya kalo taruhan yang wajar dikit ngapa. Than, lu ga bakal ngelakuin itu kan? Kalo kaya gini lu sama aja mempermainkan hati perempuan, lu mau buat ibu lu kecewa sama lu??" Tanya Evan yang membuat Nathan mengalihkan sejenak dari pemandangan indah pagi hari ini.

"Gue ga tau..." Jawab Nathan lirih yang membuat Evan melebarkan matanya tak percaya.

"Wah, keterlaluan lu than. Gue ga nyangka lu ternyata orangnya kaya gini" Evan merasa kecewa dengan Nathan, dia pun segera meninggalkan kelas dengan perasaan kesal dan kecewa.

Fatih yang melihat Evan pergi ingin mengejarnya karena menurutnya urusannya dengannya belum selesai, namun Lucio dengan cepat menahannya.

Nathan hanya diam, kini pandangannya menatap kearah buku kimia yang ada di depannya. Dia baru teringat akan pr kimia yang di berikan oleh guru kemarin lusa. Tentunya karena baru ingat Nathan belum mengerjakannya. Saat akan mengerjakan bell lebih dahulu berbunyi dan guru sudah memasuki ruang kelas. Jika begini Nathan hanya bisa menunggu hukuman saja.

"Baik anak-anak, untuk memulai pembelajaran pagi ini. Alangkah baiknya kita berdoa terlebih dahulu. Berdoa sesuai panutan agaman masing-masing, berdoa di mulai" semua siswa menundukkan kepalanya ke bawah dan mulai berdoa.

Selang beberapa saat doa pun selesai. Guru mengabsen dahulu siswa-siswi yang ada di kelas, setelah itu dia langsung membuka pelajaran.

"Baik anak-anak, tugas yang ibu berikan kemarin silahkan di kumpulkan ke depan dan kita akan mencocokkannya hari ini. Bagi yang tugasnya belum, kalian keluar dari kelas dan mengerjakan buku paket halaman 123-127 sebanyak 5 kali per nomer!"

Nathan segera berdiri dan keluar dari kelas dengan membawa beberapa buku dan alat tulis yang di perlukan. Sang guru dan teman-teman sekelas Nathan pun merasa tidak percaya saat Nathan belum mengerjakan tugasnya. Lucio yang berada satu kelas dengan Nathan pun merasa terkejut juga.

Tidak heran jika mereka terkejut, karena Nathan ini salah satu murid yang memasuki peringkat 3 paralel di angkatannya. Salah satu siswa kelas unggulan bersama Lucio. Kelas yang merupakan perkumpulan anak-anak ambis. Tentunya tadi hanya Nathan satu-satunya yang keluar dari kelas.

Pelampiasan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang