WYM [10.]

42 2 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم 

Haloo pren, aku kembali setelah satu tahun lebih menghilang hehee. Maapin ya sempet hiatus begitu lama karna lupa bahwa ada cerita yang harus dilanjutkan, kalo kalian udah lupa sama alurnya baca ulang aja yaa.


Happy Reading..



"Uhibbuki fillah, Zaujati."

Pipi Zia langsung merah merona mendengar kalimat yang diucapkan Gus Rafa itu. Dan Gus Rafa pun mengernyit bingung, "Itu kenapa pipinya merah, hm? Salting sama ucapan saya barusan? " tanya Gus Rafa.

Zia tersadar lalu ia memalingkan wajahnya kearah lain dan mengelak, "Enggak kok siapa juga yang salting." elaknya.

Gus Rafa terkekeh ringan sembari menggelengkan kepalanya, "Zia kamu ini suka banget ya ngelak, hm." gemas Gus Rafa.

"Mana ada."

Setelah lama diam, Zia teringat akan sesuatu "Gus Rafa udah cinta sama Zia?" tanya Zia berhati-hati.

Gus Rafa hanya mengangguk dengan senyum manisnya yang belum luntur. Zia pun bertanya kembali, "Sejak kapan?" tanyanya.

"Saya mulai jatuh cinta sama kamu sejak pandangan pertama."

"Pandangan pertama? Waktu Zia gak sengaja nabrak Gus nya?"

"Iya Zaujati."

Zia pun dengan cepat langsung menunduk dengan pipi yang masih merah merona itu. Sedangkan Gus Rafa masih saja memandangi wajah cantik Zia–istrinya. Lalu kemudian Gus Rafa mengangkat dagu Zia, "Zia. Apakah boleh saya mencium kamu?"

Tanpa ragu Zia mengangguk lalu senyum Gus Rafa terbit kembali dan ia langsung mencium kening Zia dengan penuh kasih sayang.

Cup.

Tapi bukan hanya di kening, Gus Rafa mengambil kesempatan untuk mencium pipi Zia juga. Dan Zia pun tersentak lalu dengan reflek mencubit perut Gus Rafa.

"Awsh," ringis Gus Rafa.

"Kok dicubit sih Humairah. Sakit tahu,"

Zia tersadar bahwa dirinya telah mencubit perut suaminya pun merasa bersalah "E-ehm, maaf ya Gus, tadi reflek. Gus nya sih katanya cuman cium di kening eh malah nyari kesempatan dalam kesempitan." kesal Zia.

Gus Rafa hanya cengengesan dengan wajah tidak berdosa, "Maaf Humairah, gak lagi deh tapi gak janji."

Zia memutar bola matanya malas. "Oh ya, masa kamu panggil saya masih 'Gus' sih kan kita udah jadi suami istri."

"Terus panggil apa? Masa panggil nama sih kan gak sopan, Gus Rafa kan lebih tua dari Zia."

"Ya gak nama juga. Apa kek gitu manggilnya biar keliatan romantis,"

Zia berpikir, "Hm, apa ya? Mas?" tanyanya.

"Iy-"

"Asya?" belum sempat Gus Rafa menjawab, Zia lebih dulu menyelanya.

Gus Rafa mengernyit bingung, "Asya?" ulangnya.

"Iya Asya. Kan Rafasya, jadi Asya."

Oke, kita ubah sebutan yang awalnya Gus Rafa jadi–Rafasya.

"Bagus juga, belum ada yang manggil saya dengan sebutan itu, tapi lebih bagus lagi ditambahin 'Mas'."

"Mas Asya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WITH YOU, MAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang