004. Penolakan.

436 41 4
                                    

Warning 18+

Dentuman musik kencang memasuki telinga Kaisar. Kaisar memasuki clubnya Daniel, yang sudah pasti bukan sembrang orang bisa masuk sini. Kecuali, punya orang dalam. Raxion Club biasa jadi tempat nongkrong golongan atas yang biasanya manusia-manusia kelebihan uang atau yang terbawa-bawa oleh orang kaya.

Contohnya seperti Rania, dia bukan golongan atas seperti Kaisar. Namun, dia terbawa-bawa oleh temannya yaitu Sisil dan Maria. Kaisar kenal dengan mereka karna orang tuanya adalah teman bisnis ayahnya. Rania itu cukup pandai untuk memasuki circle manusia golongan atas, jadinya dia sedikit-sedikit kecipratan.

Kaisar memasuki ruangan private yang biasa di pakai teman-temannya. Jam 11 malam ini ada beberapa yang sudah tepar, bahkan menurutnya ini masih pagi tapi sudah tepar duluan. Teman-temannya menyambut kedatangan Kaisar dengan ledekan.

"Woi, bro! Tumben lu telat? dari mana aja?" Raja mengajak high five.

"Ngerjain tugas dulu tadi." Katanya sambil duduk di samping Kevin lalu mengambil rokok punya kevin yang berada di meja untuk dia nyalakan.

"Lu nugas? ketawa banget gw." Hitman tertawa sambil terbatuk-batuk karna asap rokoknya sendiri, baru saja meledek dia sudah mendapat azabnya yang langsung digelaki tawa meledek kembali oleh orang yang berada di sana.

"Deadline gw besok, anjing, baru keingetan." Katanya mulai menghisap rokoknya.

Cewek-cewek yang dipojok sana ricuh entah sedang bermain apa, tawanya meledak-ledak. Dan Kaisar menatap pacarnya ada disana, sedang bermain dengan teman-temannya.

"Cewek lu noh! Daritadi minum banyak. Kalah main mulu." Jelas Joan yang mengerti tatapan Kaisar mengarah kesana.

Dan memang benar, Kaisar bisa melihat penampilan pacarnya yang acak-acakan. Matanya sudah memerah yang mengartikan dirinya sudah mulai kehilangan kesadaran diri. Walau Rania mempunya toleran alkohol tinggi namun tetap saja kalau minumnya sampai sebanyak itu sih bisa-bisa dia muntah dan mulai kehilangan kesadarannya.

"Bawa balik aja dah sana. Bahaya tuh udah mulai teler." Perintah Kevin karna Kaisar hanya memandangnya saja tanpa ada niatan mengajak pacarnya pulang.

"Biarin aja." Katanya datar dan langsung fokus kembali ponselnya untuk melihat apakah Shanin mengirimkannya pesan atau tidak.

Siapa tau gadis itu berubah pikiran ingin ditemani olehnya, siapa tahu kan? Terlebih gadis itu labil dan punya gengsi setinggi Burj Khalifa.

Joan berdecak, "Ck, lu ke pacar sendiri gak ada peduli-pedulinya anjir."

"Iya, anjir. Kalau gw liat pacar gw begitu, udah gw seret balik kali dari tadi." Kevin ikut menimbrung sambil mengemil kentang gorengnya.

"Tau nih. Sayang gak sih lu?" Pertanyaan Joan hanya mengambang tanpa Kaisar jawab. Kaisar hanya terdiam lalu mematikan ponselnya dan memilih fokus dengan rokoknya. Bahkan dia tidak berniat menyentuh minuman yang berada di depannya.

Setelah rokoknya sudah setengah terbakar, suara ricuh para wanita itu kembali berjerit dengan tawa yang meledak karna kelakuan konyol Rania yang tumbang. Mulai meracau tidak jelas. Kali ini atensi Kaisar kembali memandang pacarnya itu. Dia menatapnya masih tanpa ada niatan mengajak pacarnya untuk pulang.

Sisil menoleh ke belakang mendapati disana ada Kaisar langsung merasa lega dan juga sedikit kesal mungkin, "Woi Kai! Cewek lu nih bawa balik aja. Udah mulai gila dia." Suruhnya dengan teriakan karna berisik oleh suara musik.

Kaisar langsung mematikan rokoknya ke asbak. Dia bangkit dari duduknya mendekat ke arah Rania untuk mengajak gadis itu pulang. Rania duduk di lantai namun kepalanya ditidurkan, di kursi sambil meracau tidak jelas.

Pacify HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang