007. White Rose

318 29 8
                                    

Kaisar baru saja keluar dari kelasnya, kepalanya pusing karna ditumbuk oleh kuis dadakan mana semalem dia ada belajar, hanya mengingat yang dulu dia pernah pelajari. Walau kelakuannya terkadang serampangan, tapi Kaisar itu selalu dituntut mempunyai nilai yang tinggi. Sebisa mungkin dia berusaha membuat kedua orang tuanya bangga walau kadang mereka juga kewalahan karna Kaisar seringkali membuat ulah yang bagi mereka di luar nalar.

Kaki Kaisar sekarang berjalan di kantin, mencari sosok pacarnya. Menurut informannya, Rania berada disini bersama temannya. Dia harus membereskan masalahnya yang semalem.

Mata tajam Kaisar menangkap gadis yang sedang dia cari-cari itu. Di meja ujung sana Rania sedang mengobrol bersama temannya, Kaisar bisa melihat piring yang sudah bersih yang mengartikan Rania telah membereskan makan sorenya itu.

"Ran." Panggilnya sambil menepuk bahu Rania.

Rania melirik malas pada Kaisar, "Kenapa?" Tanyanya.

"Mau balik bareng?" Tawar Kaisar agar dia bisa membereskan masalahnya itu.

Rania terdiam sebentar sebelum menjawab tawaran itu, masalahnya dia sangat malas menanggapi Kaisar. Dia masih merasa gondok dengan segala sikap penolakan dari Kaisar.

"Nggak. Gue sendiri aja." Tolaknya.

Kedua temannya itu hanya menjadi penonton, dia langsung paham kalau pasangan di depannya ini sedang dalam perang dingin. Bahkan aura Rania sekarang sudah seperti banteng yang bisa menyeruduk kapan saja kalau diganggu.

"Ran, please? Ayok." Bujuknya lagi.

Kaisar rasanya ingin langsung menarik Rania kalau bisa, tapi masalahnya dia masih berada di kalangan kampung. Dia tidak mau melakukan tindakan macam-macam yang bisa membuat Shanin mengomel nantinya pastinya Shanin tidak tahu, tapi kadang ada saja manusia yang sering bergibah hingga bisa masuk ke telinga Shanin.

Rania menatap kosong gelasnya, dia menimbang-nimbang ragu. Akhirnya dia menghembuskan nafasnya pelan.

"Yaudah. Guys, gue balik duluan, ya? See you besok!" Pamitnya masih bisa membuat senyuman pada teman-temannya, sedangkan pada Kaisar aura permusuhannya itu sangat kuat.

"Bye! Jagain Rania, Kai. Awas aja lo macem-macemin dia." Ancam temannya Rania.

Kaisar hanya mengangguk, malas menanggapi. Lagian siapa juga yang mau macem-macemin Rania? Yang ada dia yang dimacem-macemin.

Rania berjalan duluan di depannya, membuat Kaisar harus berjalan lebih cepat agar mereka berjalan sejajar.

"Lo masih marah, ya? Karna semalem?" Tanya Kaisar dengan suara pelan agar tidak terdengar oleh orang yang berada di sekitar mereka.

"Gue gak mau ngomong disini. Nanti aja di mobil." Katanya membuat Kaisar bungkam seketika dan menyetujui hal itu.

💐💐💐

Bahkan sampai mobil itu sudah maju, mengelilingi jalanan Jakarta. Perempuan di sebelah Kai masih saja diam, seakan tidak berniat untuk membahas apa yang seharusnya mereka bahas.

Kaisar menghela nafasnya, lalu membelokan mobilnya ke toko bunga yang berada di pinggir jalan. Rania menyadari hal itu hanya menatap Kaisar dengan bingung kenapa mereka berhenti disana tanpa bertanya secara langsung.

"Bentar, ya." Ucap Kaisar pada Rania mebyuruh gadis itu untuk menunggu di mobil lalu membuka seatbeltnya dan turun dari mobil menuju toko bunga.

Rania bisa melihat Kaisar yang sedang bertanya pada penjual bunga itu dari sini. Dia tidak mau kegeeran, tapi tolong kalau Kaisar sengaja membeli bunga untuknya agar Rania luluh sudah dipastikan dia akan luluh seketika dan melupakan masalah mereka.

Pacify HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang