025. Haters Kaisar.

167 23 2
                                    

Seharunya kemarin menjadi hari yang menyenangkan untuknya, karna bagaimana pun akhirnya Rania bisa dekat dengan orang-orang terdekat Kaisar selain teman-temannya yang Rania sendiri pun mengenal mereka. Apalagi kemarin adalah keluarganya Kaisar yang sesungguhnya. Kepalanya sangat penuh semua pemikiran jelek melayang dalam benaknya, tidak seharusnya dia berpikir seperti ini hanya karna kejadian kemarin yang menurutnnya sangat jangkal. 

Entah bagaimana dia harus menyimpulkan kejadian aneh dari kekasihnya dan saudaranya itu. Rasanya sangat aneh karna Kaisar bersikap posesif pada Shanin. Padahal kata Kaina sendiri kalau Shanin itu dijodohkan jelas orang tua gadis itu menyetujuinya dan mempercayai anak gadis mereka pada Khalid kan? Tidak seharusnya Kaisar se-over protektif itu hanya karna dengan alasan orang tuanya Shanin yang sangat strict parents.

Pada saat mereka bersama pun sikap Kaisar terlihat sangat dia tidak menyukai keberadaan Khalid yang terus-menerus berada di sisi Shanin, walau sangat terlihat jelas Shanin sendiri tidak terlalu menanggapi semua tindakan yang dilalukan oleh calon tunangannya itu. Selama Rania menjalani hubungan dengan Kaisar, dia belum pernah melihat ekspresi cemburu pria itu terhadapnya, selain kejaadian kemarin di club yang entah apakah itu bisa disebut dengan sikap cemburu dan marahnya? Yang kemarin benar-benar berbeda karna pria itu tudak pandai dalam menyembunyikan ekspresinya sendiri. Memang belakangan ini sendiri pun sikap pria itu benar-benar menyebalkan dan tidak jelas ada apa dengannya.

Setiap dia tanya ada apa dia hanya akan menjawab bahwa dia hanya sedang pusing dengan tugas kuliahnya dan mengabaikannya. Ini sebenarnya benar-benar menyakitkan jika Rania diizinkan untuk egois maka dia akan menuntut ata perlakuan pria itu terhadapnya.

"Lo kenapa sih daritadi ngelamun mulu. Ngeri kesurupan lo entar." Celetuk Sisil yang membuyarkan lamunannya. 

Rania menghembuskan napasnya yang terlihat gusar. Raja yang menangkap hal itu menyodorkan sebotol air mineral untuknya."Minum dulu." Tawarnya lalu kembali fokus pada laptopnya.

Tangannya mengambil air mineral itu dan meminumnya setengah.

"Lah aus ternyata tuh bocah." Seru Kevin yang daritadi memperhatikannya, sedang Raja hanya meliriknya sekilas. 

Sedang yang diomongkan tidak menanggapi dan hanya menaruh kembali air mineral itu.

"Jadi lo kenaapa? Ada masalah?" Tanya Tania temannya yang memang paling perhatian dan baik kepada siapa pun yang dia rasa temannya.

Rania memang terbiasa bercerit pada temang-temannya maka akan terlihat sangat aneh jika dia memendannya sendiri dan mungkin akan diomeli oleh teman-temannya itu karna Rania yang selalu merasa tidak punya siapa-siapa.

"Gapapa kok... gue cuman lagi bingung aja." 

"Bingung, bingung udah kaya Aldi Taher aja lo." Timpal Kevin yang mulutnya sedang penuh oleh kentang goreng pesanannya itu. "Ngomongin Aldi Taher ada yang mau ikut nonton konsernya nanti di Bok M gak?" ihatlah keanehan pertemanannya ii.

Sisil yang duduk di sebelah Kevin lang memukul kepala pria itu dengan tumblr minum kesayangannya itu. "Gak jelas banget sih lo, anjing." Kevin langsung memegang kepalanya yang terasa sakit dan mengadu pada Raja untuk  meminta perhatian namun terabaikan dan membuatnya cemberut dan kesal. "Emang disini gak ada yang sayang gue." Dramatisnya.

"Ngapain juga kita sayang elo, bencong."

"Mulut lo ya tai." Kevin langsung merancang-ancang hendak mencubit bibir Sisil namun tertahan karna mendapati pemandangan indah di depannya. "Eh, siapa tuh cakep banget kaya artis." Dan semua orang di meja itu itu langsung ikut memandang ke arah yang dilihat Kevin, bahkan Raja yaang sedang fokus pada laptopnya pun mengikuti mereka. "Yang mana? Bu Inem maksud lo?" Bu Inem adalah  penjual ayam geprek disana.

"Bukan, anjing. Sebelahnya Bu Inem yang lagi main hp." 

Itu Shanin yang dimaksud oleh Kevin. Gadis itu memang selalu terlihat cantik setiap harinya apalagi hari ini dengan balutan blouse biru tua serta rok di bawah lututnya yang berwarna putih dengan corak bunga-bunga kecil menampilkan kesan anggun untuk gadis ini. Benar-benar bak jelmaan bidadari, apalagi rambutnya yang digulung dengan jedai yang berbentuk bunga. Rania terkadang jadi penasaran apa sih yang kurang dari gadis itu?

"Dih anying disamperin Kaisar. Padal baru aja mau gue samperin terus gue gebet." Keluhnya.

"Lo kan homo."Lalu perang kedua orang itu dimulai kembali.

Dan mata Rania langsung memandang arah depannya itu. Disana Kaisar berusaha mengajak Shanin ngobrol namun gadis itu terlihat enggan dan merasa tak nyaman karna dia tetap fokus ada ponselnya.

Raja melirik ke arah sampingnya, tepatnya pada Rania yang sedaang fokus memperhatikan kedua orang yang dikenalnya itu.

---

Sebenarnya jika bisa Shanin ingin sekali mendorong pria ini untuk menjauh darinya, namun dia sendiri pun tidak ingin menimbulkan keributan yang akan membuat mereka jadi tontonan orang-orang. 

"Kita perlu ngobrol. Ayok pulang sama aku." Pintanya hendak mengenggam tangan Shanin namun gadis itu mundur dan fokus kembali pada ponselnya yang padahal hanya memperhtikan grup tidak jelasnya.

Haters Kaisar!!

Jaidan K. 

Aku kecewa bangat tau.

Kaina M.

Kenapa lo? Ditolak cewek?

Jaidan K.

Bukan!! Tadi kan aku bolos terus ke Bareskim tapi ternyata gak jualan eskrim :(

Kaina M.

Anak siapa sih lu bego banget....

"Lan, please ayok kita pulang bareng, ya?" Teguhnya tetap membujuk. "Kamu gak mau kan aku paksa-paksa disini sampe orang-orang ngeliatin kita dan bikin orang tua kita marah lagi." Dan kali ini dia mulai mengancam.

"Gak usah macem-maceem." 

Memang semenjak kejadian itu mereka belum ada lagi mengobrol dan bahkan setiap malam pria itu selalu mengunjungi apartnya namun tak pernah dia bukakan karna dia sendiri tau akan berujung ribut kembali. Shanin belum ada tenaga untuk ribut dan masih memikirkan cara dia membatalkan pertunangan yang akan disiapka keluargannya. Bahkan eyangnya sendiri tiap bertemu dengan Shanin pasti selalu berseri-seri tak sabar ingin menggelarkan acara pertunangan cucu kesayangannya itu.

"Kalau gitu stop kabur-kaburan kaya gini." Pintanya penuh penekanan.

Shanin berdecak kesal jika dipaksa begini. Memangnya siapa yang kabur sih? Karna menurut Shanin dia hanya perlu waktu untuknya sendiri terlebih dahulu daripada dia akan meledak-ledak tidak jelas dan menyesalinya.

"Kabur gimana sih? Kalau aku kabur udah pasti kamu gak akan nemuin aku sekarang." Jawabnya dengan jengkel karna memang jika dia bernat kabur sekarang sudah pasti dia tidak ada di negara ini sekarang.

"Kamu menghindar dari aku kaya gini aja tuh udah kemasuk kabur, Lan." Tegasnya.

"Terserah kamu nganggapnya kaya gini, aku tetep gak mau ikut kamu." 

Kaisar mendengus kasar, mungkin kesabarannya hampir habis sekarang. "Bisa gak sih kamu nurut sekali saja dan gak usah segala dibikin ribet?!" Nadanya kali ini agak meninggi membuat orang-orang di sekitar mereka memperhatikan dan Shanin sendiri pun terkejut atas sikap pria di sampingnya ini.

Shanin memutar bola matanya, lelah. Dan bertepatan dengan tatapan Rania yang sedang memperhatikannya dengan ekspresi yang sulit untuk dia baca. 

Ponselnya berdering menampilkan panggilan dari ayahnya dan mungkin kali ini dia mengucapkan terima kasih pada ayahnya karnanya dia bisa kabur dari stuasi ini.

Shanin mengangkat telponnya, "hallo? Kenapa yah?" Dan beranjak pergi meninggalkan Kaisar disana.


Pacify HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang