005. Sleeping beauty.

497 43 5
                                    

Gelap gulita adalah yang bisa Kaisar deskripsikan tentang ruangan ini. Tirai sudah tertutup, tak terlihat lagi jalanan yang biasa terisi oleh kendaraan yang berlalu-lalang di bawah sana. Dia membuka pintu kamar Shanin dengan perlahan, takut membuat si empunya terbangun.

Hanya lampu tidur yang di nakas mencoba mencahayi ruangan ini, Kaisar bisa melihat Shanin telah terlelap dengan gaun satin tidurnya. Gaun satin hitam dengan tali spageti itu selalu terlihat menawan jika dipakai Shanin, rasanya Kaisar seperti sedang melihat seorang putri sedang tertidur dan faktanya memang sepertinya Lana itu reinkarnasi dari seorang putri dari masa lalunya, lantas siapa yang akan menjadi pangerannya? Jika dia memang seorang putri.

Kaisar memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya karna sehabis dari luar, setelah dia beres dengan urusan kamar mandinya. Dia mendekat ke arah ranjang, duduk disana untuk melihat wajah lelap Shanin. Anak rambutnya menutup sebagian wajahnya, membuat tangan Kaisar dengan nalurinya membenarkan anak rambut itu untuk diselipkan di telinga Shanin. Kaisar mulai merebahkan badannya badannya di hadapan Shanin.

Tangannya menarik tubuh itu untuk dia dekap, mengelus perlahan punggung polos Shanin. "Lan, maaf ya? Aku minta maaf..." Bisiknya perlahan di atas kepala Shanin.

Kaisar mengecup perlahan pucuk kepalanya, lalu turun mengecup beberapa kali pundak gadis itu, membuatnya melenguh, terganggu tidurnya. Kaisar langsung menepuk-nepuk punggung Shanin perlahan, "Maaf, tidur lagi."

Tangan Kaisar masih setia mengelus punggung Shanin dengan rasa bersalah. Rasa gelisah terus terngiang di kepalanya, rasanya dia ingin menghukum dirinya sendiri karna sudah hampir bertindak bodoh.

Matanya terus menatap wajah polos Shanin dengan rasa berkecamuk, "Aku sayang kamu. Maafin aku, ya? Aku bakal hati-hati lain kali." Janjinya lalu ikut dalam lelap, menyusul Shanin dalam tidurnya.

💐💐💐

Sinar matahari masuk dalam celah gorden yang terbuka sedikit, ditambah elusan pipi yang membuat Shanin semakin membuka matanya dari tidurnya. Ketika membuka matanya, pemandangannya langsung pada Kaisar sedang tersenyum di depannya dengan tangan yang memegang pipinya.

"Morning, sayang." Sapa paginya.

Gadis itu langsung melepas tangan itu dari pipinya, "Jangan pegang-pegang!" Dengusnya dengan nada sinis.

Pagi-pagi sudah seperti macan.

Kaisar terkekeuh, "Masih pagi jangan marah-marah dong." Dia mendekat ingin mencium Shanin, namun Shanin keburu mundur.

"Ishhh diem. Kamu kenapa ada disini sih? Kan aku bilang gak boleh nginep kemarin." Omelnya.

Shanin bangun dari tidurnya mendudukan dirinya sambil menyender ke belakang ranjangnya. Kaisar membuat lengannya menjadi bantalan, menatap Shanin dari posisi tidurnya.

"Kamu kan yang chat aku, berarti minta aku kesini kan?" Tanyanya.

"Geer banget! Orang aku minta temenin telpon doang tadinya, tapi kamu gak angkat." Katanya dengan wajah sebal namun membuat Kaisar gemas ingin menciumnya. Rasanya dia ingin menarik gadis itu untuk tiduran kembali lalu dia dekap seharian kalau bisa.

"Ya, karna gak aku angkat jadinya aku kesini langsung. Nemenin kamu secara langsung bukannya lebih baik?"

"Yaudah sana pulang." Usirnya, dengan tidak menatap Kaisar karna matanya melirik ke sembrang arah. Kaisar ketika pagi hari itu menurut Shanin bahaya, entah kenapa ketampanannya semakin bertambah berkali lipat, apalagi dengan wajah bantalnya dan rambutnya yang acak-acakan itu.

Pacify HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang