2. Papa Masak

456 42 4
                                    

• Happy Reading •

-
-
-

Aji menghentikan mobilnya di depan gerbang SMA Merdeka. Sekolah sudah sepi hanya tersisa beberapa siswa yang ikut ekstrakurikuler atau kelas 12 yang mendapat kelas tambahan.

Aji membuka ponselnya, mengetikkan beberapa kata dan mengirimnya pada si sulung.

Setelah mendapat balasan, Aji keluar dari mobil, karena sepertinya anak-anaknya akan lama, Aji memutuskan menunggu di warung yang tak jauh dengan tempat mobilnya terparkir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mendapat balasan, Aji keluar dari mobil, karena sepertinya anak-anaknya akan lama, Aji memutuskan menunggu di warung yang tak jauh dengan tempat mobilnya terparkir.

"Mang, es kopi susu satu ya," ucap Aji pada Mang Jajang pemilik warung.

"Siap, Pak! Di tunggu sebentar ya."

Aji mengangguk dengan senyuman tipis, sambil menunggu Mang Jajang membuatkan pesanannya. Aji mengecek ponselnya, barangkali ada pesan penting.

"Ini, Pak, es kopi susu spesial," ujar Mang Jajang meletakkan segelas es kopi di samping Aji.

"Makasih, Mang."

"Sama-sama. Mau jemput anak-anak ya, Pak?" tanya Mang Jajang.

Aji mengangguk sebagai jawaban. Aji dan Mang Jajang ini bisa di bilang kenal dekat. Aji yang selalu mengantar jemput sejak si kembar masuk ke sekolah ini, selalu mampir ke warung milik Mang Jajang yang letaknya tepat di depan sekolah hanya terhalang jalan aspal saja.

"Oh, iya. Punten, punten ini mah, Pak. Maaf kalo saya tidak sopan, tapi tadi siang Kenzo neraktir temennya di sini, katanya biar bapak saja yang bayar pas jemput," ucap Mang Jajang pelan, ia merasa tidak enak entah kenapa.

Aji menghela napas, tidak terkejut dengan kelakuan anak tengahnya itu. "Berapa, Mang? Biar saya yang bayar."

"Gak banyak sih, Pak. Cuma 150 ribu," ujar Mang Jajang.

Aji mengeluarkan dompetnya, ia menyerahkan dua lembar uang 100 ribu pada Mang Jajang.

"Sebentar saya ambil dulu kem---"

"Gak usah, Mang. Kembaliannya ambil aja, sekalian bayar es ini," ucap Aji menunjuk es kopinya yang entah sejak kapan sudah habis.

"Terima kasih, Pak."

Aji menganggukan kepalanya, tak lama terdengar suara yang memanggilnya.

"PAPAJI!!"

Ternyata si bungsu yang memanggilnya, anak itu juga melambaikan tangan ke arahnya yang langsung di balas Aji.

"Langsung pulang?" tanya Aji.

Ketiganya mengangguk mereka langsung masuk ke mobil setelah berpamitan pada Mang Jajang.

"Kalo gitu saya permisi, Mang," ucap Aji.

Setelah mendapat balasan, ia segera menyusul ketiga anaknya dan mobil milik Aji pun bergerak meninggalkan lingkungan sekolah.

PAPAJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang