4. Weekend (1)

414 34 0
                                    

• Happy Reading •
-
-
-
-


Seperti janjinya seminggu yang lalu, Aji akan menuruti apa saja keinginan anak bungsunya, dan hal yang di minta oleh Atta adalah liburan keluarga.

Karena itu, di sabtu pagi menjelang siang ini mereka berada di supermarket salah satu rest area, untuk membeli bahan-bahan dan segala kebutuhan mereka selama 2 hari di villa.

"Sepertinya ini cukup," ucap Kenzie menatap dua troli belanja mereka yang terisi penuh.


Padahal mereka hanya 2 hari di villa.

"Iya, udah nih kayaknya. Ya udah, kalian duluan ke mobil biar papa bayar ini dulu," ujar Aji yang langsung di turuti ketiga anaknya.

Menuruti perkataan sang papa, Kenzie mengajak dua adiknya untuk keluar lebih dulu, menyerahkan urusan pembayaran pada ahlinya.

Tak lama kemudian, Aji datang dengan dua plastik besar di tangannya yang langsung di ambil alih oleh Kenzie untuk di masukka ke dalam bagasi.

"Udah istirahatnya kan? Kita lanjut oke?" tanya Aji yang langsung di jawab anggukkan oleh ketiga anaknya.

Setelah memastikan semua sudah masuk mobil dan tidak ada barang yang tertinggal, Aji langsung mengendarai mobilnya meninggalkan rest area dan menuju villa miliknya di puncak.

  OoO

Setelah 2 jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di villa milik Aji.

"Ah! Akhirnya sampai juga, badan adek udah pegel-pegel, perut adek juga lapar!!" seru Atta sambil mengusap perutnya.

"Dih bocil, laper mulu kerjaan lo," ucap Kenzo menatap Atta dengan tatapan meledek.

"Suka-suka dong, adek kan lagi masa pertumbuhan, wle!" ejek Atta.

Sedangkan Kenzie hanya geleng-geleng kepala, sudah biasa melihat pertengkaran mereka.

"Gak mau masuk?" tanya Aji yang entah sejak kapan sudah berada di dalam bangunan dua tingkat itu.

"Mau!! Aa tolong bawain koper adek ya, makasih Aa!"

"Woi, cil! Bawa sendiri woy!" Percuma, Atta sudah masuk lebih dulu, meninggalkan Kenzo yang menggerutu dan Kenzie yang tersenyum maklum.          

Setelah melihat sekeliling villa dan beristirahat, Aji keluar dari kamarnya menuju dapur, di ruang keluarga terlihat anak-anaknya yang sedang bermain monopoli.

"Buat makan siang,  kalian mau makan apa?" tanya Aji yang sudah mendudukkan diri di samping Atta.

"Dingin-dingin gini enaknya makan yang anget-anget gak sih," ujar Kenzo menatap Kenzie, meminta persetujuan dari sang kembaran.

Kenzie hanya mengangguk tangan kanannya sedang sibuk mengocok dua dadu di dalam ember mini.

"Makan bakso kayaknya enak deh, Pa," ucap si bungsu. "Abang berhenti di negara punya adek, abang harus bayar!" serunya.

Kenzie menyerahkan beberapa uang mainan pada Atta. "Bener kata adek, Pa, kayaknya enak makan bakso."

"Hm, boleh. Aa mau?" tanya Aji menatap anak keduanya.

Kenzo mengangguk sebagai jawaban, dia sedang berdoa agar dadunya bisa bekerja sama, karena 9 langkah lagi dia bisa masuk penjara.

Kenzo menghentikan kocokannya, ia mengeluarkan dadu di dalam ember mainan itu, sedetik kemudian terdengar sorakan dari Atta dan suara tawa dari Kenzie dan sang Papa.

Dadu itu menunjukkan 9 angka!

"YES! AA DI PENJARA!  HAHAHA."

OoO

Setelah puas bermain monopoli, mereka segera pergi ke warung bakso langganan sang papa.

Dan setelah 15 menit perjalanan, di sinilah mereka berada, di warung bakso mang Ujang yang sudah 70 tahun berdiri.

"Kalian tau? Di tempat ini, Papa pertama kali ketemu sama bunda kalian."

Sambil menunggu pesanan mereka datang, Aji sengaja membuka percakapan, mengenang kembali kejadian yang membuatnya menikah dengan gadis pujaannya dan menjadi ayah dari 3 orang anak.

"Terus, Pa?" tanya si bungsu, apapun hal yang menyangkut sang bunda ia akan sangat antusias.

"Ya gitu, kita kenalan terus pdkt, pacaran, nikah deh," jelas Aji.

"Kok gitu doang ceritanya?!"

"Hahaha ..  Nanti Papa ceritain lain waktu, oke? Sekarang waktunya makan."

Tepat setelah ucapan Aji, pesanan mereka datang.

"Selamat makan!"

OoO

Jam menunjukkan pukul 7 malam, mereka baru saja selesai makan malam dan kini sedang berkumpul di ruang keluarga.

"Ayo main PS! Yang kalah teraktir yang menang," ucap Kenzo mengusulkan ide.

Atta mengangguk semangat. "Ayo! Abang ikut kan?" Ia menatap Kenzie yang duduk di sampingnya.

"Iya, ikut kok," ucap Kenzie.

"Papa gimana?" Kini pandangan si bungsu beralih ke sang papa yang duduk di samping Kenzo.

Aji mengangguk singkat. "Boleh, tapi gak ada taruhan ya, itu dosa, inget kan?"

"Inget, Pa!" jawab ketiganya kompak.

Akhirnya mereka mulai bermain PS yang memang di simpan Aji di sini, sengaja supaya mereka tidak terlalu banyak membawa barang dari Jakarta.

Sudah tiga jam mereka bermain, jam kini sudah menunjukkan pukul 10 malam.

"Boys, udah malem lanjut besok lagi mainnya. Sekarang kalian bersih-bersih terus tidur, mengerti?"

"Mengerti, Papa!"

Setelah itu Kenzo, Kenzie dan Atta beranjak dari ruang keluarga menuju kamar meninggalkan Aji yang membereskan kekacauan anak-anaknya.

"Hadeh, untung anak."

OoO
-
-
-
-

TBC

Holla~

Berapa lama cerita ini gak update? 🤔

Makasih buat kalian yang udah mau baca dan nunggu cerita ini update, love sekebon!!

Btw,

seputih Asahi sebening Junghwan, mari kita hancurkan pembatas dinding yang tinggi setinggi haruto, teriring salam se harum parfum Kim junkyu, karna hidup tak semanis senyuman Choi Hyun suk dan tahi lalat Park jihoon, juga tak semulus wajah Kim doyoung, mari kita mensucikan dan membersihkan hati sesuci Yoshi dan sebersih takata mashiho, serta saling memaafkan agar terciptanya hubungan yg damai sedamai suara bang yedam dan Park jeongwoo. Dengan setulus hati Yoon jaehyuk. Saya segenap keluarga besar Papaji mengucapkan minal aidin wal faizin mohon maaf lahir dan batin, sekian terima Treasure
🥰🥰💙💙

Selamat lebaran guys ~

PAPAJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang