3. Ulang Tahun Bungsu

470 47 4
                                    


"Papa gak jadi pulang?"

"Iya, maaf ya. Papa janji lusa udah pulang, nanti papa bakal turutin apapun yang adek minta. Okay?"

"Okay. Papa semangat kerjanya ya, biar cepet pulang."

"Hahaha ... Okay adek, papa titip salam buat kakak-kakak kamu ya?"

"Iya. Adek sayang papa."

"Papa lebih sayang adek."

Tut!

Panggilan terputus. Atta menghela napas kasar, ini hari ulang tahunnya tapi sang papa tiba-tiba ada kerjaan di luar kota. Rencana mereka untuk merayakan ulang tahunnya terpaksa batal.

Atta sedih tentu saja, tapi dia juga gak mau egois. Bagaimanapun,  papa kerja keras juga untuk kebutuhannya.

"Widiih, yang lagi ulang tahun kenapa nih, kusut amat tuh muka." Kenzo duduk di samping kiri Atta, ia merangkul bahu yang lebih muda.

Omong-omong, dia baru pulang berbelanja bersama Kembarannya.

Kenzie ikut duduk di samping kanan Atta setelah menaruh belanjaan di dapur. "Masih sedih karena papa?"

Atta hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Udah lah, bro. Daripada sedih mending tidur siang, liat, udah jam 2 tuh," ucap Kenzo menunjuk jam dinding di hadapan mereka.

"Gue tuh udah gede! Bukan anak kecil yang harus tidur siang lagi!" seru Atta.

Kenzo menoleh ke arah Atta, semakin mengeratkan rangkulannya di bahu sang adik.

"Kata siapa yang butuh tidur siang cuma anak kecil? Mumpung sekarang lo masih bisa tidur siang, mending tidur dah, kalo dah gede mah susah," jelas Kenzo.

"Gue juga udah gede, gue udah 17 tahun," ucap Atta.

Kenzie yang sejak tadi hanya menyimak akhirnya bersuara, bisa panjang urusannya kalau di biarkan.

"Adek, papa itu kerja buat kita, adek tau itu kan? Kebutuhan kita banyak, pengeluaran kita juga banyak. Buat bayar sekolah, listrik dan segala macemnya dari mana kalau papa gak kerja? Abang tau, adek kesel karena papa pergi nya tiba-tiba apalagi di hari ulang tahun adek, tapi papa udah minta maaf kan?"

Kenzie menatap Atta yang menundukkan kepala, anak itu mengangguk sebagai jawaban. Kenzo memilih diam, kembarannya kalau sudah mode anak sulung memang another level.

"Nah, terus kenapa masih sedih? Adek gak boleh sedih di hari spesial ini. Udah ya, sekarang adek terserah mau ngapain, abang sama Aa mau masak dulu, ya?"

Setelah mendapat jawaban berupa anggukan dari sang adik, Kenzie langsung menyeret kembarannya ke dapur.

"Santai dong! Lagian lo emang beneran mau masak? Papa kan udah bilang, kita beli aja buat makan malam."

Omong-omong dapur mereka sudah selesai di renovasi.

Kenzo menatap Kenzie bingung. Yang di tatap meletakkan jari telunjuknya di depan mulut, pertanda jangan berisik.

"Udah lo tinggal ikutin gue aja."

Kenzie mengambil sebuah kue ulang tahun dengan krim putih polos dari kulkas.

"Kue dari mana?" tanya Kenzo. Seingatnya, saat mereka belanja tadi, ia tidak membeli kue ulang tahun.

"Gue yang beli tadi, waktu lo sibuk nyari sabun di mini market," jawab Kenzie.

"Terus, kenapa ini masih polos? Biasanya kan udah bagus, ada ucapan selamat ulang tahun dan printilannya," tanya Kenzo lagi.

"Sengaja, biar bisa kita hias sendiri," jawab Kenzie dengan senang.

Ia mengambil beberapa krim kue dari kulkas.

"Biar lebih spesial, kita hias sendiri kuenya," jelas Kenzie yang mulai menghias kue itu.

Kenzo sebenarnya belum mengerti, tapi ia lebih memilih mengikuti Kenzie menghias kue ulang tahun itu.

Mari kita tinggalkan dua orang yang sibuk dengan krim kue itu dan melihat keadaan Atta, pemuda itu sedang asik bermain PS di ruang keluarga yang letaknya tidak jauh dari dapur, hanya terhalang meja makan.

Ia mengerang kesal saat tv di depannya tiba-tiba mati. Namun, tak lama kemudian, Kenzo dan Kenzie datang dari dapur dengan kue ulang tahun di tangan si sulung.

"Happy Birthday to you."

"Happy Birthday to you."

"Happy Birthday, happy birthday, happy birthday to you."

"Akmal Attarayhan Aditama, selamat ulang tahun!!" ucap Kenzo dan kenzie bersamaan.

Atta tersenyum lebar, pancaran bahagia terlihat di matanya. Walaupun kue itu tidak sebagus kue ulang tahun yang papa beri semalam, tapi Atta tetap bahagia karena kue ini hasil kerja keras dua kakaknya.

"Selamat ulang tahun, Atta! Ini ucapan kita yang kesekian," ujar Kenzie tertawa kecil.

Atta mengangguk samar, senyuman bahagia tidak luntur dari wajahnya. "Gak papa, Bang. Atta suka kok."

Mereka kembali duduk, dengan Atta yang berada di tengah juga kue di atas meja.

Kenzo merangkul bahu Atta. "Umur berapa lo sekarang?"

"19 tahun," canda Atta yang langsung mendapat pukulan ringan di punggungnya.

"Yang bener, bro!"

"17 tahun bro," jawab Atta.

Kenzo menepuk-nepuk bahu Atta. "Gila, udah gede aja nih adek gue."

"Tetep jadi anak bungsu yang manja ya, kamu punya abang, Aa sama Papa yang selalu ada buat kamu, jangan sungkan buat cerita apapun masalah kamu, oke?"

Kenzie menepuk puncak kepala Atta, ia tertawa kecil saat adiknya mengangguk lucu.

Ah, Atta akan tetap seperti anak kecil bagi mereka.

"Makasih ya, abang sama aa udah nyiapin ini buat adek. Adek seneng," ucap Atta, menarik kedua kakaknya dalam pelukannya.

Atta bahagia, sangat. Meskipun papa sibuk dengan kerjaannya, tapi Atta masih punya kedua kakaknya yang siap melakukan apapun untuk kebahagiaanya.

Dan Atta sangat bersyukur tentang itu.

TBC

Aku tau ini telat banget, tapi gpp yg penting masih di bulan februari.

Maaf untuk ketidak jelasan part ini.

See you!

PAPAJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang