Chapter 7

2.6K 874 1K
                                    

Kelopak mata Caraka terbangun dan hal pertama yang dilihatnya adalah potret John Lennon bersama dengan Yoko Ono. Keduanya duduk di sofa sambil memegang bunga tulip. Foto yang dia sukai, meskipun banyak orang membenci Yoko Ono, menurut Caraka, Yoko Ono adalah salah satu orang yang berhasil mendorong John Lennon menciptakan karya terbaiknya. Contohnya lagu War is Over.

Pagi itu berbeda, tidak ada lagi suara berisik terdengar dari luar. Kembali seperti pagi-pagi biasanya yang sunyi dan tidak berbeda dari hal lain.

Caraka pernah membaca sebuah jurnal mengapa banyak manusia merasa waktu begitu singkat, penyebabnya karena orang tersebut melakukan hal secara repetisi sehingga otaknya tidak bisa membedakan hari-hari tersebut. Apakah hal itu terjadi kemarin atau dua hari yang lalu karena semuanya adalah bentuk pengulangan. Begitulah hari-hari Caraka.

Dia melihat Ratih meminum segelas susu.

Lelaki itu menguap sambil menarik kursi mundur. Segelas susu almond disediakan di atas meja. "Buat aku, Teh?"

"Iya."

"Kenapa nggak kopi?"

"Tadi teh sebelum Neng Anin dijemput sama ayahnya, dia bilang kalau A'a kalau pagi asam lambungnya sering kumat. Makanya jangan keseringan minum kopi atuh, A. Kenapa nggak bilang ke Teteh? Kan nggak bakal Teteh buatin kalau tau begitu."

Caraka mengernyit, dari mana Anin tahu kalau setiap pagi asam lambungnya sering kumat. Apakah gadis itu bisa membaca pikiran atau punya kemampuan membaca aura sehingga bisa melihat penyakit seseorang dalam sekali pandang?

"Anin udah dijemput?"

"Iya, tadinya sih mau pamit ke Aa', cuma diketuk-ketuk pintunya, Aa nggak bangun. Jadi dia nitip salam ke Bibi aja."

"Hm." Caraka mengangguk sambil meneguk susu almondnya. Rasa hangat mengaliri perutnya. Lalu dia menoleh ke Ratih, adik perempuannya itu kembali murung. Kembali seperti Ratih yang biasanya.

"Kenapa Kak Anin nggak tinggal di sini aja?" Ratih menggerakan tangannya.

"Dia harus balik, nggak mungkin Kak Anin di sini."

"Aku sendirian lagi."

"Memang biasanya gimana? Jangan bergantung sama orang, kamu udah dewasa. Terlalu mengandalkan orang lain juga nggak baik."

Ratih menggebrak meja lalu menuju ke kamarnya dengan membanting pintu. "Eh konde ... eh konde ... aduuh untung jantung Teteh nggak copot," Teh Yati spontan latah sambil mengusap dada saking terkejutnya. Caraka membuka layar ponselnya, melihat status Whatsapp. Nama Anin muncul di daftar teratas. Jemarinya menge-klik layar itu. Gadis itu sedang ber-selfie di kamarnya dengan caption: welcome home.

Sudut hati Caraka diam-diam merasa bersalah, dia membalas story itu.

Caraka.

Maaf ya kalo semalem sikap gue nggak ngenakin.

Tak lama terkirim, Anindita langsung membalasnya.

Anindita.

Gpp, tinggal tambah sedikit garem udah enak kok.

Cowok itu tertawa geli.

Caraka.

Balik ga bilang2 gue nih?

Anindita.

Sengaja, biar kangen hehe.

Cita Cinta CarakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang