HAIII READERS, INI ADALAH CERITA AKU YANG KE 3 KALINYA! CERITA INI SEDIKIT BERBEDA YA! SO, ENJOY AND HAPPY🤍🤍.
Happy reading 🤍🤍🌚
-Terlalu rapuh untuk bertahan. Terlalu kuat untuk di hancurkan.-
Apa-apaan ini kenapa aku harus mengalami semuanya? Bukankah semua wanita akan terbawa perasaan jika diperlakukan seperti itu?.
Hujan semakin deras terdengar suara gemuruh dari langit. Suasana didalam mobil ketika itu semakin canggung. Mungkinkah pemuda itu juga terbawa perasaan atau bahkan dia merasa malu?.
Tak ada komunikasi diantara kami berdua setelah itu. Aku sibuk dengan menatap ke arah sisi kanan dan kiri jalan raya. Sedangkan dia, dia sibuk mengendarai mobil agar melaju dengan sempurna.
Aku ingin berkomunikasi dengannya namun aku bukanlah wanita yang mudah untuk mencari topik. Aku malu jika harus memulai pembicaraan lebih dulu.
Selang beberapa saat, mobil yang dikendarai berhenti tepat didepan sebuah rumah dengan cat berwarna abu-abu. Rumah minimalis tidak besar dan tidak terlalu kecil pula. Tanaman hias tertata rapi diteras rumah. Suasana yang asri, tenang dan nyaman sangat terasa ketika kali pertama menginjakkan kaki di tempat tersebut. Bagi orang-orang baru mungkin mereka sangat menikmati suasananya. Namun berbeda dengan diriku. Suasana luar yang sangat jauh berbeda dengan suasana yang selalu kurasakan ketika berada didalamnya.
Hujan yang semula mengguyur dengan deras kini mulai sedikit demi sedikit berubah menjadi rintikan gerimis. Dia, pemuda tampan itu kembali melakukan aksinya untuk membuat aku kembali merasa tak karuan. Ditengah gerimis nya hujan, dia turun lalu mengambilkan payung dan segera berlari menuju ke arah pintu mobil tempat dimana aku duduk. Pemuda itu lalu membuka pintu mobil tersebut, yang membuat ku sontak terkejut.
"Mau turun sekarang?" tawar pemuda itu sembari mengulurkan tangan kanannya kepada ku.
Perlakuannya yang membuat ku kembali dilanda rasa tak karuan. Aku bingung harus menjawabnya atau harus melakukannya terlebih dahulu?. Kali ini aku benar-benar dibuat tak bisa berkutik.
Agar tak semakin canggung, aku segera turun dari mobil tanpa memperdulikan perlakuan dari pemuda tersebut. Dia terlihat bingung, namun aku tetap bersikap seolah tak peduli.
Baru saja menginjakkan kaki di teras rumah, mataku langsung tersorot kearah tubuh seorang lelaki tua yang baru saja membuka pintu rumah. Tubuhnya berperawakan tinggi dan besar. Dia ayahku, Usianya sudah masuk kepala empat. Memiliki watak yang bijaksana, tegas dan penyabar. Dia adalah cinta pertama bagiku. Walaupun sikapnya yang sedikit keras terhadap ku. Namun dibalik itu semua, itulah cara dia untuk mendidik anak-anaknya. Dia hebat menjadi sosok ayah sekaligus sosok ibu bagiku.
Aku sontak kaget dengan kehadiran sosok lelaki itu. Dia memanggilku dengan nada lembut nya. "Nala". Diriku berusaha agar tidak panik. Karena takutnya ayahku marah melihat anak gadisnya diantar oleh seorang pemuda yang sempat memiliki masa lalu dengan anaknya. Instingku berkata ayahku akan segera menginterogasi anaknya.
"Kenapa kamu pulang dengan dia?" Spontan ayahku bertanya.
Deg...
Aku tak bisa menjawab pertanyaan itu. Bagaimana cara aku untuk menjelaskannya?
"Tadi saya gak sengaja ngeliat kala yang lagi neduh diteras cafe, terus saya berinisiatif untuk mengantarkannya pulang." Pemuda itu dengan santainya menjawab. Sedangkan aku hanya bisa diam dilanda rasa takut.
"Nala, sekarang kamu masuk!" perintah ayahku dengan nada tegas.
Tanpa basa-basi aku segera menurutinya.
"Baik yah."Sementara itu kulihat diluar dari kaca jendela dalam, tidak ada komunikasi diantara ayahku dengan pemuda itu. Selang beberapa saat ayahku segera masuk ke dalam rumah tanpa memperdulikan keberadaan pemuda tersebut. Terus saja kulihat dia yang hanya berdiri dan diam ditempat tanpa ada keinginan untuk menjauh.
Agar tak terjadi kesalah pahaman, aku pun mencoba untuk berbicara dan menjelaskan semuanya kepada ayah.
Mencoba menghampirinya yang sedang duduk dimeja makan dengan segelas kopi dihadapannya. "Yah, aku minta maaf. Maaf karena sudah lancang mau diantar pulang oleh lelaki itu".
Ayah menatap ku dengan tatapan tajam dan serius. Akupun merasa tak enak hati.
"Kali ini ayah memakluminya, ayah hanya tidak ingin kamu kembali terjerumus untuk kedua kalinya". Ternyata instingku salah. Ayah justru menasehati ku bukan memarahiku."Baik yah, aku akan tetap ingat pesan ayah." Aku tersenyum dan mencoba meyakinkan nya. Lalu setelah semuanya sudah jelas, akupun segera menjauh untuk pergi ke kamar.
Klek...
Gagang pintu kamar ku buka perlahan lalu setelah itu aku duduk termenung diatas tempat tidur. Semua masalah yang ada di kepala terus berputar dipikiran ku. Aku hanya menginginkan ketenangan. Aku hanya ingin didengarkan. Ayah memang menjadi sosok ibu sekaligus dirumah ini. Namun ada saatnya sosok itu hilang. Aku menginginkan sosok ibu yang selalu ada. Sampai kapanpun sosok ibu bagiku tak akan tergantikan. Ayah pun tak bisa menjadi sosok ibu seperti yang diriku inginkan.
Aku ingin memeluk dirimu, ingin bersandar dibahumu. Aku rapuh, runtuh, namun diri ini hanya bisa memendamnya.
Seru?
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN KALA SENJA
Science FictionApa yang terlintas di pikiran mu jika mendengar kata hujan? kala? senja? Hujan memang seseru itu ya, ketika hujan mengalahkan semuanya, seakan aku lupa dengan masalah ku. Senja memang seindah itu ya, seketika melihat senja, aku melihat langit yang b...