TUTUR

51 3 2
                                    

HAIII READERS, INI ADALAH CERITA AKU YANG KE 3 KALINYA! CERITA INI SEDIKIT BERBEDA YA! SO, ENJOY AND HAPPY🤍🤍.

HAIII READERS, INI ADALAH CERITA AKU YANG KE 3 KALINYA! CERITA INI SEDIKIT BERBEDA YA! SO, ENJOY AND HAPPY🤍🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading 🤍🤍🌚

-Terlalu sibuk membuat Orang lain bahagia sampai lupa diri sendiri juga Harus bahagia-.

Ternyata tumbuh tanpa didampingi sosok
seorang ibu itu menyakitkan ya. Seiring berjalan nya waktu semakin aku sadar bahwa sosok kedua orang tua itu sangat penting untuk tumbuh kembangnya anak, baik secara fisik maupun mental. Sejak saat kepergian ibuku, aku merasa separuh jiwa ini menghilang. Duniaku menjadi suram, aku tak seceria yang dulu. Semuanya drastis berubah setelah kepergian mendiang ibuku.

Lantas bagaimana dengan ayahku?. Dia adalah sosok yang lebih terpukul atas kepergian seseorang yang selama ini selalu mendampinginya sekaligus wanita yang menjadi cinta pertama setelah aku.  Ayah berusaha kuat dihadapan ku, dia tidak ingin anaknya menyaksikan sosok cinta pertama nya menangis dan cengeng. Tak sekalipun dia menunjukkan rasa sedihnya didepan mataku. Selalu berusaha tegar, padahal dia sendiri sangat terpukul. Namun aku salut dengannya, tak sekalipun terlintas dikepalanya untuk mencari sosok pengganti ibuku. Selama kurang lebih tiga tahun, dia hanya ingin memprioritaskan anaknya, orang tua, dan pekerjaan. Aku dan nenek adalah prioritas utama bagi ayah. Dia tidak ingin kehilangan untuk keduakalinya.

Dirumah ini hanya ada aku, ayah, dan ibu dari ayah. Aku adalah anak pertama sekaligus anak tunggal dikeluarga ini. Sebetulnya aku sempat akan mempunyai seorang adik, namun naasnya sesuatu malang terjadi kepadanya. Ketika berada didalam kandungan berusia sekitar delapan bulan, ibuku mengalami pendarahan yang begitu hebat. Padahal usia kandungannya baru menginjak delapan bulan, namun takdir berkata lain. Ibuku harus melahirkan sebelum waktunya. Pihak kesehatan sudah berkata agar ibuku melahirkan secara Caesar, namun ibuku menolak dia hanya ingin melahirkan secara normal, padahal ketika itu kondisi ibu dan adikku tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal. Namun itulah takdir tidak ada yang bisa melawannya.

Mungkin dari situlah firasat ku berkata ada yang berbeda dengan ibu. Ketika itu aku masih menginjak usia sekitar lima belas tahun. Aku sudah mulai mengerti banyak hal. Aku tidak akan pernah lupa pernyataan yang keluar dari mulut seorang dokter, yang menyatakan bahwa separuh jiwaku sudah pergi.

"Permisi semuanya, saya minta maaf kami semua sudah melakukan yang terbaik namun takdir berkata lain. Istri sekaligus calon anak bapa tidak dapat diselamatkan. Kami semua turut berduka cita pa." Dokter itu memang tidak menjelaskannya didepan ku, namun aku bisa mendengar ketika ia berbicara dengan ayah.

Keinginan untuk mempunyai sosok adik ternyata harus aku kubur dalam-dalam, sebaliknya aku harus menerima kenyataan bahwa calon adikku sudah pergi bersama dengan ibuku. Aku membenci hari itu, sangat membencinya, bukan apa hari itu adalah hari sial bagi hidupku, aku kehilangan dua orang sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Perasaan hancur tak bisa aku jelaskan, aku sangat hancur ketika itu.

Berteriak pun tidak cukup untuk meluapkan isi hati ini yang begitu hancur dan terpukul atas kepergian kedua sosok yang sangat amat berharga. Pikiranku masih labil ketika itu, aku tak bisa mengontrol emosi dengan baik. Aku tak bisa lupa dengan sikap ku yang pernah menyalahkan calon adikku atas kepergian ibu. Aku salah, memang salah. Namun bagaimana aku harus menerima kenyataan pahit ini?. Orang-orang hanya bisa menilai namun tidak bisa merasakan bagaimana menjadi diriku.

*****

Terlihat tulus sikapmu kala itu, namun aku tidak ingin kembali tertipu dengan tutur dan caramu memperlakukan ku seolah-olah mencintai diriku. Aku tidak ingin kembali terjerumus kedalam zonamu.
Bagaimana aku harus melupakanmu jika dirimu terus bersikap seolah-olah meyakinkan diriku?. Dia, Xavier Varsha Nicholas. Orang-orang sering memanggilnya Varsha. Tubuhnya tinggi, dan tentunya tampan. Kalau aku disampingnya mungkin aku hanya sebahunya. Dia pernah bercerita kepadaku tentang namanya yang juga cukup unik sama seperti diriku. Varsha, dalam bahasa sansekerta yang berarti hujan. Usia kami terpaut sekitar tiga tahun. Dia sekarang menginjak usia dua puluh tahun, dan sekarang menempuh pendidikan di Institut Teknologi Bandung, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, yang sekarang memasuki semester empat. Sejak kecil dia memang suka sekali bahkan hobi untuk membahas tentang alam atau bumi.

Dulu aku pernah mempunyai hubungan dengan pemuda itu, hubungan tersebut berjalan cukup lama sekitar kurang lebih dua tahun lamanya. Tidak gampang untuk menjalani hubungan dalam jangka waktu yang cukup lama itu. Apalagi ketika itu kami masih menginjak usia remaja. Sebelumnya memang aku dan dia sejak kecil sudah bersahabat bahkan kami sudah seperti adik kakak. Karena orang tua kami.

Bohong jika persahabatan diantara perempuan dan lelaki tidak tumbuh rasa cinta. Begitulah apa yang aku alami, semakin lama aku tidak bisa membohongi perasaan ini bahwa diriku mulai mencintai dia. Ketika itu usiaku masih menginjak lima belas tahun dan baru duduk di bangku kelas X SMA, mungkin terlalu muda untuk memulai hubungan ini. Dia, saat itu masih duduk di bangku kelas XII SMA. Kami menempuh pendidikan di satu sekolah yang sama ketika itu. Sejak sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan terakhir sekolah menengah atas, kami tidak terpisahkan walaupun aku dan dia tidak berkumpul lama dalam satu sekolah.

Siapa sangka diusiaku yang baru menginjak Lima belas tahun sudah berani menyatakan perasaan kepada seorang lelaki yang menjadi sahabat sejak masa kecil ku. Perasaan itu sudah ku pendam sejak lama. Hatiku berkata daripada memendamnya lebih baik menyatakan walaupun realitanya tidak sesuai ekspektasi. Aku sempat pesimis ketika itu, bagaimana seorang lelaki yang lebih tua dariku bisa membalas perasaan seorang gadis yang masih kecil kala itu. Harus ku akui dia adalah versi lelaki sempurna bagi diriku. Dimataku dia sangat sempurna, memang sebetulnya didunia ini tidak ada yang sempurna. Namun sosok lelaki sempurna hanya ada pada dia setelah ayah. Entah karena perlakuan nya yang terlihat begitu tulus atau memang karena aku yang sudah terlanjur menaruh perasaan kepada dia.

-Yang tidak merasakan tidak akan paham,
Yang tidak mengalami tidak akan mengerti-

Seru?
Next?

Jangan lupa follow akun Instagram @vunnyme__wp

Thanks for reading 🤍🤍

HUJAN KALA SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang