BERTAUT

32 3 0
                                    

HAIII READERS, INI ADALAH CERITA AKU YANG KE 3 KALINYA! CERITA INI SEDIKIT BERBEDA YA! SO, ENJOY AND HAPPY🤍🤍.

HAIII READERS, INI ADALAH CERITA AKU YANG KE 3 KALINYA! CERITA INI SEDIKIT BERBEDA YA! SO, ENJOY AND HAPPY🤍🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading 🤍

Kau hanya tahu namaku, bukan kisahku. Kau hanya dengar apa sudah kulakukan, bukan apa yang telah kulewati.

Hari demi hari kulewati dengan penuh tantangan dan rintangan. Mencoba berdamai dengan keadaan ternyata sulit ya. Didewasakan oleh keadaan membuat ku harus belajar dewasa sebelum waktunya. Mungkin bagi orang-orang yang seusiaku mereka sibuk untuk mencari jati dirinya. Ini kehidupan, dimana kehidupan itu harus dijalani bukan hanya untuk dirasakan semata. Seperti halnya siang dan malam, mereka akan terus berganti walaupun salah satu caranya harus merelakan senja untuk pergi. Begitulah hidup harus ada yang direlakan walaupun kenyataannya pahit untuk melupakan.

Cahaya matahari yang terbit dari arah timur mulai menembus kaca jendela yang tertutup oleh tirai dikamarku. Bersamaan dengan alarm yang berbunyi tepat disamping tempat tidurku. Lalu aku bergegas untuk bangun dan mematikannya, kulihat waktu yang tertera menunjukkan pukul 06.00 WIB. Dengan segera aku bangkit dari tempat tidur lalu bergegas untuk bersiap-siap menggapai masa depan. Seragam berwarna putih dan rok berwarna abu dibawah paha yang sudah ku kenakan dengan rapi. Hari ini adalah hari yang memulai semuanya, hari Senin. Bagi orang-orang Senin adalah hari yang paling berat, karena mereka beranggapan bahwa hari tersebut mengikuti dua hari sebelumnya yang penuh kebebasan dan hal menyenangkan, mereka mungkin tidak siap untuk menghadapi segala sesuatu yang berada dihari Senin.

Namun jika ku telaah semua hari itu sama, berganti setiap 24 jam, dan terdapat siang dan malam, tidak ada yang berbeda dari segi fisiknya. Hanya saja dari segi isinya berbeda dengan hari yang sebelumnya.

Hari Senin identik dengan upacara yang selalu diadakan disekolah, entah karena apa hari ini aku sangat bersemangat untuk memulai hari-hari ku. Ku rasa hari ini ada yang berbeda dari hari yang sebelumnya ku jalani. Entah kejutan apalagi yang akan ku dapat hari ini. Aku bergegas keluar kamar untuk menuju meja makan, kudapati sudah tersedia dua piring yang berisikan nasi goreng spesial dengan hiasan telur diatasnya yang dibuat sebagus mungkin. Akupun tersenyum simpul melihatnya. Namun aku sedikit bingung mengapa hanya ada dua piring dimeja makan tersebut.

"Nala, ayo makan dulu!" pinta ayah, lalu memberikan kursi untuk aku duduk.

"Makasih yah." Aku hanya bisa membalasnya dengan senyuman dan seurai kata terima kasih.

Sembari menuangkan air ke dalam gelas ayah berkata."Semoga kamu suka ya sama masakan buatan ayah."

"Masakan ayah itu masakan paling enak sedunia, sama kaya masakan ibu dan masakan nenek." Lalu aku membalas dan memujinya. "Nenek mana yah?" lanjutku, dengan mencari keberadaan sosok yang selalu mengerti keadaanku setiap saat.

"Nenek lagi gak enak badan katanya, tadi ayah udah suruh sarapan sama minum obat."

Aku pun spontan kaget mendengar pernyataan yang keluar dari mulut ayah, akhirnya rasa penasaranku mengapa hanya ada dua piring diatas meja makan sudah terpecahkan. "Tapi nenek gak papa kan yah?".

"Gak papa, nenek cuma kecapean aja maklum kan nenek udah tua. Yaudah mending sekarang kamu sarapan nanti telat lagi hari ini kan upacara." Ayah memperingatkanku dengan lembut.

"Baik yah." Akupun segera menyantap makanan spesial yang ayah buatkan.

Setelah menyelesaikan sarapan, aku dan ayah segera berpamitan kepada nenek yang sedang terbaring ditempat tidurnya.

Dengan sentuhan yang lembut aku menyalami tangan sosok wanita yang sekarang menjadi panutan ku. "Nenek, aku berangkat dulu ya."

"Kamu sendiri?" tanya nenek dengan memegang pipi ini.

"Iya nek, Nala sendiri kasihan nenek kalau dirumah sendirian jadi biar ayah yang jagain nenek disini."

"Nenek gak apa-apa, kamu berangkat nya diantar ayah ya."

Sela ayah. "Bu, Nala sudah besar dia sudah bisa jaga dirinya sendiri."

Bukan maksud ayah tidak ingin mengantar ku, ayah hanya ingin membebaskan aku untuk bisa lebih mandiri. Sesibuk apapun dia, tidak ada kata terlambat untuk mengantarkan dan menjemput anak gadisnya ini. Sejak kecil aku selalu diantar jemput sekolah oleh ayah sampai sekarang pun, bukan aku manja, sebenarnya akupun tidak ingin merepotkan nya tetapi ayah selalu memaksaku. Aku tidak malu, namun aku hanya ingin dibebaskan agar lebih mudah untuk bergaul. Sejak kecil memang pergaulan ku sangat dibatasi, apalagi untuk masalah lelaki. Akupun terpaksa menjalani hubungan backstreet dengan Varsha. Betul kata pepatah Sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga. Sama halnya dengan hubunganku. Setelah dua tahun lamanya hubungan itu akhirnya diketahui banyak orang.

*****

Deru suara kendaraan lalu lalang ditengah kota Bandung terdengar begitu ramai, namun tidak seramai ibukota Jakarta. Di kota tempat ku tinggal suasana keasrian dan ketenangan masih terasa, tidak seperti yang aku rasakan ketika berkunjung ke ibukota.

Pagi itu jalan yang aku lalui terlihat tidak begitu macet, kendaraan roda dua masih bisa menyalip dengan leluasa. Aku berangkat dengan ojek online yang siap mengantar dan menjemput ku.

Selang beberapa saat akhirnya kendaraan roda dua yang aku tumpangi tiba didepan gerbang sekolah dengan tepat waktu yang sudah aku tentukan. Ketika akan melangkahkan kaki ini untuk memasuki gerbang sekolah, tiba-tiba dari arah belakang namaku dipanggil cukup keras.

"Nala!" Teriak seorang siswi yang berada diseberang sana.

Akupun segera membalikkan badan dan mencari letak suara itu. Terlihat seorang siswi dengan rambut terurai melambaikan tangannya kearah ku.

Dia Rissa Amelia, sering dipanggil Rissa. Dia adalah satu-satunya sahabatku disekolah ini, sejak pertama memasuki masa SMA. Bukan aku tidak punya teman sama sekali, temanku malah sangat banyak tetapi untuk julukan sahabat hanya untuk Rissa, begitupun dengan sebaliknya.

Rissa berlari menghampiriku dengan cerianya lalu memeluk tubuh ini tanpa sebab. "Nala, aku kangen banget sama kamu".

Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku sahabat ku ini. "Udah kaya setahun aja gak ketemu, padahal baru aja dua hari yang lalu kita ketemu".

Rissa lalu melepaskan dekapannya itu, untuk menggenggam kedua tanganku. "Tetap aja kan kita gak ketemu, aku tuh pengen kita ketemu tiap hari soalnya bentar lagi kan kita lulus bakalan jarang ketemu deh".

"Kita bakalan ketemu terus kok, asalkan jalinan persahabatan kita ini selalu terjaga jangan sampe lost contact, pokoknya gak boleh ada yang ganggu persahabatan kita".

Kami berdua saling menatap lalu tersenyum meyakinkan. Mungkin inilah awal dari kebahagiaan yang akan ku dapat hari ini.

"Ayok ke kelas!" ajak Rissa, sembari menarik tanganku dengan penuh semangat.

Sangat beruntung ketika aku dapat memiliki seorang sahabat yang sefrekuensi dengan ku.

-Kau hanya menilai tindakanku, tanpa pernah mempertanyakan alasanku-


Seru??
Lanjut??
Ayok follow akun Instagram @vunnyme_wp
Jangan lupa vote.

HUJAN KALA SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang