MAA'3

46 2 0
                                    

Jam sudah menunjukan waktu istirahat, semua murid sudah berhamburan menuju kantin, berita adanya murid baru yaitu zetta sudah tersebar ke semua kelas bahkan tak sedikit dari mereka langsung mengecek langsung ke kelas komputer 1 untuk memastikan beritanya.

"Gue mau keluar, minggir dulu" ucap zetta.

Ia sudah berdiri di samping naili, namun sang empu terus menunduk dengan keningnya yang di tumpukan pada meja.

Cittt

Zetta sedikit mendorong kursi naili agar si pemilik kursi itu mau bangun dari duduknya.

"Naek meja aja" lirihnya.

Zetta menatap ke bawah dimana naili ternyata sedang menahan sakit, kedua tangannya saling meremas sisi perutnya.

Zetta beralih bersimpuh di bawah untuk memastikan apa benar gadis itu sedang menahan sakit.

Dan fyi zetta memakai celanan panjang jadi dia bersimpuh satu lutut di samping naili.

"Lo sakit?" Tanya zetta.

"Eunggak"

Zetta kembali berdiri ia menaiki meja seperti intruksi naili, ia berjalan keluar meninggalkan naili sendirian di kelas.

"Sakit banget lagi" rintih naili.

Ia beralih duduk di bawah memeluk kedua lututnya, kepalanya ia sandarkan di kursi duduk zetta beralaskan ransel zetta, sedangkan ranselnya ia gunakan untuk menutupi kakinya, takut-takut tubuh mulusnya terexpos.

"Eh itu murid barunya?"

"Kalo ini sih emang cakep banget"

"Iih gila gue di sekolah ini, kenapa pada cakep sih"

"Belum selese gue insecure sama naili, ada lagi spesies manusia sempurna lagi di sekolah ini"

Zetta melewati kerumunan para murid di koridor kelas, ia tak peduli dengan pujian dan bisikan mereka.

Ia kembali ke kelas namun langkahnya terhenti di ambang pintu, matanya memperhatikan sekeliling mencari seseorang.

Ia berjalan pelan menuju mejanya dengan segelas air putih hangat di tangannya, saat di dekat mejanya barulah orang yang ia cari terlihat.

Zetta menarik kursi duduk naili keluar, ia ikut duduk menghadap naili yang tengah memejamkan matanya.

"Gue bawain air anget, minum dulu"

Naili membuka matanya menatap sayu wajah zetta yang tengah memandanginya.

Zetta membantu naili untuk duduk, ia memberikan air putih itu pada naili untuk gadis itu minum.

"Makasih" ucap naili.

Ia kembali menyandarkan kepalanya di kursi dengan mata terpejam, kedua tangannya masih melingkar di perut meski tidak seerat tadi.

"Lo mau balik?" Tanya zetta dan di jawab gelengan oleh naili.

Zetta ikut duduk bersandar di meja belakangnya, ia memainkan ponselnya menonton acara varty show.

"Naiii" panggil seseorang.

Zetta mendengar suara langkah kaki mendekati mejanya, ia beralih berdiri dan melihat perempuan berjalan mendekatinya.

"Zetta---prisi?" Ucap keduanya bersamaan.

Prisi mendekati meja dan sedikit mengintip dimana kekasihnya ternyata ada di bawah sana, ia masih terkejut karena melihat keberadaan zetta.

"Kamu kenapa sayang?" Tanya prisi.

Ia menarik meja itu ke depan agar dirinya bisa masuk mendekati naili.

"Sayang?" Batin zetta.

"Dia kenapa?" Tanya prisi

"Dih mana gue tau, tanya sendiri aja, punya mulut kan lo"

Zetta meninggalkan kedua insan di dalam kelas itu dengan beberapa pertanyaan yang terus terlontar di pikirannya.

"Kamu kenapa yang?" Tanya prisi.

"Perut aku sakit banget, tapi udah mendingan"

"Aku anter pulang aja ya?"

"Nggak usah, udah mendingan kok"

"Aku mau ngomong sama kamu, hari ini aku berangkat keluar kota buat perlombaan, mungkin aku gak ngabarin kamu"

"Iyah"

"Kamu serius gak mau pulang?"

"Iyah"

"Yaudah aku balik ke kelas ya, kalo ada apa-apa minta bantuan sama temen kamu"

"Disaat begini aja kamu gak peka" batin naili.

Ia masih memejamkan matanya sampai kekasihnya itu keluar dari kelas, air matanya tiba-tiba saja keluar dengan matanya yang memanas.

Ia terisak menutup mulutnya, hatinya menjadi sesak tak karuan di tambah kepalanya menjadi sangat pusing.

"Lo pacaran sama prisi?"

Dengan cepat naili menghapus air matanya, ia menarik ke kembali ingusnya ke dalam, dan menatap seseorang yang berdiri di depan mejanya, siapa lagi kalo bukan zetta.

Naili beralih duduk di kursi zetta setelah membersihkan air matanya.

"Nih"

Zetta memberikan sebuah kain sapu tangan berwarna hitam putih bergaris miring bertuliskan nama zetta di tengahnya.

Zetta beralih duduk di atas meja membelakangi naili, ia menatap jendela yang langsung memperlihatkan lapangan bawah yang sedang ramai oleh anak exkul.

"Lo kenal sama prisi?" Tanya naili.

Suaranya menjadi bindeng karena menangis dan hidungnya yang terhambat oleh ingus.

Zetta membalasnya dengan gelengan, tanpa bisa naili lihat, zetta menggeleng tersenyum pahit menatap layar ponselnya yang menyala.

"Kok lo bisa tau nama prisi?"

"Siapa yang gak tau atlet kek dia"

Zetta memalingkan duduknya ke belakang, kakinya ia lonjorkan ke meja di depan sana.

"Lo pacaran sama dia?"

Kedua manik mata zetta dan naili saling beradu lekat, namun mata zetta malah beralih fokus pada bibir naili.

"WOELAAHHH PEMANDANGAN APA INI"

Zetta memalingkan tatapannya sama seperti naili, elan memasuki kelas dengan beberapa murid lainnya.

"Mau cipokan kan lo bedua" tuduh elan.

"Diem deh lan, jan nyari gara-gara, gue lagi lemes" pinta naili.

"Semalem berapa ronde sama prisi nai? Sampe lemes gini lo gak kek biasanya"

Zetta menuruni meja, ia memilih kelusr dari kelas menuju toilet.

"Jan sampe gue lepuhin ya pala lo lan, gue masih bae nih gak ngegas"

"Iya deh iya bu ketos lagi sensi nih"

Elan kembali duduk di kursinya, sedangkan naili terus memandangi sapu tangan yang ia pegang sendari tadi, sampai tak sadar ia mengukir senyum simpul.

Tbc

MASA ABU-ABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang