Jakarta 📍
Hari ini cuaca jakarta cukup panas dan terdengar beberapa klakson kendaraan di setiap tempat. Yashh jakarta dikenal kota yg padat dan sangat ramai tidak heran jika setiap hari macet. Namun hal ini wajar bagi Reva karena dia sudah terbiasa. Reva yang sedari tadi pagi berjalan - jalan dibawah teriknya matahari sambil memegang amplop lamaran pekerjaan ditangannya.
Gadis itu terus berusaha memasuki gedung - gedung besar untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi sepertinya dia tidak beruntung dihari ini dan dia juga sudah mulai kelelahan dan memutuskan untuk pulang saja. Diperjalanan ada hal yang menarik perhatian Reva, dia melihat seorang wanita paruh baya yang dipaksa oleh seorang preman. Karena Reva geram dan tidak ada yg menolongnya Reva berlari menghampirinya.
"WOI BERENTI LO" - ucapnya dari kejauhan dan berlari mengejar pencopet tersebut. Reva terus mengejar pencopet itu tanpa lengah sedikitpun, dia mencari jalan tikus dan memotong jalan agar bisa menangkap pencopet itu, kebetulan dia sudah hafal jalan sekitar sini dan daerahnya. Reva berhasil mengepung pencopet itu di gang sempit yang tidak ada orang sama sekali.
"Balikin gak tasnya, kurang ajar lo kerja maunya enak doang" - Tegas Reva pada pencopet itu.
"Alah lu bocah ingusan tau apa"
"Wah ni orang udh dibaikin malah ngatain"
Pencopet yang sudah kesal itu lalu menghajar gadis didepannya, dia tidak peduli gendernya apa yang penting dia berhasil membawa tas itu dan mengalahkan gadis itu. Namun dugaannya salah besar. Gadis itu pandai bela diri dan terus memukulinya tanpa ampun. Pencopet itu benar benar kewalahan sekarang, dia kesakitan karena gadis itu menendang asetnya yang begitu ngilu, dan sudah babak belur. Gadis itu mengambil tasnya dan sekali kali menginjak tangan pencopet itu.
"Tangan lo dipake yang bener ini masih kecil hukumannya blm lg di potong tangan lo di akhirat" - ucapnya gadis itu
Pencopet yang merasa malu karena terkalahkan oleh seorang gadis pun berdiri sambil sempoyongan.
"Awas lo ya cil" - ucap pencopet itu yang menunjuk² ke gadis itu
"Mau apa lo? Mau nandain muka gue? Tenang gue bntar lagi oplas" - sautnya gadis itu dengan bercanda.
Pencopet itu pun kabur sambil memegangi perutnya. Merasa urusannya sudah selesai Reva kembali ke tempat ibu² yang tadi dan mengembalikan tas miliknya.
"Duh lewat mana ya td gue, lupa" - gumamny pelan sambil menggaruk kepalanya.
Gadis itu berjalan kearah tempat yang dimna wanita itu berada, dia berharap wanita itu masih ada disana. Setelah kembali ternyata sesuai dengan harapannya wanita itu masih di tempat yang sama sambil menangis dan ditenangkan oleh warga setempat. Gadis itu berjalan mendekati ke arah ibu² itu dan memberikan tasnya kepemiliknya. Wanita paruh baya itu pun merasa bersyukur karena tas miliknya kembali dan mengecek kembali apakah barangnya masih lengkap, dan ternyata barangnya masih lengkap tidak ada satupun yang diambil.
"Puji tuhan barang saya nggak ada yg hilang, terima kasih banyak ya mbak" - ucap wanita itu sambil menggenggam tangan Reva.
"Syukur bu klo masih lengkap, kalo begitu saya permisi dulu bu" - gadis itu melemparkan senyum manisnya dan berpamitan namun, ibu itu menahannya.
"Tunggu sebentar ada apa dipipi mu, mari ikut saya biar saya obatin takutnya itu infeksi dan menyebar" - ucap wanita paruh baya itu kepada Reva. Reva yang memegang pipinya sambil meringis itu tidak sadar bahwa pipinya terkena pukulan pencopet tdi.
"Ouh ini ngga papa bu nnti saya obatin sndiri dirumah, ini mah luka kecil kok" - saut Reva dengan santai.
"Udah gapapa ikut saya aja anggap saja ini ucapan terima kasih saya ke kamu ya"
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANZA || (On Going)
Teen Fiction" What you have to remember. if we got married because of an arranged marriage and we had to, if it weren't for my parents, I wouldn't want to marry a girl like you. remember! our levels are different, so. don't expect me to touch you. never though...