Bab 1. Kembali Datang

7.3K 99 0
                                    

Gedung pencakar langit di depan seorang perempuan yang tengah menatap dalam diam, masih berdiri kokoh seperti saat terakhir perempuan itu melihatnya dua tahun lalu. Sedikit perubahan dengan design yang lebih modern, tetapi tetap menampakkan kesan gagah pada bangunannya --persis sama gagahnya seperti sang pemilik perusahaan di dalamnya.

Audi Nayaka, perempuan berusia dua puluh delapan tahun yang sore itu tampil sedikit kusut sebab satu masalah dalam hidupnya, tampak ragu ketika akan masuk ke dalam gedung tersebut.

Dua orang penjaga atau petugas keamanan yang memakai seragam serba hitam, terlihat ragu menyapanya.

"B-Bu Audi? Selamat sore!" sapa salah seorang dari mereka setelah yakin jika perempuan di depannya sekarang adalah seseorang yang ia kenal.

"Selamat sore, Pak Hamdi!"

"Ada keperluan apakah Ibu kemari?" tanya petugas itu merasa kurang yakin jika keberadaan perempuan itu karena untuk bertemu atasannya.

Audi sendiri terlihat canggung. Kedatangannya memang tanpa sepengetahuan pemilik gedung tersebut. Tapi, atas dorongan hatinya ia memaksa untuk datang dan ingin menemui seseorang yang tak lain adalah atasan dari penjaga keamanan di depannya.

"Saya mau bertemu dengan Pak Darren. Apakah beliau ada di kantornya?"

'Ah, ternyata memang mau menemui bos. Tapi, tak ada info apapun yang sampai ke telingaku?' batin sang penjaga keamanan.

Audi melihat keraguan di diri laki-laki empat puluh tahun tersebut. Sesuai prosedur yang berlaku, ia yakin jika tujuannya tidak akan pernah berhasil. Namun, Audi tetap ingin mencoba sampai seseorang yang ia tuju itu benar-benar menolak kehadirannya.

"Pak Darren memang ada di kantor. Tapi, apakah Ibu sudah ada janji dengan beliau?" tanya lelaki itu lagi sebab tak ingin membuat kesalahan.

"Tidak." Audi menggeleng.

Lelaki bernama Hamdi tersebut terlihat bingung. Perempuan muda nan cantik di depannya memang perempuan yang pernah dekat dengan atasannya, tetapi ia tidak mau salah mengambil tindakan sebab alasan tertentu.

"Bagaimana kalau Bu Audi bertanya pada petugas resepsionis? Biar mereka menghubungi Pak Darren atau minimal bertanya pada Mas Zain?"

Audi tampak mengangguk. Ia cukup senang karena tidak diusir oleh sang petugas.

"Terima kasih, Pak Hamdi. Kalau begitu, saya permisi menemui petugas resepsionis dulu."

"Baik, Bu. Silakan!"

Dengan langkah cepat Audi mendekati meja resepsionis. Meski sebelumnya ia ragu, tetapi karena khawatir jika keputusan petugas itu berubah maka ia memilih bersegera.

"Selamat siang. Apakah ada yang bisa kami ban ... tu? Ibu Audi?" pekik seorang perempuan yang kaget melihat sosok Audi.

Untuk kedua kalinya, perempuan itu mendapat reaksi kaget dari para karyawan perusahaan tersebut atas kedatangannya.

"Ibu ... ada yang bisa kami bantu?" Bukan hanya seorang, tapi dua orang petugas perempuan itu kaget saat melihat Audi berdiri di depan meja mereka.

"Apakah saya bisa bertemu dengan Pak Darren?" tanya Audi langsung mengatakan tujuannya.

Dua perempuan di depan Audi saling memandang.

"Pak Darren sedang menerima tamu di ruangannya. Kami tidak bisa memberikan jawaban sampai beliau selesai dengan pekerjaannya."

"Baiklah. Kalau begitu saya akan tunggu sampai beliau selesai." Audi tampak pasrah, tetapi cukup tahu diri.

"Eh, tapi, kami bisa sedikit membantu dengan bertanya pada Mas Zain agar Anda bisa segera mendapatkan jawabannya tanpa menunggu lama. Bagaimana?"

With My Ex 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang