Bab 2. Permintaan

2.8K 89 0
                                    

Laki-laki itu sama sekali tidak tersinggung. Ia justru tersenyum saat mendengar kalimat yang diucapkan oleh mantan istrinya dengan sikap tegas.

"Aku tahu. Tapi, aku tidak menduga jika kamu akan menolak seperti tadi."

Audi tidak membalas ucapan Darren. Ia memilih diam dan berdiri dengan kepala yang terus menunduk.

"Hem, apakah kamu tidak keberatan untuk duduk sebentar?" ucap Darren menawarkan diri.

Audi masih diam. Jujur saja ia tak mau berlama-lama di ruangan itu bersama mantan suaminya. Tapi,

"Aku mau minta tolong padamu!" seru Audi tiba-tiba saat Darren sudah melangkahkan kakinya menuju sofa.

Kedua kaki laki-laki itu terhenti. Lantas menengok dan menatap sang mantan istri dengan seringai di bibirnya.

"Aku yakin ada hal yang mau kamu sampaikan sehingga kamu harus bersusah payah menemuiku. Jadi, duduklah dulu, lalu katakan dengan tenang dan jelas."

Pada akhirnya Audi menurut. Ia sudah memutuskan untuk meminta tolong Darren. Jadi, seharusnya ia lebih bisa bersabar dengan menjelaskan duduk permasalahannya kepada lelaki di depannya tersebut.

"Kamu mau minum apa?" tanya Darren setelah melihat Audi duduk di seberangnya dengan jarak yang cukup jauh.

"Terima kasih. Tapi, aku tidak haus," balas Audi yang tiba-tiba saja merasa heran.

Entah apa yang sudah mengubah Darren seperti sekarang. Dulu, tak pernah sekali pun lelaki itu bertanya kepadanya tentang apa yang ia mau. Tapi barusan, ia bertanya mengenai masalah sepele, yakni perihal menghidangkan minuman. Satu hal yang bisa Audi lihat, berbeda dari sosok Darren yang ia kenal sebelumnya.

Seolah enggan menggubris penolakan Audi, Darren nyatanya tetap memaksa untuk menjamu mantan istrinya tersebut meski dengan menghidangkan secangkir teh hangat yang ia minta pada Zain.

"Bawa segera!" perintah Darren sebelum memutuskan panggilannya dengan sang asisten pribadi.

Tak ada percakapan yang kemudian terjadi setelah Darren minta dibuatkan minuman. Yang ia lakukan saat ini adalah terus mengamati dan melihat Audi yang masih terus menunduk melihat kedua tangan dengan jari yang saling bertaut. Berpikir jika kecemasan sedang perempuan itu alami saat ini.

'Kenapa ia diam saja dan malahan terus melihat ke arahku? Apakah ia tidak ingin tahu tujuan kedatanganku ke sini? Atau sebenarnya ia menunggu sampai aku mengatakannya sendiri tanpa harus ia bertanya?' batin Audi gugup.

"Darren, aku ...!"

Terdengar pintu ruangan dibuka dari luar. Terlihat Zain datang bersama seorang karyawan yang membawa nampan di tangannya.

"Maaf mengganggu. Ini teh yang Anda pesan, Pak Darren."

"Terima kasih, Zain. Hidangkan untuk Audi juga."

Dua buah cangkir kini sudah tersaji di depan Audi dan Darren. Zain dan seorang karyawan yang tadi datang bersamanya, kini kembali keluar meninggalkan mantan pasangan suami istri itu lagi.

"Silakan diminum dulu sebelum kamu menyampaikan maksud kedatanganmu ke sini," ucap Darren seraya mengambil cangkir teh miliknya, lalu meminum isinya perlahan.

"Aku sudah bilang untuk tidak perlu repot."

"Aku sama sekali tidak direpotkan. Aku menggaji banyak karyawan di perusahaan ini. Meminta salah seorang dari mereka untuk menyajikan minuman tentu bukan sesuatu yang sulit untuk dilakukan."

Kali ini Audi mengangkat kepalanya dan menatap wajah lelaki itu setelah menunjukkan sikap yang sebenarnya.

'Ia tak pernah berubah. Masih angkuh dan dingin seperti dulu. Bahkan, kesombongannya seperti tak ingin lepas dari jiwanya,' batin Audi sembari menatap lekat Darren.

With My Ex 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang