VIII. Persiapan Perjalanan

34 7 0
                                    

"Kamu siap?" tanya William kepada Riz.

"Eh... tidak." jawab Riz tersenyum sambil menggaruk kepalanya gugup akan situasi yang akan dialami nya sebentar lagi.

"Baiklah.. ada baiknya kita mengecek kembali barang yang akan kita bawa." kata William menambahkan.

William dan Riz mengecek perlengkapan mereka dimulai dari lampu senter, senjata jarak dekat, dan hal-hal lainnya.

"Sejujurnya... tujuan kita akan pergi ke mana? Tempat ini sudah tidak aman lagi..." tanya Riz tampak gugup akan pertanyaannya.

"Kita akan keluar dari kota ini. Memang benar apa yang kamu katakan, nak. Kota ini memang sudah tidak layak ditinggali lebih lama lagi. Terutama ketika kamu tahu ada sesuatu yang sangat salah di sini." jawab William menatap tajam kearah Riz.

"H-Hey... hentikan itu... bulu kudukku sudah mulai berdiri." kata Riz terbata-bata.

William tersenyum sembari melanjutkan pengecekan terakhir barang bawaan mereka.

"Ah... saya hampir lupa menanyakan hal ini, Riz, apa yang akan kamu lakukan setelah kita berdua mencapai tempat tujuanku?" tanya William.

"A-Aku tidak tahu... aku sudah bersembunyi di tempat ini semenjak monster tersebut menyerang kota... saya tidak pernah merencanakan sebuah pelarian di kota ini. Tidak sampai hari ini... ." jawab Riz dengan raut wajah sedih.

"Baiklah.. kalau begitu, apakah kamu mau ikut denganku?" tanya William tersenyum.

"B-Bolehkah?!" raut muka Riz seketika tampak bahagia.

William menganggukkan kepalanya, tersenyum ke arah Riz dan menepuk kepala nya secara perlahan.

"Baiklah... persiapkan dirimu. Kita akan keluar sesaat lagi." kata William seakan memberi aba-aba kepada Riz.

Tampak Riz yang berdiri ketakutan. Dia memegang erat linggis pemberian William dengan kedua tangannya, berkeringat dingin sembari memikul sebuah tas di pundaknya. William di sisi yang lain membawa dua tas yang dipikul masing-masing bahunya tampak siap berdiri dengan gagah.

Mereka berdua sudah sampai pada pintu depan supermarket. Tampak tersisa rantai-rantai yang mencegah mereka berdua keluar dari pintu tersebut dikarenakan tumpukan beras yang terdapat di sana telah mereka pindahkan. William yang telah memegang alat pemotong rantai memotong rantai yang menggembok pintu satu per satu. 

sfx : CLACK!! CLACK!! PRAK!!

Suara rantai yang terpotong beserta suara rantai yang jatuh ke lantai terdengar dengan sangat jelas di telinga mereka berdua. William dan Riz dapat merasakan detak jantung mereka yang berdebar-debar. Mereka berdua tahu betul apa yang mungkin menunggu mereka di luar sana. Tidak akan ada lagi jalan untuk kembali sesaat setelah mereka meninggalkan gedung supermarket tersebut.

Namun, keputusan William sudah bulat. William membuka pintu supermarket tersebut, mengeluarkan kepalanya yang secara cepat melihat ke arah kiri dan kanan.

"Baiklah... aman. Ayo cepat kita harus pergi dari sini sesegera mungkin." bisik William kepada Riz yang kemudian menganggukkan kepalanya.

Mereka berdua secara perlahan namun pasti berjalan dari samping jalan dengan penuh siaga melihat ke arah depan dan belakang berjaga-jaga.

"Ini aneh... kita sudah berjalan cukup lama.. namun masih belum ada satupun dari "mereka" yang menemukan ataupun mengejar kita." kata William sedikit curiga akan situasi.

"Ya... hal ini sangatlah aneh... tetapi saya tetap bisa merasakan seakan sesuatu sedang dan terus mengawasi kita semenjak kita menginjakkan kaki keluar dari supermarket tersebut." kata Riz melihat kiri kanan.

The Last OutbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang