IV. Kematian Orang Tercinta

55 16 1
                                    

"Yah... apa yang sedang terjadi di sana?" tanya Naomi seketika berwajah pucat menatap ayahnya.

Peter sontak menurunkan Naomi sama-sama tampak terkejut akan jerit yang secara tiba-tiba tadi.

"Ayah akan keluar sebentar mengecek keadaan, kamu harus menunggu di sini, mengerti?" kata Peter serius menatap ke mata anaknya.

"T-Tapi aku takut yah... biarkan aku mengikutimu. Naomi berjanji tidak akan menimbulkan masalah." jawab Naomi, matanya berkaca-kaca.

"Baiklah... tetap di sisi ayah dan jangan menimbulkan suara, mengerti?" kata Peter menghela nafas tidak bisa menolak permintaan anaknya.

Naomi menganggukkan kepala menunjukkan bahwa ia mengerti apa yang dimaksud ayahnya.

Peter menggunakan tangan kanannya dengan perlahan membuka pintu sembari mendekatkan Naomi kearah dirinya menggunakan tangan kirinya. Naomi memeluk kaki ayahnya.

Pintu terbuka, suasana tempat tersebut sudah sangat kacau. Banyak pecahan kaca di lantai dengan darah yang bercipratan di mana-mana. Peter melihat ke arah Naomi mengerti bahwa putri kesayangannya tidak akan bisa berjalan karena telah melihat permandangan yang sangat mengerikan memutuskan untuk menggendongnya di atas bahu.

Peter berjalan dengan pelan tanpa mengeluarkan suara yang tidak diperlukan. Ia melihat sisi kiri dan kanan, menyadari tidak ada lagi seorang pun di sana, mayat bertebaran di semua penjuru tempat dengan percikan listrik yang terdapat pada lampu yang sudah pecah. Tempat yang sangat berantakan. Pada sisi kanan, terdapat beberapa kapsul yang terbuka menandakan ada beberapa makhluk yang lepas di sekitar mereka.

"Nak, tutup matamu. Ayah akan membawa kita keluar dari sini." kata Peter halus kepada Naomi.

Naomi seketika memejamkan matanya. Peter melanjutkan perjalanan menuju ruangan yang ada di depan. Singkat cerita, Peter bersama putrinya berhasil pergi ke ruangan serum tadi, melihat kedua ilmuan yang tadi berbicara dengannya sudah tergeletak tidak bernyawa di lantai dengan keadaan yang mengenaskan. Peter melihat sebuah koper yang digenggam erat oleh ilmuan laki-laki tadi.

"Maafkan aku sobat... kalian tidak bersalah. Semoga kalian dapat pergi dengan tenang ke alam yang lebih baik..." kata Peter memberikan doa terakhirnya.

Peter mengambil koper tersebut, membukanya dan menemukan serum C-104 dan D-153 berada di dalam koper tersebut.

"Terima kasih, kawan... tidak akan saya sia-siakan pengorbananmu." kata Peter mengalirkan air matanya.

Peter dengan sigap melanjutkan pelariannya berhati-hati menuju ke pintu yang akan mengarahkan mereka ke dalam sebuah bunker. Tak lupa ia membawa koper tersebut pergi bersamanya. Peter menyadari kedatangan seekor makhluk di belakang mereka mencari keberadaan mereka seketika membuatnya ketakutan. Makhluk tersebut tampak sedang melacak keberadaan Peter.

Peter tanpa menghabiskan lebih banyak waktu melesat secara perlahan menuju pintu bunker yang terletak pada bagian belakang ruangan tersebut. Ia dengan Naomi berhasil masuk ke dalam bunker tersebut. Peter menurunkan anaknya, membuka koper dan menyuntikkan serum D-153 ke tangan anaknya.

"Nak.. ingatlah perkataan ayah. Serum ini akan membantumu dalam bertahan hidup. Belajarlah cara memakai kekuatan ini. Maafkan ayah telah merahasiakan semua ini. Pergilah ke tempat yang aman, carilah seseorang yang bisa kamu percayai. Pergilah bersamanya." kata Peter mulai menangis melihat anaknya.

Makhluk tersebut telah menemukan keberadaan Peter dan Naomi mulai berjalan ke arah mereka. Peter yang mengerti bahwa pintu bunker tidak akan bisa menahan kekuatan makhluk tersebut memutuskan untuk melawannya dengan taruhan nyawanya sendiri.

"Maafkan ayah nak... Ayah akan selalu bersama denganmu." kata Peter mengelus anaknya untuk terakhir kalinya. Tangisan mengalir deras dari mata Peter yang mengambil serum C-104. Naomi berusaha menggenggam tangan ayahnya sekuat tenaga.

"TIDAK!! AYAH HARUS TETAP DI SINI BERSAMAKU!!" jerit Naomi menangis dengan keras mengetahui apa yang akan dilakukan ayah tercintanya.

 Makhluk tersebut sudah semakin dekat memaksa Peter melepaskan kedua tangan anaknya, berlari keluar bunker setelah menggeser tuas penutup bunker.

"AYAHHH!!!!" jerit Naomi menjulurkan tangannya tidak berdaya melihat ayahnya yang sudah berada di luar bunker.

~~~

*Hal apa yang membuat dunia ini layak ditinggali... Saya sudah kehilangan semuanya....*

*Ada makhluk yang mengejarku dan sedang melacak keberadaanku sekarang..*

*Hanya masalah waktu sebelum makhluk ini menemukanku....*

sfx : PRAK!! BUK!!

*Apa yang terjadi di luar sana?* pikir Naomi yang bersembunyi di dalam lemari.

Naomi mengintip keluar menemukan James yang sedang melawan makhluk yang tadi mengikutinya.

*Siapakah pria tersebut? Tidakkah dia tahu bahwa tempat ini sangat berbahaya? Bagaimana dia bisa di sini?* pikir Naomi melihat ke arah James.

*A-Apakah itu pisau?* Naomi dengan matanya tertuju ke tangan James.

Naomi menyaksikan pertarungan mereka berdua.

"Kemari, bajingan bertangan runcing!" jerit James sudah siap melawan dengan ancang ancangnya.

Makhluk tersebut berlari ke arah James berniat menerjangnya. James mengelak serangan tersebut dan membuat kedua tangan makhluk itu sekali lagi tersangkut pada dinding bar tersebut. James tidak menyia-nyiakan kesempatannya mengubah cara mengenggam pisaunya, dan langsung menancapkan pisau itu kearah kepalanya dengan kedua tangan sekuat tenaga membuat makhluk tersebut tergeletak tidak bernyawa.

sfx : Huft... Huft... 

James yang kehilangan banyak tenaga setelah melawan makhluk tersebut jatuh dalam posisi terduduk mencerna apa yang baru saja terjadi. Beberapa saat kemudian James tampak sangat panik.

"SYDNEY!! AMANDA!!" jerit James yang dengan sigap berdiri dan mulai berlari turun keluar dari bar.

sfx : DRAP DRAP DRAP DRAP

James tidak menyadari Naomi mengikuti nya dari belakang berlari kembali ke mobilnya yang terletak tidak jauh dari bar tersebut.

"SYDNEY!!! AMANDA!!!" jerit James menyadari mobilnya sudah mulai dilahap api.

Naomi yang mengikutinya dari belakang menyadari ada seekor makhluk di dekat mobil tersebut berteriak

"HATI-HATI!!"

James tidak menoleh ke arah suara, ia tetap berlari sekuat tenaga ke arah mobil walau menyadari kehadiran makhluk tersebut. Pikirannya hanya terpusat kepada anak dan istrinya menemukan batu yang cukup besar di dekatnya mengambilnya berlari ke arah makhluk tersebut.

Makhluk tersebut yang juga menyadari keberadaan James juga menghampiri nya berniat membunuhnya. James mengelak serangan pertamanya sekuat tenaga menghantam kepala makhluk tersebut hingga pecah. Cairan berwarna biru menciprat ke arah James, tampak organ dalam makhluk tersebut yang keluar dari kepalanya.

James dengan sigap berlari ke arah mobilnya. Api sudah mulai melahap mobil. Kejadian ini tampak persis dengan apa yang dialami James di dalam mimpinya.

"TIDAK!! TIDAK!! SAYA TIDAK AKAN MEMBIARKAN KALIAN PERGI DARIKU KALI INI!!" jerit James berlari ke arah mobil.

Sydney memeluk anaknya Amanda agar anak kesayangannya bisa dilindunginya.

"AYAHH!!! TOLONG KAMI!!" jerit Amanda menangis.

Sydney tidak dapat berkata apa-apa menangis juga sembari memeluk Amanda merasa bahwa tidak akan mungkin mereka dapat selamat dari semua ini.

The Last OutbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang