III. Kunci Suatu Kehidupan

49 17 1
                                    

sfx : DRAP DRAP DRAP DRAP

"Ketua!! Sampel C-104 memberikan efek yang sesuai dengan kriteria." kata seorang ilmuan kepada seorang pemuda yang berbadan tegap.

"Baiklah... saya akan segera kesana. Kamu boleh pergi sekarang." jawab pemuda tersebut menoleh memandang ilmuan tersebut tersenyum.

"Baik, ketua." jawab ilmuan memberikan tanda hormat kemudian pergi keluar dari ruangan tersebut.

sfx : menutup pintu

"Baiklah... apa yang harus kulakukan sekarang..?" gumam Peter, pemuda tersebut menoleh memandang ke anak perempuannya yang sedang tertidur dengan lelap.

Peter berjalan pelan ke arah putrinya, tersenyum mengusap kepalanya.

"Semua akan baik-baik saja sekarang, kamu tidak perlu khawatir lagi." bisik Peter di dekat telinga putrinya yang masih tertidur.

Peter berjalan meninggalkan kantornya. Diluar terdapat sebuah lorong besar dengan pintu di kedua sisi beserta kaca tembus pandang untuk melihat ke dalam. Tempat tersebut serba putih. Dimulai dari dinding, langit-langit, dan lantai semua berwarna putih. Pada sisi kiri terdapat beberapa peneliti yang sedang sibuk meneliti sesuatu dengan bantuan mikroskop, ada yang sibuk mencampurkan zat, ada juga yang sibuk menghitung stok barang. Semua tampak bekerja dengan keras. Pada sisi kanan pula, terdapat beberapa buah benda seperti kapsul yang tertutup rapat, dengan beberapa peneliti yang mengecek kestabilan kapsul.

Peter terus berjalan ke depan, hingga terhenti di sebuah pintu putih yang berada tepat di depannya. Ia membuka dan masuk ke dalam, ruangan tersebut tampak berbeda dengan ruangan yang lainnya. Ketegangan dapat dirasakan seseorang yang masuk ke dalam nya. Disekeliling ruangan tersebut, terdapat makhluk yang mengerikan dengan jenis yang berbeda. Ada yang memiliki tangan dan kaki yang tajam, ada yang memiliki 2 kepala dengan satu diatas yang satunya dengan mulut yang terbuka besar, ada yang berbentuk seperti bola mata raksasa dan masih banyak yang lain berderet diberdirikan tidak bernyawa di kedua sisi ruangan tersebut.

Peter tidak menghiraukan makhluk tersebut dan tetap berjalan kedepan, membuka satu pintu lagi dan masuk kedalamnya. Ruangannya sudah kembali normal dengan ilmuan dan ciri khas putihnya. Seorang ilmuan kemudian mendatanginya memberikan hormat.

"Ketua, inilah sampel C-104 yang ditemukan stabil akan tekanan yang diberikan." kata seorang ilmuan laki-laki tersebut sambil memberikan sebuah botol kecil berisi cairan bening kepada Peter.

"Menarik... bagaimana dengan sampel D-153 yang sudah kuperhatikan belakangan ini?" tanya Peter sembari melihat cairan tersebut dalam jarak yang dekat.

"Anu... sampel D-153 terinfeksi sampel lainnya membuat sampel tersebut tidak lagi sama seperti pada awalnya. Kami harus melakukan beberapa pemeriksaan sebelum bisa menentukan apa yang berubah dari sampel ini." jawab ilmuan tersebut.

"Apa yang terjadi?! Bukankah seharusnya semua sampel dipisahkan satu dengan yang lainnya?!" tanya Peter dengan murka.

"Kalian seharusnya tahu sampel D-153 adalah sampel yang diambil dari anakku!" bentak Peter.

"M-Maafkan kami, ketua. Kami sendiri tidak menyadarinya. Pada saat kami melakukan pengecekan tampak sampel D-153 memiliki sifat tersendiri setelah kami tetesi zat terbaru yang membuatnya secara pasif menarik sampel-sampel lainnya." jawab ilmuan tersebut ketakutan.

"S-Sampel apa saja yang tertarik ke sana?" tanya Peter mulai khawatir dan ketakutan.

"Sampel A-03 dan B-01." jawab ilmuan perempuan yang sedang menggunakan mikroskop.

"Apa yang berefek pada kedua sampel tersebut?!" tanya Peter panik.

"Ketua tidak perlu panik... kedua sampel tersebut tampaknya bersimbiosis dengan sampel D-153. Mereka tidak terkesan ganas namun tampak seperti dijinakkan oleh sampel D-153." jawab ilmuan perempuan tersebut.

"Bagaimana dengan sampel lainnya?" tanya Peter lega setelah mendapatkan jawaban yang memuaskan.

"Sampel D-153 berhasil dengan cepat kami amankan supaya tidak terinfeksi lagi dengan sampel yang lain. Hanya dua sampel tadi yang mengontaminasi sampel ini." jawab ilmuan perempuan tersebut masih memeriksa sampel D-153 dengan mikroskop.

"Baiklah. Kabari saya secepatnya setelah sampel D-153 selesai diperiksa." sahut Peter memegang botol C-104.

"Baik, pak!" jawab ilmuan perempuan dengan beberapa ilmuan di sana serentak.

"Bagus... bagaimana dengan teman kita yang satu ini?" tanya Peter kepada ilmuan laki-laki tadi melihat ke arah botol sampel C-104.

"Serum ini akan dapat kita suntikkan kepada *tentara* kita setelah kami melakukan beberapa percobaan kepadanya." jawab ilmuan tersebut.

"Menarik... akan saya tunggu hasilnya." senyum Peter melihat kearah ilmuan tersebut.

"B-Baik pak." jawab ilmuan laki-laki tersebut gugup.

Peter berbalik meninggalkan ruangan tersebut kembali ke ruangannya sendiri. Peter membuka pintu-

"AYAH!" jerit putrinya yang berambut merah kehitaman tersenyum mengagetkan ayahnya.

"Wah! Hahaha... Naomi, kamu mengagetkan ayah." Peter tersenyum memeluk dan menggendong anaknya.

"Apa yang kamu lakukan tadi, yah?" tanya Naomi tampak tertarik dengan jawaban ayahnya.

"Tidak... ayah hanya keluar sebentar tadi. Apakah kamu terbangun karena ayah?" tanya Peter tersenyum memberi kecupan kecil di pipi Naomi yang membuatnya kegirangan.

"Tidak kok. Naomi bang-"

"AAHHHHHH!!!! TOLONG!!!" suara jeritan wanita terdengar dari luar.



The Last OutbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang