Jangan lupa vote dan commentnya :)
Happy reading...Sang pemilik mata hazel menghentikan aktivitasnya sejenak, kala mendengar suara decitan pintu yang terbuka. Disusul munculnya sepasang suami istri dengan tampilan formal mereka, memasuki ruangan begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Jaemin kau kemana saja? Seharian kami terus menghubungimu tapi kenapa kau tidak mengangkat telepon kami?."
Tak ada senyuman, tak ada sapaan ramah. Pria paruh baya ditemani oleh sang istri, tanpa tunggu dipersilahkan langsung mengambil posisi duduk tepat di hadapan putranya.
"Seperti yang ayah lihat. Aku sibuk." pemuda yang dipanggil Jaemin pun menjawab dengan tenang meski awalnya terkejut mendapat kunjungan tak terduga dari pasangan tersebut. "Omong-omong, ada perlu apa ayah dan ibu mencariku?. Maaf, tadi ponselku sedang dalam mode silent karena aku sedang mengadakan meeting. Apa ada sesuatu yang penting?."
"Ayah hanya ingin menanyakan bagaimana perkembangan hubunganmu dengan putri Kim Suho. Ayah perhatikan setelah acara makan malam kemarin kau sama sekali belum pernah bertemu dengannya lagi. Apa kalian tidak menganggap serius perjodohan ini?."
Jaemin yang sedang memeriksa beberapa laporan penting perusahaan, mendelik bosan setelah tahu alasan mereka datang menemuinya.
"Ayah sendiri tahu kan akhir-akhir ini aku sibuk dengan project baru kita di perusahaan ini, jadi mana sempat aku menemui gadis itu."
"Tapi bukankah kalian sudah saling bertukar nomor telepon?."
Jaemin mengangguk sekenanya.
"Lalu kenapa kau tidak menghubunginya duluan? sekedar basa-basi menanyakan kabarnya... Ayah rasa kami tidak perlu lagi mengajarimu Jaemin, karena ayah yakin kau pasti sudah lebih berpengalaman dalam hal ini."
"Aku pikir gadis itu tidak tertarik dengan perjodohan ini."
Choi Siwon menatap Jaemin tajam.
"Gadis yang kau sebut-sebut itu calon istrimu, Choi Jaemin. Namanya Kim Minjeong!. Mulai sekarang biasakan-lah untuk memanggil namanya karena kalian berdua sudah bukan orang asing lagi."
"Jangan terus menyalahkanku ayah. Minjeong saja tidak pernah menghubungiku. Bisa jadi dia juga masih punya kekasih di luar sana dan tidak peduli dengan perjodohan ini." Jaemin membela diri.
"Jaemin-ah, jangan bicara sembarangan. Minjeong adalah anak baik-baik, ibu bisa menilai sendiri dari caranya memperlakukan kami. Dia sangat sopan dan dewasa. Dia tidak mungkin menerima perjodohan ini kalau dia masih menjalin hubungan dengan orang lain. Mungkin saja Minjeong di sana sedang menunggu kau yang menghubunginya duluan. Karena kebanyakan wanita jaman sekarang memang seperti itu, gengsi untuk memulai segalanya."
Jaemin mendengus tak kentara. Ia berusaha menahan diri untuk tidak mengumpat di depan ibunya dengan mengatakan kalau semua perempuan itu sama saja. Sama-sama merepotkan.
"Tolong beri aku waktu. Ini pilihan yang sangat sulit untukku. "
"Kau butuh waktu sampai kapan lagi, huh?. Kami para orang tua bahkan sudah menyetujui acara pernikahan kalian diundur sampai bulan depan, karena kalian beralasan masih butuh waktu untuk saling mengenal. Tapi... ini bahkan sudah lewat dari seminggu setelah pertemuan kita dengan keluarga Kim, dan sampai sekarang hubungan kalian masih berjalan di tempat."
"Okay, ayah mau aku melakukan apa?." tanya Jaemin pasrah.
"Secepatnya kau harus menghubungi Minjeong, dan dalam sebulan ini kalian harus bisa saling mencintai."
"Mom, Don't be ridiculous." Jaemin menatap sang ibu dengan tatapan tidak percaya. "Cinta bukan sesuatu yang bisa diatur dan dipaksakan. Lagipula kelihatannya Minjeong juga menerima perjodohan ini karena terpaksa. Jadi, kalian jangan terlalu berharap kalau dalam waktu sesingkat itu kami bisa saling mencintai."
KAMU SEDANG MEMBACA
What Makes You Different
FanfictionIni adalah mimpi paling buruk dari semua mimpi buruk yang pernah Winter alami. Menikah atas perjodohan? Oh, yang benar saja!. WARNING (21+) This story has sexual content