Tepat pukul 3 Yohan memasuki mansion nya dengan mengendap-endap menengok ke kanan dan kiri persis seperti maling, saat kaki nya akan menaiki anak tangga alangkah terkejutnya Yohan saat lampu yang semula mati tiba-tiba menyala.
"Baru pulang Jeo?"
Itu sudah pasti suara papinya Yohan sudah khatam suara Sehun yang terdengar datar, Yohan meringis membalikkan tubuhnya di sana Sehun sedang duduk di ruang tamu dengan kaca mata yang melingkar di matanya menatapnya tanpa ekspresi.
Yohan mengusap tengkuknya, dirinya masih di ujung anak tangga.
"Anu pi, eh maksudnya iya."
"Eh enggak!" Yohan memukul mulutnya plin-plan banget ini mulut.
"Kamu tau kan besok masih sekolah?"
Yohan mengangguk lesu, dia tidak mengira akan ketahuan oleh papinya biasanya aman-aman saja kalau dia pulang pagi.
"Papi gak larang kamu buat main tapi kamu juga harus kenal waktu, ngerti Jeo?!" Ucapan Sehun terdengar tegas, Yohan mendekat ke arah papinya.
"Iya papi Jeo ngerti, maafin mas ya?"
Sehun mendengus melihat wajah memelas si sulung.
"Papi maafin tapi uang jajan sekolah kamu papi kasih 50 ribu perhari selama seminggu gak ada uang bulanan buat seminggu ini." Ujar Sehun dengan santai.
"Papi yakin? papi tega sama aku?" Sehun mengangguk tanpa beban.
"Gak bisa gitu dong pi masa 50 ribu itu mah buat bensin doang!" Ujar Yohan tidak terima mana seminggu pula.
