Chapture : 04. Captain Manoban

1.3K 292 15
                                    

Jennie terduduk dengan wajah sedihnya di balkon kamarnya, setelah mendengar penuturan dari sang ibu ia nampak tidak memberikan ekspresi senang yang seperti dulu. Dirinya terlalu rindu bercampur marah karena perbuatan lisa di masa lalu, rasanya ia ingin berteriak keras di depan wajahnya sekarang juga.

Hari ini dirinya benar-benar menghabiskan hanya di dalam kamar yang sudah berubah menjadi warna abu abu putih berbeda saat di kecil yang begitu terang dan di hiasi kartun anak anak, jennie tersadar kala melihat sebuah mobil berhenti di depan mobilnya.

"Malam-malam siapa yang berkunjung. " Gumam jennie namun tiba-tiba sang ibu berlari keluar tanpa menghiraukan sang penjaga pintu gerbang yang membuka pintu.

Jennie membulat kan mata terkejut dan reflek berdiri kala melihat sosok tinggi dengan seragam resmi pilotnya keluar dari dalam mobil, lihat bagaimana sang ibu Kim dara memeluk erat tubuh itu hingga menangis tersedu-sedu.

Tanpa pikir panjang jennie berlari keluar kamar tanpa alas kaki yang melindungi kakinya, saat di lantai bawah yang berpapasan dengan beberapa pekerjaan yang berusaha menegurnya untuk tidak berlari dan harus menggunakan alas kaki agar tidak lecet.

Bruk!

Jennie meringis sakit ketika tanpa sadar terjatuh akibat tersandung tangga kecil, ia memegang lututnya dan pergelangan kakinya yang nyeri. Beberapa pekerjaan menghampiri anak majikan yang terjatuh di halaman rumah, mereka hendak membantu namun sebuah suara menghentikan aksi mereka mendekati jennie.

"Apa sandal mu tidak berguna dengan baik?" Suara nya terdengar damai dan lembut.

Jennie mengarahkan Kepala nya, dan beberapa centimeter wajah mereka bertemu. Ia melihat wajah yang masih sama seperti saat ia kecil dulu namun sekarang ia terlihat lebih berisi dan sangat dominan dengan seragam captain pilot nya, ia tanpa permisi mengelus lembut lutut jennie yang memerah akibat benturan.

"Unnie anak mu harus di kompres, jika tidak darahnya akan membeku. " Ia berbicara pada ibu jennie yang nampak tersenyum memerhatikan wajah jennie yang terdiam kaku.

"Lisa, lihatlah jennie dulu dia nampak tidak bisa bernafas melihat mu. " Perkataan itu membuat lisa beralih dan menatap jennie.

Benar, mata yang teduh itu nampak tidak percaya jika dirinya benar-benar di hadapan nya. Lisa menarik senyum lalu mencubit pelan pipinya dan membantunya berdiri walaupun jennie sedikit meringis akibat pergelangan kakinya, karena mendengar ringisan sakit dari mulut gadis itu ia memutuskan mengangkat tubuhnya.

"Ya! Ak--

"Diamlah, apa kamu bisa berjalan dengan kondisi kaki seperti itu?" Ujar lisa memotong kalimat protes dari jennie.

Jennie menutup mulutnya rapat-rapat, efek pemarah dalam dirinya tiba-tiba menghilang kala dirinya benar-benar bisa melihat sosok yang sepuluh tahun meninggalkan nya tanpa kabar sama sekali. Lisa membawa jennie ke sofa dan maid datang membawa baskom berisi air hangat untuk meng kompres kakinya, jennie sadari jika ia berada di atas pangkuan nya tapi tidak memberontak.

Lisa mengangkat tubuh jennie dengan mudah dan memindahkan nya duduk di samping nya dengan kaki kanan jennie yang sakit di atas paha Lisa, ia meringis kala lisa mulai meng kompres kakinya.

"Eoh, kau sudah sampai lisa.. Aku pikir dua hari atau seminggu lagi. " Jiyong tiba-tiba datang dan tersenyum ke arah lisa yang nampak serius mengurus jennie.

"Apa sakit sayang?" Dara bertanya pada jennie yang nampak menatap lisa dengan tatapan tidak percaya.

"A-aniya mom. " Lisa melirik jennie yang tiba-tiba bersuara, ia menarik senyum ketika jennie terlihat cantik di usia sembilan belas tahun.

"Sudah selesai, jika besok pagi masih sakit lagi aku akan menyuruh orang tua mu meng kompres nya. " Lisa berujar dan membuat Jiyong bingung.

"Wae? Memang ada apa dengan kaki mu?" Ia menatap heran putri nya.

"Dia berlari tanpa rem hingga terjatuh di halaman rumah. " Dara memberi tahu dan terkekeh pelan.

"Aigooo, tidak pernah berubah sikapnya ketika Lili nya pulang selalu seperti itu. " Jiyong ikut terkekeh dan membuat lisa tidak bisa menahan senyum kecilnya.

****

Keesokan harinya, Jennie menatap lisa dari tangga rumahnya, ia melihat lisa nampak mengobrol dengan sang ayah di ruang tamu. Kakinya yang sakit seakan hilang ketika melihat wajah lisa, semalam ia menangis di dalam kamar sendirian karena merasa jika mimpinya bertemu lisa kembali terwujud.

"Sehh.. " Jennie meringis kala berusaha menuruni tangga lagi, ia sudah rapi dengan seragam sekolahnya hari ini.

"Kamu yakin akan sekolah dengan kondisi kaki mu seperti itu sayang?" Dara menghampiri jennie dan membantunya turun tangga dengan hati-hati.

"Gwenchana mom, aku akan berhati-hati. " Ia tersenyum tipis dan melirik lisa lagi yang nampak mulai menatapnya.

"Rose akan menjemput mu?" Jiyong bertanya, gadis kim itu lupa jika dirinya memiliki status baru.

"Kamu tidak ingat? Putri mu ini sudah memiliki kekasih sekarang. " Dara terkekeh pelan dan jennie hanya bisa membuang nafas panjang.

"Aku akan putus. " Tiga kata itu membuat mereka semua terdiam dan menatap terkejut ke arah jennie.

"Waeyo? Apa dia tidak baik untuk mu? Melakukan hall kasar pada mu? Katakan pada daddy. " Jennie memejamkan matanya mendengar pertanyaan berturut-turut dari Ayah-nya.

"Jennie, kamu tidak bisa mempermainkan perasaan orang lain seperti itu. " Tegur dara dan jennie malah terfokus menatap lisa yang nampak tidak memberikan ekspresi berlebihan.

Jennie tidak menjawab ia memilih melangkah menjauh dari ibunya dengan Rintihan pelan, lalu berhenti di dekat lisa. Wanita berusia dua puluh sembilan tahun itu mengadahkan kepala nya dan menatap heran gadis remaja itu, tanpa mendengar protes dari kedua orang tuanya. Jennie menarik tangan lisa untuk berdiri dan membuat lisa mengikuti langkah nya keluar dari rumahnya, lisa tidak mengeluarkan suara.

Ia berhenti kala melihat motor besar jongin dan sang pemilik yang berada di atas motor, mengulum bibir pelan. "Itu kekasih mu?"

Suara lisa membuat jennie kembali terfokus padanya. "Kenapa diam? Dia pasti sudah menunggu mu sejak tadi karena mommy mu sebenarnya ingin membe---

"Shut up!" Lisa meringis pelan mendengar suara keras jennie.

Ia heran kenapa jennie berubah menjadi gadis yang sensitif dan irit senyum, hingga tubuh jennie berputar dan mereka saling berhadapan. Jennie menatap lisa dengan mata sembab nya dan berwarna merah siap mengeluarkan air mata yang kesekian kalinya.

"Apa tujuan mu untuk pulang?" Lisa mengerutkan kening nya bingung.

"Bertemu keluarga, ada apa dengan pertanyaan mu itu. " Ia merasakan jika ada yang tidak beres dari jennie.

Lisa gelagapan ketika jennie tiba-tiba menangis tersedu-sedu, ia takut kala kedua kakaknya mendengar tangisan jennie dan dirinya terkena amuka mereka. "Ya, kau sudah besar berhenti menangis jennie. "

"Nini! Not Jennie!" Ia dengan hidung yang mulai memerah karena menangis.

Lisa terkekeh kali ini dan mengangguk lalu menarik jennie masuk dalam dekapannya, tubuh yang dulunya kecil sekarang benar-benar sudah besar bahkan harum strawberry sudah berubah menjadi harum mawar. Ia mengusap lembut punggung jennie untuk menenangkan gadis itu tangisan nya, kalian harus ingat sosok Jongin tengah memerhatikan adegan pelukan mereka berdua.

Lisa melirik ke arah pintu gerbang. "Kamu akan terlambat jika seperti ini terus. "

Jennie tidak bergeming tetap berada di pelukan hangat lisa, ia merasakan kenyamanan itu kembali tumbuh dan merasakan kasih sayang dari adik ibunya. "Anterin aku."

Captain Manoban : [GXG] JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang