Jennie terduduk di Koridor rumah sakit yang terdapat di pusat kota, ia menangis sejak tadi pagi ketika dirinya mendapatkan kabar dari dara jika lisa menjadi korban penganiayaan oleh orang yang tidak di kenal saat malam hari menuju rumahnya. Ia bergumam sendiri mengandai andai jika seharusnya ia tidak tertidur dan menahan lisa untuk tetap di rumahnya, dara senantiasa selalu berada di dekat lisa sekarang.
Ia sudah mengabari sang ibu sambung yang berada di thailand dan sedang melakukan perjalanan menuju ke Korea Selatan untuk menemui lisa, sedangkan Jiyong lebih memilih mengurus dan mencari siapa dalang di balik semua ini.
Jiyong nampak emosi ketika tidak ada satupun CCTV yang bisa menjangkau lokasi lisa, ia tidak bisa menemukan barang bukti lain atau saksi karena lokasi nampak benar-benar sudah sepi dan kita hanya bisa menunggu pernyataan dari lisa langsung tentang ciri-ciri pelakunya.
"Jennie berhenti menangis, dada mu akan sesak jika seperti itu. " Jisoo mengusap kedua bahu jennie yang masih bergetar.
Ia nampak tidak memberi respon selain tangisan pilunya, semua orang di sini sedih dengan kejadian ini terlebih lagi itu Benar-benar hampir merenggut nyawa lisa jika saja Jisoo tidak keluar rumah untuk membuang sampah pasti lisa sudah tewas ke habisan darah di tengah jalan.
"Eoh? Apa terjadi sesuatu aunty?" Jisoo berdiri ketika dara tiba-tiba keluar dari ruang rawat lisa dan terlihat kebingungan.
"K-kamu panggil dokter segera, lisa sadar. " Jennie mengadahkan Kepala nya dan langsung berdiri mendengar perkataan ibunya.
Namun sebelum ia masuk dirinya di tahan dara agar memberikan dokter memeriksa kondisi lisa terlebih dulu, beberapa suster dan dokter laki-laki masuk untuk mengecek kondisi lisa sekarang. Efek bius dan obat tidur paska operasi semalam membuat lisa cukup lama tidak sadarkan diri namun ia berhasil melewati masa kritisnya dengan baik, dan sekarang nampak ia mulai sadar setelah beberapa jam menutup mata.
Jennie menatap lisa yang nampak terlihat bingung karena dirinya terbaring di atas brangkar rumah sakit. "Syukurlah, kondisinya semakin membaik hanya saja untuk melakukan aktivitas berat masih harus di berhenti kan dulu agar luka jahitan nya cepat mengering. "
Dara tersenyum lega mendengar nya dan mengusap rambut lisa dengan sayang, ia tidak tega melihat kondisi lisa yang seperti semalam benar-benar membuat dirinya ketakutan.
"Kira-kira berapa lama dia akan dirawat?" Jisoo bertanya dan membuat semua orang menatap Jisoo.
"Sampai kondisinya benar-benar sudah bisa di bawa pulang, dan lakukan checkup setiap seminggu sekali ke sini nanti. "
Dokter itu pergi setelag menjelaskan beberapa perihal kondisi lisa dan memberi tahu jika sebentar lagi lisa sudah bisa memakan sarapannya. Lisa terlihat pucat dengan alat bantuan pernafasan nya ia menatap setiap orang yang ada diruang rawatnya, hingga matanya jatuh pada anak kakaknya.
Tangannya terangkat menyuruhnya mendekat ke arah nya, jennie menurut menggantikan posisi dara yang sudah membiarkan jennie. Ia melihat kedua mata jennie yang nampak sembab dan hidung yang sedikit memerah, lisa terlihat khawatir sekarang.
"A-apa kamu terus terusan menangis?" Ia dengan memegang telapak tangan jennie.
"Aniya, ini mungkin efek aku tidak tertidur. " Lisa tersenyum kecil, jawaban jennie memang masuk akal tapi jika lisa efek kurang tertidur tidak mungkin hidung ikut memerah seperti itu.
"Kamu tidak pintar berbohong sejak dulu. " Beberapa orang menahan tawa mendengar ucapan lisa yang tertuju untuk jennie.
****
Jennie masuk kedalam sekolahnya, semalaman tidak tertidur akibat menunggu lisa membuat dirinya merasa ngantuk dan pusing. Ia memilih berangkat sekolah dari pada beristirahat di rumah yang tidak ada siapapun di sana karena ibunya menemani lisa sedangkan ayahnya pergi mengurus kasus ini.
Jennie terduduk di kursi yang terdapat rose tengah menatap heran. "Ada apa dengan wajah mu hari ini? "
"Memang aku kenapa?" Jennie dengan ketus dan membuat rose menggerutu kesal.
Ketua kelas masuk membawa beberapa tumpukan buku yang seperti buku siswa di kelas jennie karena beberapa hari lalu buku pelajaran matematika dikumpulkan untuk di nilai. "Eoh, jennie aku lupa jika kamu di panggil oleh mr Jung-woo. "
Jennie menerima buku nya dan mengangguk lalu berdiri dari kursinya menuju luar kelas, iia berjalan menuju kantor guru di dekat lapangan. Ia dengan perasaan yang masih melayang tentang lisa nampak tidak fokus memerhatikan Jalan, entahlah jennie benar-benar masih khawatir tentang kondisinya.
"Apa yang mengganggu pikiran mu saat itu? Kau harus tahu itu adalah tindakan kriminal. " Ia menghentikan langkah ketika mendengar suara samar-samar dari Koridor yang mungkin memang jarang di lalui siswa karena menuju gudang.
Ia bingung kenapa tiba-tiba kakinya melangkah ke sini, ini jalan yang berbeda karena diri berniat pergi ke ruang guru untuk memenuhi panggilan gurunya. "Dia mengambil apa yang seharusnya jadi milikku, jennie akan tetap menjadi milikku. "
Ia langsung menengok ketika namanya di sebut-sebut dalam pembicaraan itu, dengan perasaan yang aneh ia melangkah semakin dekat untuk memudahkan pendengaran nya. Ia mengeluarkan ponselnya yang tersimpan di salam saku lalu mencari aplikasi kamera untuk melihat siapa yang tengah membicarakan nya, dirinya menutup mulut ketika melihat mantan pacar jadi-jadian nya itu bersama teman dekat nya.
Jongin dengan chanyeol, terlihat wajah Jongin nampak di penuhi amarah dan chanyeol yang nampak memperlihatkan wajah terkejut sekaligus kecewa. "Bagaimana jika mereka tau kau hampir membunuh nya? Katakan. " Ia dengan emosi menarik kerah seragam Jongin.
Jennie melihat reaksi Jongin yang terlihat tertawa tanpa rasa takut akan amarah chanyeol. "Karena memang itu mau ku, setidaknya pesaing ku berkurang bukan? Seharusnya kau mendukung ku bukan malah memaki ku seperti ini. "
Ia nampak melepas kasar genggam tangan chanyeol dari seragamnya. "Aku mendukung mu ketika kamu benar-benar bersungguh mendapat jennie, tapi cara mu kotor kali ini dan aku tidak ingin kau terkena masalah karena pisau yang kau tusuk pada adik ibu jennie. "
Jennie menjatuhkan ponselnya seketika mendengar penuturan panjang chanyeol terutama di akhir kalimat itu, laki-laki itu yang membuat lisa masuk ke dalam rumah sakit dan laki-laki itu yang tidak tau diri tapi malah nekat membuat dirinya semakin membencinya.
Jongin dan chanyeol menengok dengan wajah panik serta terkejut, ia melihat mata gadis kim itu nampak memerah dengan air mata yang mulai memenuhi kelopak matanya. Jongin dengan hati-hati mendekat namun jennie mengangkat tangan nya dengan membuat Jongin nampak berhenti.
"K-Kau!---
"Jennie dengarkan aku terlebih dahulu, kau salah pendengar an chan--
"Shut up! Kau seharusnya tau dengan siapa kau berurusan Sekarang. " Jennie nampak menatap tajam laki-laki itu, matanya langsung mencari sesuatu hingga menemukan sebuah balok kayu yang cukup tebal dan keras.
"Ya, mungkin ini tidak seberapa tapi mungkin aku bisa meluapkan emosi ku sekarang. " Jennie berlari ke arahnya dengan balok kayu yang benar-benar mengayun ke arah Jongin.
Chanyeol yang melihat itu nampak tidak ingin ikut campur, ia malah terlihat senang ketika jennie mendengar percakapan nya dan dia ingin menghajar laki-laki pecundang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain Manoban : [GXG] JENLISA
Teen FictionImpian ku adalah menjadi seorang captain pilot, tetapi jalan hidup ku adalah menjadi seorang yang bisa mencintai mu dengan tulus - Lalisa Manoban